The Explaination *6

***6A***

Yanda berdiri di tengah-tengah orang. Semua orang mulai bersorak ria padanya, tak sedikit juga orang-orang yang mempertanyakan kekuatannya. Sedangkan aku menatapnya kagum, kagum akan apa yang dilakukannya tadi—menghadapi pasukan BlackMix seorang diri.

"Yanda, kau luar biasa," puji Vampix yang membuat Yanda menerjap dan tersipu.

"Terima kasih."

Saat kerumunan mulai berkurang, kulihat Yanda masuk ke sebuah ruangan yang tidak kuketahui apa ruangan itu. Kupikir aku harus berterima kasih padanya, dan kukira itu bukanlah hal yang salah.

"Ada apa?" Tanyanya sambil memutar bola matanya jengkel begitu melihatku di ambang pintu. Jujur, itu membuatku sedikit tersentak kaget juga. Kemana Yanda yang tersenyum manis dihadapan banyak orang tadi? "Kalau tidak ada apa-apa, sebaiknya kau keluar."

"Aku kemari untuk berterim-" Belum lagi ucapanku selesai, Yanda menggerakan tangannya seperti gerakan menepuk. Lalu tiba-tiba, rasanya tubuhku seperti ditindas Dua dinding yang seakan-akan hendak merapat meremuk tubuhku.

"Aku Controllers." jawabnya dengan sorot mata yang begitu tajam. Aku hanya bisa terdiam melihatnya. "Jangan berpikir karena kekuatan Wings Maker-mu yang tidak berguna itu, kau bisa merebut perhatian Vampix."

"Aku tidak-"

Yanda langsung melepaskan tangannya. "Ah, maafkan aku. Aku tidak seharusnya melampiaskan kekesalanku padamu." Ucapnya menyesal. "Kau datang disaat yang tidak tepat, aku sedang kesal dan kekuatanku juga masih belum bisa terkontrol dengan benar." Dia melanjutkan kembali. "Bukan kau orangnya, tapi pembuat jubah itu," katanya lagi yang hanya bisa kubalas dengan keheningan saja. "Sebaiknya kau keluar."

Aku keluar dari ruangan itu dan berkali-kali mengingat ucapan Yanda yang terdengar menyesakan bagiku,

"Pembuat jubah? Maksudnya...Yako?"

*

Invi mengajakku ke suatu tempat. Aku ingat tempat ini, ini tempat pertama kali aku ditemukan oleh Tazu. Tapi, buat apa dia membawaku disini?

"Fungsi Wings Maker, kau masih mau mendengarnya?" Aku menganggukan kepalaku sebagai jawaban. "Wings Maker itu...bisa menciptakan sayap. Kalau kau sering melatihnya, kau bisa membuat macam-macam sayap, dengan kecepatan dan ketinggian yang berbeda."

"Kau membuatnya terdengar hebat."

"Tidak, itu memang hebat!" Balas Invi mencoba meyakinkanku.

"Hanya itu kan? Mengapa BlackMix ingin menangkapku? Kukira Tidak ada apa-apanya dibandingkan kekuatan lain."

Invi mengelengkan kepalanya."Kau tidak boleh meremehkan kekuatanmu dan lagipula Itu rencana ketua BlackMix."

"Kira-kira kapan kita bisa kembali ke dunia kita?"

"Kau lihat awan tebal itu?" tanya Invi yang membuat keningku mengerut bingung. Apa yang kutanyakan sama sekali tidak ada hubungannya dengan awan tebal itu, setahuku.

"Memangnya kenapa?" Tanyaku sembari mendongak kepalaku ke atas.

"Di balik awan itu, ada gunung yang sangat tinggi. Di sebelah gunung itu, ada pintu yang menghubungkan dunia sihir dan bumi. Pintu itu dinamakan Door Connection," terang Invi membuatku makin bingung.

"Tidak ada seorangpun yang mau pulang?" tanyaku heran.

