Herself *27

REPOST SAMPAI CHAPTER 31!

Happy reading~

The Sorcery: Little Magacal Piya

Kurasa, inilah pertama kalinya Dunia sihir terasa begitu mengerikan. Dibawah langit duniamu, aku seolah hidup dalam ancaman yang begitu menyakitkan.

Sepatutnya aku merasakan itu saat pertama kali hadir di dunia sihir, atau saat beberapa kali aku nyaris 'tertangkap basah'.

Tatapan Cross yang menatapku mengintimidasi, membuatku mulai merasakan bahaya disini.

"Kau ini Double Power kan?" tanya Cross dengan yakinnya. "Atau kau tak tau kau ini Double Power?" tanyanya.

Aku menghela nafasku sejenak, lalu mulai mengucapkan kata-kata yang sejak tadi kupikirkan dalam kepala. "Kenapa kau yakin sekali kalau aku ini Double Power?"

"Aku merasakan ada Double Power disekitar sini. Atau Cuma perasaanku saja ya?" Dia mengendus kembali angin, dan akhirnya dengan yakin, ia menjawab. "Tidak salah lagi." Dia mengangkat kepalanya, dan menatapku dengan tatapan yang begitu menganggu.

"Kau pasti-"

Tiba-tiba, seseorang melompat dari atas pohon, berlari menuju ke arah kami dengan kecepatan yang luar biasa kencangnya. Aku bahkan tidak melihatnya menarik X di punggung anggota BlackMix yang baru saja kami tangkap. Hanya saja, begitu dia melewatinya, semua X mereka langsung tertarik.

Akhirnya, orang itu berhenti berlari setelah menarik semua X disana. Aku sempat menerka-nerka, siapa orang itu. Dan aku juga bersyukur karena kini pandangan kami tertuju ke orang itu.

Semoga saja Cross tidak membahas soal itu kembali.

Orang itu memakai jubah berwarna putih, menandakan bahwa dia juga murid Pro. Sekilas, aku merasa mengenalinya dari model rambutnya itu.

Tazu.

Entah setan mana yang lewat dan membisikkan nama lelaki itu di telingaku. Bahkan aku nyaris bergumam menyebutkan namanya jika aku tidak sadar.

Benar.

Saat orang itu membalikan seperempat kepalanya, aku bisa melihat tatapan tajam yang ia berikan dari ekor matanya. Bola matanya yang berwarna coklat, dan kilatan cahaya yang terlihat memantul.

Berlebihan? Itulah yang kulihat.

"Kamu Double Power?" tanya Cross sambil menunjuk Tazu. Dia nampak tak percaya, dan kembali mengendus angin. Beberapa saat kemudian, alis matanya terangkat tak percaya.

"Kau tidak lihat aku yang menarik X mereka?" tanya Tazu kembali sambil menatap Cross dari ekor matanya. Pandangannya terlihat dingin dan menyeramkan.

Oh, ya. Tatapannya memang selalu dingin dan menyeramkan.

Aku tidak kaget tentang dirinya yang mengaku punya dua kekuatan. Sebab, aku sudah lebih dulu mengetahuinya, bahkan sebelum aku meninggalkan Dunia Sihir sebelumnya.

Hanya saja, aku tidak tahu, apa kekuatan keduanya.

"Kau bawa mereka ke Trax-Sama. Aku akan mengurus sesuatu." ujar Tazu sambil menoleh kearahku.

Aku langsung bergidik ngeri dan bahkan sempat merinding. Matanya menunjukkan bahwa dia sedang tidak senang atau mungkin sedang marah. Entah karena apa.

"Oh, Baiklah." Jawab Cross. Dia mulai mengangkat dua anggota BlackMix di punggungnya dan kemudian Hize muncul beberapa saat kemudian dan membantu Cross mengangkat beberapa orang yang lainnya. Lalu mereka berlalu dengan beban yang mereka angkut seperti karung beras,

Meninggalkan kami berdua dalam suasana yang begitu..., canggung.

