ICE *28
REPOST SAMPAI CHAPTER 31!
Happy reading~~
The Sorcery: Little Magacal Piya
Aku mengerang marah, saat Yaa-Chi dengan bruntalnya menimpa badanku yang sedang beristirahat. Dia bahkan dengan kejamnya meloncat-loncat di atasnya.
Tanpa ia tahu, betapa beratnya dirinya.
Yaa-Chi terus saja membujukku untuk mengeluarkannya dari kamar sejak . Tapi, kutolak dengan tegas karena Yaa-Chi dikenal sebagai Partner Piya. Dimana ada Piya, disana ada Dia.
"Piya...," Yaa-Chi menguncangkan tubuhku, membuatku mendengus kesal.
Aku menjawab dengan malas, "Apa sih?" tanyaku sambil mengucek mataku untuk menghilangkan buyar setelah tiduran seharian.
"Aku pengen keluar, sudah 2 minggu lho aku terkurung di Give Pocketmu." rengek Yaa-Chi memasang wajah yang begitu mengiba.
"Apaan sih, baru dua minggu." jawabku malas. Aku ingin melanjutkan tidur panjangku.
"Tidak puas yah, sudah mengurungku dua tahun di Give Pocketmu?" seru Yaa-Chi sambil ngambek dan minggat dari sana tanpa mendengar apapun tolakanku.
"Dasar aneh," gumamku.
Aku malas mengejarnya jauh-jauh. Aku sudah menguasai Far Changer, level dua dari Changes Power. Artinya aku sudah mampu mengubah bentuk orang lain dari jarak jauh tanpa menyentuhnya.
TRAK!
Aku menjentikkan jariku dan kemudian bangun untuk bersiap-siap mengejarnya. Barusan, aku mengubahnya kembali ke sapu.
"Sudah sampai dimana dia?" gumamku sambil memandang kesana kemari mencarinya.
Akhirnya aku mencoba kekuatan Yaa-Chi yang dulu ia perkenalkan ke Tazu, 'Radar'. ternyata dia berada dekat dengan areaku.
Dibalik pohon besar itu, terbaca radar seseorang yang penting. Anggota BlackMix-kah?
Salah.
"Tazu?!" pekikku pelan sambil bersembunyi dengan otomatis. Dengarlah, aku bukan panik karena menemukannya. Tapi, karena dia memegang sapuku.Dan tengah menatap ke arah benda itu dengan pandangan yang tak bisa kuartikan.
Aku harap, dia tidak melihat Yaa-Chi yang berubah di depan matanya, aku harap begitu.
"Keluarlah." pintanya absolut.
Dia pasti berhasil mendengar detak jantungku lagi, membuatku nyaris menyesal karena memiliki jantung. Namun kubuyarkan pemikiran aneh itu dengan segera. Akhirnya dengan berat hati, aku keluar dari balik pohon itu. Dia langsung menghampiriku dan menahanku di pohon terdekat, ada apa sekarang!?
"Kau ini Double Power?"
Jantungku berdetak sangat cepat, suhu tubuhku rasanya naik saat aku bisa melihat pantulan diriku dari bola mata coklatnya.
Pasti dia melihatnya.
"Begini..," Dia mulai menarik nafasnya dan kemudian menatap mataku lagi. "Pertama, Cross memang bukan Double Power. Tapi dia bisa mendeteksi Double Power lewat indra penciumannya."
"Aku-"
"Kedua" dia memotong pembicaraanku, sepertinya dia tidak ingin mendengarkanku berbicara lagi. "Kau-"
SREK. SREK.
Suara-suara aneh mendekati kami.Tazu langsung berbalik ke depan dan kemudian menghalangiku dengan tubuhnya. Tangannya memberi insyarat agar aku segera berdiri di belakangnya. Aku langsung merasakan sesuatu yang aneh sedang terjadi disini.
"BlackMix." gumamku, bersamaan dengan Tazu.
Aku gugup, karena tadi, rahasiaku hampir ketahuan dan sekarang, pertama kalinya aku akan melihatnya mengeluarkan kekuatannya untuk melawan musuh di depanku.