"Bukan begitu." Balas Invi. "Sapu kita tidak bisa menembus Door Connection.. dan ketahuilah, Wings Maker bisa menembus pintu itu." lanjutnya yang berhasil membuatku tersentak.

"A-apa?"

"Kau tidak percaya?" tanya Invi, lalu dia menghela nafasnya. "Ah, kau tidak percaya."

"B-bukan begitu. Aku hanya...uhm, aku akan mencoba mempercayaimu." Ucapku dengan nada meyakinkan.

Invi melipat kedua tangannya di depan dada. "Ada hal lain yang ingin kau tanyakan?"

Aku berpikir sejenak sebelum akhirnya sebuah pertanyaan lewat begitu saja di benakku. "Kau...tahu kekuatan Tazu?"

"Aku tahu," jawabnya. "Tapi kukira sebaiknya dia yang memberitahumu langsung."

*

"Hobimu berkeliaran?" Suara itu yang menyambutku begitu aku sampai di depan kamarku, suara lelaki yang membuatku sontak memalingkan wajahku darinya.

"Buat apa kau kemari, Tazu?"

Tazu terdiam sejenak, sebelum akhirnya bertanya. "Kau marah?"

"Siapa yang marah?" tanyaku balik dengan nada jengkel. "Kalau memang kau tidak ingin memberitahuku, yasudah, aku tidak akan memaksamu. Lagipula aku akan tahu dengan sendirinya suatu hari nanti," Ucapku yakin.

"Baguslah," Ucapnya setelah beberapa saat kemudian. Saat keheningan berlangsung, aku menggunakan kesempatan itu untuk mengucapkan mantra kunci kamarku, dan saat pintu terbuka, Tazu kembali bersuara. "Aku pulang dulu. Jangan pulang malam lagi lain kali."

"Are you my Daddy?" cibirku dengan nada meledek.

Tazu pun mengucapkan mantra sapu yang dinaikinya, hingga akhirnya tubuhnya beserta sapunya terangkap perlahan dan tidak menyentuh tanah lagi. "Selamat malam."

"Malam."

.

.

"Piyorin."

"Kayaka, kau dimana?"

"PIYORIN!"

"Kayaka, aku di sini!"

"Kau dimana?"

"Di sini! Kau dimana?"

Begitu aku membuka mataku, aku merasakan ada cairan yang meluncur dari mataku dan melewati pipiku. Padahal, apa yang kutangisi itu hanyalah mimpi.

Kau menangis lagi, dasar cengeng.

Aku ingin pulang, batinku sambil memejamkan mataku. "Kayaka..."

Saat aku membuka mataku, aku hampir menjerit ketakutan. Bagaimana tidak? Semua barang-barang yang ada di kamarku berterbangan tak tentu arah—seperti tidak ada gravitasi di dalam kamarku. Bahkan ranjang yang tengah kududuki pun ikut berterbangan meski aku masih duduk di atasnya.

"Ini Changes Power atau...?"

Aku langsung menarik nafas dan melepasnya perlahan, memaksa diriku untuk segera tenang. Tak lama kemudian, semua barang itu pun turun—tentu saja dalam keadaan terjatuh. Aku memperhatikan sesuatu yang bersinar di samping tempat tidurku.

Sebuah surat, tanda aku seorang magacal.

*

"Aku sudah mencobanya meski sudah memiliki tujuan. Aku ingin segera terbang, tapi tetap saja tidak bisa." Terangku frustasi kepada Tixe-Sensei, apalagi saat mengingat beberapa kali aku mencoba meloncat-loncat berulang kali berharap dapat terbang, sebelum akhirnya aku datang menemui Tixe-Sensei tadi.

"Mau kami bantu?" tanya Nai dan Mai datang menawarkan bantuan, "Kami sudah Senior. Kami akan coba membantumu membuat tujuan."

"Kekuatan kalian apa?"

"Hehe, Kekuatan kami sama" jawab Mai—aku tahu dia Mai dari nada riangnya. "Kami Bubble Blower. Ayo, coba kejar gelembung ini dalam lima detik. Kalau sudah lima detik gelembungnya akan pecah."