"Err, kamu Double Power?" tanyaku basa-basi. Sudah jelas jawabannya 'Ya'. Kemudian aku merasa bodoh karena memaksanya menjawab dua pertanyaan yang sama.

"Kelihatannya?" Tanpa diduga dia menjawabnya kembali, aku pun menghela nafas, mengumpulkan kekuatanku agar jangan sampai gugup hingga salah bicara.

Bisa-bisa aku dibekukan tanpa ampun olehnya.

"Err, aku baru tahu." Ujarku menunduk, aku memaki diriku dalam hati karena basa-basi yang kulontarkan. Padahal, aku sangat tidak menyukai basa-basi, biasanya.

"Tentu saja." jawabnya sambil berjalan mendekatiku.

Aku mencoba bertahan. Tetap dalam keadaanku berdiri. Kalau saja aku sempat refleks mundur, Tazu pasti akan tersinggung.

"Ngomong-ngomong, kau yang pertama kali akan tahu." Bisiknya.

Aku langsung mundur beberapa langkah dan kemudian terduduk, usahaku untuk bertahan berdiri, sia-sia. Aku cukup shock dengan kenyataan yang kudengar, bahwa Tazu mungkin saja mengatakan hal itu ke semua perempuan yang menanyakannya.

Aku pernah menanyakan kekuatan pertamanya, dulu. Dan dia mengatakan bahwa ia akan memberitahukanku nanti. Dengan janji, akulah yang pertama kali akan tahu.

Dan dia mengulangi janji itu ke Yako, di pertanyaanku tentang kekuatan keduanya.

"Kau bohong." gumamku tanpa sadar. Aku yang sedang menunduk, pun langsung mengangkat kepalaku begitu mendengar ucapan yang kukatakan tanpa kusadari.

Ekspresi wajahnya terlihat terluka, membuatku merasa begitu bersalah. Jantungku berdetak kencang, dan ada sesuatu yang menjalar di hatiku, membuatku begitu panik dan gelisah dalam waktu yang bersamaan.

"Ma-maaf. Maksudku bukan-" Belum sempat kalimatku selesai, dia berbalik ke belakang, bibirnya menyebutkan mantra untuk menggunakan sapu dan dia meninggalkanku tanpa izin. "Tunggu, Tazu!" seruku dengan keras, namun dia tidak mendengarkanku.

Jangankan membalas ucapanku. Menolehpun dia sudah tak sudi.

*

"Wah, kita sudah berhasil menangkap 118 anggota BlackMix!" seru anggota clan Magacal dengan riang. Bahkan ada yang mengulang menghitung, entahlah berharap jumlah tawanannya bertambah atau apa.

Aku duduk dibawah pohon yang paling ujung, menghindari setiap orang ingin berbicara denganku. Bahkan jika ada yang mendekat, aku akan mundur, menghindari tatapan mata mereka yang melihatku. Aku tidak ingin diganggu.

Sudah tiga hari, aku tidak berbicara dengan Tazu. Bahkan melihat batang hidungnya saja sudah tampak mustahil. Kelihatannya, dia menghindariku.

Aku menghela nafasku setelah beberapa lama memikirkan hal yang tidak akan selesai dalam waktu singkat, aku berdiri dan berjalan dengan malasnya ke arah kerumunan Magacal yang sejak tadi terus menerus meneriakkan namaku dengan lantang.

Aku melihat para anggota BlackMix yang sudah dicabut X-nya. Mereka diikat dengan sebuah benda yang tidak terlihat. X mereka tampak menggantung dengan mencoloknya dibelakang punggung mereka, seperti boneka yang dipasang kunci putar.

Baru saja memperhatikan wajah-wajah mereka, aku melihat seseorang yang tidak seharusnya disini. Mungkin satu-satunya yang kukenali di clan BlackMix disana.

"Lho, kamu kan-"

"Ini Light! Dia yang terakhir kali melawan Piya sebelum dia masuk." potong Yanda yang entah muncul darimana sambil menyenggol sikuku.

Aku menganggukan kepalaku dan memandangnya dengan seksama. Dia yang sedang menunduk, meratapi sesuatu dengan pandangan kosong.