Kenapa pagi-pagi begini?, batinku sambil bersiap siaga menyiapkan kekuatanku.
Kami berdua menunggu penyerangan yang tidak kunjung datang, yang tidak kami ketahui darimana asalnya nanti. Yang jelas, apapun yang muncul nanti, aku akan pastikan bahwa kami berdua tidak terluka.
SRAP!
Sebuah panah berwarna hitam kilat tertembak dipohon, tepat di atas kepalaku.Pohon itu, pohon yang tadi Tazu gunakan untuk menahanku agar tidak kabur, langsung menjadi mati dalam sekejap. Daun-daunnya langsung tertutup dan berubah warnanya menjadi coklat dan kemudian terbang tertiup angin.
"Sial!" umpatnya dan kemudian dia merapatkan kedua tangannya dan terbangunlah sebuah benteng berbentuk kubah dalam sekejap.
Aku panik, apa itu tadi!?
"Jangan sampai mengenaimu walau cuma seinci! Itu panah yang sangat mematikan." sahutnya memperingatkan.
"Apa yang harus kita lakukan?" tanyaku sambil terduduk panik.
"Kau tenang dulu! Kau bisa Far Changer kan? Ayo, ubah panah itu menjadi sesuatu!" pintanya.
SRAP!
Tiba-tiba panah itu menembusi benteng es yang Tazu buat. Dia langsung merangkul bahuku dan mendorongku turun ke tanah bersamanya untuk tiarap. Aku memandang tempat bekas yang terkena panah tadi.
Es itu meleleh layaknya plastik yang terbakar api, panah itu sangat berbahaya ternyata. Sangat.
"Ayo." bujuknya lagi.
Dia memandang mataku begitu juga denganku. Lalu, aku meyakinkan diriku. Aku harus melakukan sesuatu, setidaknya untuk melindungi orang-orang yang seharusnya kulindungi.
Panah ketiga ditembakkan, aku langsung menjentikkan tanganku. Begitu panah itu menyentuh benteng es itu, Panah itu langsung meletus kecil dan menjadi kemilau-kemilau putih yang bercahaya sejenak.
"Kau berhasil!" sahutnya sambil tersenyum kagum.
Tangannya masih merangkul bahuku untuk membantuku tiarap tadi. Aku juga memandangnya dengan tatapan kagum. Aku senang, ini pertama kalinya Tazu tersenyum kepada Yako! Dan ini pertama kalinya dia memujiku. Aku senang sekali, hampir saja aku kehilangan kendali seperti hari itu, terbang tanpa komando.
Walaupun, aku sama sekali tidak tahu, aku senang karena apa.
Aku sering mendapat pujian, tapi mungkin mendapatkan pujian dari orang yang tidak pernah memuji itu jauh lebih baik. Apalagi kami baru saja berbicara normal, tidak seperti kejadian saat itu?
BRAK!
Lamunan dan semua yang yang kupikirkan buyar dalam suara itu.
Ada seseorang yang berniat menghancurkan benteng itu. Jelas sekali wajahnya kalau di lihat dari dalam sini. Dia menggunakan tangan raksasanya untuk memukul es ini. Beberapa pecahan es yang Tajam dan jatuh pun akhirnya terhenti sejenak. Aku melihat Tazu mengenggam tangannya dengan kuat, lalu ada lapisan es yang muncul di atas kami
"Sekarang bagaimana?" tanyaku pada Tazu.
Kami masih dalam keadaan tiarap, sepertinya benteng itu sekarang di kelilingi es yang tebal. Aku dapat memprediksikannya, karena suara bantingan itu tidak lagi terdengar.
Tazu menghela nafas sebentar, namun dia tidak kelihatan panik sepertiku.
"Aku sudah mencoba membekukannya dari dalam." ucapnya. "Dia punya kekuatan mengubah bentuk organ tubuhnya, jadi apa yang kulakukan tidak berguna."
Kudongkakkan kepalaku di atas, dan mendapati sebuah es tajam jatuh ke arah kami berdua. Aku langsung menaikan tubuhku dan menghalangi Tazu dengan tubuhku.