Mai menaikan tangannya dan membuka kedua telapak tangannya dan keluarlah sebuah gelembung dengan kecepatan yang sangat cepat.

"5..."

Aku segera membayangkan sayap dengan cepat lalu aku melompat tinggi dibantu sayapku. Aku tidak percaya aku berhasil membuat sebuah sayap muncul dari punggungku.

"...4..."

Kecepatan sayapku bagaikan kecepatan roket. Kuakui aku sangat senang dan ingin segera terbang mengelilingi langit dengan sayapku. Tapi, tanpa disadari, aku sudah berhasil menyusul gelembung itu. Tanpa basa-basi, aku pun memecahkannya.

"Dua detik, Hebat!" seru Mai.

"Tinggi sekali dia terbang," Nai mengagumiku. "cepat sekali."

***6B***

Hari ini, aku resmi masuk di kelas Senior. Di sana, aku bertemu dengan Mai, Nai dan Invi tentunya. Dan secara kebetulan, aku dan Invi duduk bersampingan.

"Invi, aku ingin bertanya sesuatu." Ucapku ditengah-tengah Dolce-Sensei yang sedang menerangkan tentang level kekuatan atau bahasa lainnya, Upgrade.

Tapi Invi langsung membaca pikiranku, "Sebaiknya kau tetap disini. Kita tidak tahu apa setelah kau kembali nanti, kau masih bisa kembali disini atau tidak. Kalau dunia ini tidak ada Wings Maker, rencana BlackMix akan berhasil."

"Ada sebuah pesan yang belum kusampaikan pada seseorang disana dan..."

"kau yakin?" tanya Invi menekan nada bicaranya dan tatapan matanya, berhasil membuatku menjadi tidak yakin.

.

.

"Piyorin!"

"Ma?"

"Piyorin! Cepatlah pergi"

"Ma!?"

"Mama...BlackMix—"

SRET!

Seseorang menarik lenganku dan langsung membungkamku dibalik pohon raksasa, kesadaranku pun terkumpul semua karena saking kagetnya aku. Aku baru teringat saat aku datang di bawah Door Connection dan tanpa sengaja tertidur di atas hamparan rumputnya yang hangat dan lembut. Dan yang menarikku adalah...,

"Sonic?"

"Kau ini..." dia menatapku jengkel, "BlackMix bisa menangkapmu jika kau disana."

"Tenanglah, aku sudah senior." ujarku mencoba menenangkannya.

"Benarkah?" Aku menganggukan kepalaku dan akhirnya aku terdiam lagi mengingat mimpiku yang tadi. "Ada apa?" tanya Sonic dengan wajahnya yang cemas.

"Tidak apa-apa." jawabku. Kupaksakan tersenyum lalu aku segera pergi tanpa berbalik ke belakang. Mama dimana? Aku ingat Dua tahun yang lalu mama menghilang juga. Dia pasti didunia ini. aku yakin, pikirku.

"Piyan~" seru Rainna lalu melambaikan tangan kanannya ke arahku, sedangkan tangan kirinya digunakannya untuk mengendalikan sapunya dengan gerakan memutar agar kami bisa berbicara leluasa.

Ngomong-ngomong, aku baru tahu kalau ini adalah tradisi yang orang-orang lakukan saat ada dua orang yang bertemu di langit dan hendak berbicara. Saling mengejar sapu agar mereka terbang membentuk pola lingkaran dan bisa berbincang tanpa seorangpun yang dapat mendengar.

"Piyan?" aku menaikan alisku. Sejak kapan namaku menjadi Piyan?

"Aku sudah tahu kekuatanku!" soraknya yang membuatku tersenyum.

"Oh ya? Apa?" tanyaku mulai penasaran. Sapu terbang kami masih saling mengejar. Sampai akhirnya Rainna mendapat tempat mendarat, dan aku ikut mendarat bersamanya.

"Aku Weather Hyper! Lihat ya!" Ujar Rainna dengan semangat. Lalu dia tertawa dengan semangatnya."Lihat, Piyan!" katanya sambil menunjuk langit.