3...
2...
1...
Aneh, aku adalah prediktor yang baik. Seharusnya es tajam itu sudah terkena punggungku. Namun aku tidak merasakan apapun.
Aku pun membalikkan kepalaku, dan sudah ada sebuah lapisan es yang lebih tebal dari sebelumnya tepat di atasku.
"Melindungi itu tugas laki-laki, payah."
Aku yang mendengar ejekan itu dari bawahku, buru-buru menjauhkan diriku darinya. Aku menatapnya dengan pandangan datar, meskipun hatiku menghangat, tanpa alasan yang pasti.
"Soalnya kau tidak bergerak, kukira kau tidak tahu." jawabku kesal.
"Aku ini Ice User. Aku dapat merasakan es yang terlepas, karena itu bagian dariku." dia menjawabnya dengan angkuh. Dia masih tiarap dan merangkul kembali bahuku. "Aku tidak akan mengizinkan es-ku menyentuh orang sepertimu."
Aku menatapnya dengan tatapan tajam, lalu membuang muka.
Separah itukah rasa bencinya padaku?
"Kekuatan kedua-ku bisa mengalahkannya. Apa kau keberatan jika aku mengeluarkannya?"
Aku memandang matanya dalam-dalam. Walaupun aku dengan senang hati akan mengiyakan karena rasa penasaranku, aku masih dapat menangkap rasa berat hatinya untuk mengeluarkan kekuatannya itu.
"Jangan memaksakan diri." gumamku dengan suara kecil. "Aku sudah mengirim mantra tanda darurat kesana. Sebaiknya kita menunggu orang data-"
Hentakan-hentakan es diatasku semakin terasa saja. Ingin rasanya menerbangkan jauh orang yang melakukannya itu. Tapi, pasti ada hal lain yang bisa Changes Power lakukan. Mengingat Changes Power lebih kuat dibanding Wings Maker.
"Sebentar,"
Tazu memejamkan matanya, membuatku baru sadar bahwa dia mempunyai wajah yang cukup over tampan. Pantas saja penggemarnya banyak. Lekuk wajahnya yang membuat siapapun membeku tanpa dia harus mengeluarkan kekuatannya itu, sempat membuatku membeku di tempatku beberapa kali.
Aku baru sadar bahwa dia masih merangkul bahuku, dengan tangannya yang terasa begitu hangat meskipun seharusnya suhu tubuhnya dingin. Aku buru-buru memalingkan wajahku ke arah lain saat menyadari bahwa aku terlalu lama memandanginya.
"Baiklah, dia datang." Matanya terbuka dan kemudian aku mengalihkan pandanganku keluar.
Kulihat ada angin ribut yang tengah memutar-mutar para anggota BlackMix dengan begitu dahsyatnya. Juga mereka yang menyerang balik angin topan itu, namun tidak mendapatkan respon apapun.
"Pritalize!" seruku sambil tersenyum lebar.
Tiba-tiba keadaan di dalam sana jadi dingin. Dingin sekali. Aku menggigil sedikit. Jubah putih yang menutupiku bahkan tidak berhasil membuatku hangat. Meskipun dalam keadaan dingin begini, anehnya wajahku terasa panas. Entah mengapa.
Tak lama kemudian, rombongan hitam itu tampak sudah pergi menghilangkan diri.
"Ayo keluar" ajak Tazu sambil bangkit dan kemudian mengarahkan tangannya ke atas dan kemudian di turunkan lagi.
Seketika, benteng tadi pun lenyap. Aku pun akhirnya juga bangkit, berdiri dan mengikuti punggungnya. Dia berjalan ke arah Pritalize dan kemudian Pritalize berputar-putar mengelilinginya.
"Kita akan melapor, sebaiknya kau tidak berlama-lama disana." sahutnya sambil melangkah menjauhiku.
Dia kembali menjadi Tazu yang dingin.
Aku pun akhirnya mengikutinya berjalan. Kami berdua bertemu dengan anggota BlackMix yang menyerang, namun kami tidak bisa menangkapnya. Setiap kejadian seperti itu, harus dilaporkan untuk diperiksa.