"Pelangi," gumamku. "Kau-"

"Aku bisa mengendalikan cuaca sesuai emosiku!" serunya riang.

"Baguslah. Aku juga berharap Ryoka segera menjadi Magacal."

"Piyan, Ryokan sudah mendapatkan surat."

"Apa!? Dia sama sekali tidak bilang padaku." kataku sambil berkacak pinggang.

"Eh! Lupakan yang tadi kukatakan. Ryokan bilang aku nggak boleh bilang pada Piyan! Eh!" Lalu dia menutup mulutnya rapat-rapat.

"Sudah-lah. Aku sudah tahu." kataku sembari memberikan senyuman jahil ke Rainna.

"Pi-Piyan! Tolong jangan bilang ke Ryokan!" katanya agak panik. Cuaca pun mulai mendung.

"Ya sudahlah. Tapi jangan panggil aku Piyan ya." kataku dengan suara datar.

"Pi-Piyaaann~" Rengeknya yang membuat langit mengeluarkan hujan. Tentu saja hujan lokal yang hanya ada disekitarku dan Rainna.

"Hei-hei, Rainna! Sudahlah. Jangan menangis lagi. Terserah deh, mau panggil aku apa, Piya atau—"

"Oke!" potong Rainna sambil memelukku. Cuaca tiba-tiba cerah kembali. Teganya dirinya, memainkan emosi langit.

*

Aku terduduk sendiri ditempat itu, lagi. Di bawah Door Connection yang menjadi tempat favorite-ku saat ini. Door Connection memiliki warna pelangi yang indah, sangat menggoda niat setiap penyihir untuk mencoba naik ke sana.

Terdengar suara gesekan rumput yang membuatku berbalik ke belakang, ada Tazu di sana, yang menatapku datar.

"Kenapa hanya aku yang tidak tahu kalau kau sudah senior?" Tanyanya terdengar seperti sedang protes—tapi tidak dengan ekspresi datarnya itu. Dan...

Sepuluh kata! Rekor!

"Nah, ini, kau sudah tahu." Balasku santai.

Belum lagi Tazu membalas apapun, terdengar seseorang berseru memanggilku.

"Piya!" seru Ryoka dari belakang, membuatku dan Tazu menoleh ke arahnya.

"Ada apa?" Tanyaku, sedangkan Tazu hanya diam saja saat Ryoka sudah berjalan mendekat.

"Aku sudah menjadi magacal!" ujarnya sambil tersenyum dan memperlihatkan suratnya kepadaku. Kulihat, dia melirik Tazu dan menunduk, tapi terlihat jelas bahwa dia tersenyum malu.

"Oh ya, kekuatanmu apa?" Tanyaku memecah keheningan saat aku merasa keberadaanku seperti tak dianggap.

Tunggu, ya, Ryoka. Biarkan aku pergi dulu.

"Aku..." Sebelum Ryoka melanjutkan ucapannya, dia menatap hamparan rumput. Lalu dia mengepalkan tangannya dan mengangkat jari telunjuknya.. Seketika, akar dan batang tanaman pun keluar dari tanah. "aku Flower Bloomer. Tapi kata Tixe-sensei, aku bisa menumbuhkan tanaman." kata Ryoka dengan semangat.

"Itu keren sekali." Ucapku kagum

"Ngomong-ngomong, kenapa kalian bisa..."

Aku buru-buru memotong perkataan Ryoka yang terdengar mencurigaiku. "Eh, tadi-" aku jadi salah tingkah sendiri. Kulirik Tazu, dia nampak hanya membalas melirikku dan menjadi pendengar yang baik. "Kami tidak sengaja bertemu tadi," Ucapku cepat-cepat.

"Err, kau sudah masuk Club?" tanya Ryoka mengubah topik. Sepertinya dia mengetahui kegugupanku. Melihat hal itu, Tazu menoleh kepalanya dan menatapku seolah sedang mengejekku. "Aku sudah masuk di Straight Club. Club dengan kekuatan biasa" sahut Ryoka. "Kalau Piya, sepertinya aku tau club yang cocok." Ryoka tersenyum ke arahku seakan mengerti kebingunganku. "Mai dan Nai juga ada di sana"

"Oke, aku mau ke club itu." ucapku antusias.

"Ayo kuantarkan." Ryoka menarik tanganku supaya mengikutinya, tapi Tazu menahanku dengan ucapannya.

"Piya," Tazu menghampiriku, "Aku menunggumu disini," bisiknya pelan hampir tak terdengar.

"Hah? Tidak sekarang saja?" tanyaku dengan nada pelan dan terdengar berbisik juga, karena Ryoka sedaritadi memandang kami dengan tidak nyaman.

"Nanti saja, pergilah." Tazu mengibaskan tangannya seakan mengusirku.

"Oke, Bye!" Aku mengucapkannya tanpa menoleh ke arahnya. Aku pun melirik Ryoka yang tak juga menyusulku setelah beberapa sekian detik.

"Bye," Ryoka menundukan kepalanya dan kutoleh kepalaku kebelakang dan melihat Tazu membalas kami dengan anggukan kecil.

*

Ryoka pun mengajakku sampai akhirnya kami berhenti di depan sebuah pintu berukirkan perempuan bersayap putih dengan bahan dasar perak. "Club apa ini?" tanyaku. Ryoka tidak menjawabku dan dia pun membuka pintunya

"Selamat datang di Fly Club Type!"

Aku tercegang melihat ruangan itu. Ada banyak orang yang terbang! Ada yang terbang melayang tanpa sayap ataupun sapu, aku pun langsung mengerti club apa ini. "Di Fly Club Type, pembimbing kita adalah Flya-sensei." ujar Nai ketika dia melihatku. "Dan ketahuilah, hanya orang-orang di Fly Club Type yang bisa lewat Door Connection." lanjutnya

"Hai! Piya yah?" sapa seorang lelaki dan kubalas dengan anggukan pelan."Aku Hopt. Kekuatanku High Jumper! Di club ini ada 5 orang High Jumper. Kami bisa melompat tinggi, dan bisa mengendalikan seseorang untuk melakukannya." Terangnya.

"Di club ini memang kurang dari tigapuluh orang. Tapi tanpa kita mereka tidak ada apa-apanya." sahut seorang wanita yang nampak sedang mengendalikan penerbangannya dengan tangannya.

"Kau Wings Maker?" teriak Dua orang wanita yang sedang terbang. Aku pun menganggukan kepalaku. "Wah, akhirnya ada Wings Maker disini!" sorak mereka.

"Aturan di Fly Club Type adalah...berjanji bahwa kita tidak akan mengeluarkan satu magacal pun ke door connection sampai perang benar-benar berakhir." ujar Flya-sensei padaku, membuatku jadi terdiam. Barusan, pemikiranku untuk pulang ke bumi benar-benar terkikis habis. Niat itu sudah menghilang total.

"Bolehkah aku masuk club ini besok? Hari ini aku masih punya keperluan." sahutku dibalas anggukan dari mereka semua. Akhirnya aku keluar dari area sekolah penyihir dan aku segera berubah menjadi Yako begitu sampai di bawah Door Connection."Aku harus melatih Changes Power-ku." gumamku.

Aku bertekad kuat, ingin mengembangkan kekuatanku dan menyelamatkan semua orang, menyelamatkan orang-orang yang berharga bagiku. Tapi. Semuanya menjadi buram... ketika Tiba-tiba aku melihat Tazu muncul entah darimana.

Ekspresinya terlihat menatapku curiga.

Dan yang hanya bisa kupikirkan saat itu adalah...,

Jangan-jangan dia melihatnya?

***TBC***

UPDATED : 25 JUNE 2015

REVISION : 12 JUNE 2016

Udah part-nya panjang begini, plotnya juga secepat ini..., hadeh.

CINDYANA

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top