Aku masih memandang punggung Tazu yang semakin menjauh. Aku menyadari bahwa kaki panjangnya membantunya berjalan dengan cepat.
Aku tidak pernah berjalan disampingnya, jadi aku sama sekali tidak tahu mengenai itu.
"Tazu, Yako!" seseorang berlari ke arah Tazu. Mendengar namaku yang juga disebut-sebut, barulah aku berlari menghampirinya.
Aku pernah melihat lelaki ini di ruang Vampix, yang mana halnya dia adalah orang yang penting. Tapi, aku tidak mengenalnya.
"Kalian tidak apa-apa?" Vampix dan golongan orang penting menyusulnya dari belakang. "Aku menerima laporan darurat lima menit yang lalu. Kuharap aku tidak terlambat." ucap Vampix sambil memeriksa keadaan di belakang kami.
Kami berdua menggeleng.
"Tazu, kau tidak menggunakan Sleeping Ice level dua-mu, kan?" tanya Vampix dengan tatapan menyelidik.
Tazu menggeleng dan kemudian menunjuk Pritalize dengan dagunya. Pritalize yang berputar-putar pun berhenti berputar, lalu mengecilkan pusaran anginnya.
Vampix ber-oh ria. "Baguslah. Akan buruk kalau kau terus-terusan Insomnia karena menggunakannya."
"Sleeping Ice?" barulah aku mulai mengeluarkan suaraku.
"Itu kekuatan level dua dari kekuatan Tazu." Vampix menjelaskannya kepadaku. "Agak menakutkan sih, menurutku. Dia bisa membuat orang tertidur hanya karena suhu dinginnya yang begitu nyaman."
Aku melirik Tazu yang tampak tak terganggu saat Vampix menjelaskannya padaku. Dia memperhatikan Pritalize yang berputar makin semangat dan akan membuat jubahnya berkibar-kibar dengan lantangnya.
"Hanya saja..., setiap Tazu menggunakan kekuatan itu sekali, dia tidak akan bisa tidur selama 48 jam."
"Ck, sudah kukatakan aku tidak menggunakannya." Tazu berdecak lidah dan mengeluarkan suaranya setelah beberapa saat menahan dirinya.
"Level tigamu-"
"Tazu!" seru seseorang, mengintrupsi perkataan Vampix, yang membuat Vampix menatapnya tajam. "Ma-af, Kaichou." Wajahnya memucat.
"Apa?" tanya Tazu dengan begitu datarnya.
Vampix menghela nafasnya, sepertinya dia pasrah jika perkataannya harus dipotong sejenak oleh pemuda pembawa pesan itu.
"Ryoka mencarimu."
Aku yang tengah memikirkan resiko Tazu setiap dia memaksaku tidur pun, mengangkat kepalaku dan menatap pemuda itu dengan tatapan bingung.
Untuk apa Ryoka mencarinya?
"Ada apa lagi?" Tazu mengerang malas, namun akhirnya dia melangkah ke arah pemuda itu sambil mengikuti pemuda itu yang berjalan mendahuluinya dengan tak sabaran.
"Penting."
"Hm," Tazu membalikkan kepalanya, menatap ke arah Vampix dan banyak magacal golongan penting yang melongo menatapnya, dengan tatapan tak bersalah. "Kita lanjutkan nanti."
"Disaat kita tengah membahas hal penting?!" pekik salah satu lelaki yang termasuk golongan penting itu dengan tak percaya.
"Urusan pribadinya kan juga penting." Balas Vampix, menerimanya dengan begitu tenangnya. "Yako, aku menunggu laporannya nanti."
Aku menganggukkan kepalaku, dan menatap mereka yang pergi menjauh dan menghilang dibalik awan.
Lalu, aku termenung. Memikirkan apa yang mungkin terjadi di antara mereka.
A/N :
Hola. Bagaimana menurut kalian tentang moment mereka? Kurang?
Sama.
Saya juga ngerasa gitu.
Vomment dong, biar saya semangat lanjutnya.
Bye, Until Next Chapter
Big Love, Prythalize
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top