"Tazu yang menangkapnya, hebat kan?"

"Tazu?" tanyaku sambil menaikkan alisku.

"Iya, dia sudah ditangkap sejak dua tahun yang lalu. Tepatnya beberapa saat setelah Piya pergi hari itu." jelasnya. "Ini berita besar, tapi Tazu meminta kami untuk tidak mengumbarkannya dengan heboh."

Aku langsung berpikir sejenak, ternyata memang benar saat itu Tazu sudah menjadi seorang Double Power.

Dasar aneh, Cuma aku yang nggak tau apa-apa.

"Ada yang kau sembunyikan dariku?" tanya Yanda menyenggol sikuku kembali, membuatku menatapnya kesal, sambil menjauhkan sikuku darinya.

"Tentang apa?"

"Yako, mana kutahu apa yang kau sembunyikan dariku. Daritadi matamu itu mencari-cari. Ayolah! Ceritakan!" seru Yanda dengan suara manja yang dibuat-buatnya hingga membuat semua orang menoleh ke arah kami.

"Apa sih?" tanyaku sambil mendorongnya jauh-jauh. Dia pasti mencurigai sesuatu, yang pastinya salah.

"Ayo! Katakan! Jangan-jangan kalian-"

"Lagi bayangin apa kamu?" potongku sambil mengibas-ngibaskan tanganku di depan Yanda. Ekspresi wajahnya mencurigakan, kuharap dia tidak memikirkan hal yang aneh di dalam sana.

"Kalian-"

Aku memotong ucapannya kembali, "Siapa yang kau maksud kalian, ha?"

"Siapa lagi kalau bukan kau dan Tazu?" jawabnya dengan cengiran yang membuatku menatapnya jijik.

"Tidak ada apa-apa diantara kami." Sahutku malas. Aku bahkan tidak tahu apakah ini dusta atau terus terang.

"Benarkah?" tanyanya memasang ekspresi curiga.

Aku tidak mampu menggelengkan kepalaku atau menganggukannya. Aku tidak tau harus menjawab apa. Semua jawaban yang kujawab, seakan menjadi salah.

***

"Shinozaki."

Suara itu terdengar berulang kali sampai akhirnya pemanggil menyerah untuk memanggilnya dengan nama itu.

"Kazie."

Gadus yang terpanggil namanya, langsung membalikkan badannya. "Ah! Maaf, tante daritadi memanggilku ya?" Dia tersenyum canggung, sambil mengusap tengkuknya yang tidak gatal.

Perempuan tengah baya itu tersenyum, "Kau lupa nama keluargamu, ya?" tanyanya.

"Bukan begitu. Aku sudah terbiasa dipanggil Kazie."

Mereka terdiam untuk beberapa saat, sebelum pemanggil akhirnya menanyakan hal-hal yang ingin ditanyakannya.

"A-Apa kau sudah bertemu Piyorin?" tanyanya dengan nada bergetar.

Suasana yang tadinya sempat hangat pun berubah seketika. Kazie menunjukkan tatapan dingin kepadanya.

"Aku sudah bertemu dengannya." Jawab Kazie. Dia mundur selangkah tanda dia tak ingin melanjutkan topik, tetapi sepertinya wanita itu nekad mempertanyakan informasi tentang sahabatnya.

"Bagaimana keadaannya? Apa dia sehat? Apa dia baik-baik saja? Di-dia masih hidup kan? Siapa namanya di dunia ini?" tanyanya bertubi-tubi, membuat Kazie berdesis tanpa suara.

"Dia sehat," Jawab Kazie lalu dibalas senyuman lega dari bibir wanita itu. "Tapi dulu." lanjutnya.

Seketika, senyuman lega yang tergores di bibir wanita itu pun sirna.

"Apa maksudmu dengan dulu?" tanyanya dengan nada menuntut.

Kazie memutar bola matanya kesal, tapi dia tetap menjawab pertanyaan dari wanita itu karena bagaimanapun juga, dimanapun juga, dan kapanpun itu, dia harus menghormati orang yang lebih tua.

"Ya, begitu. Terakhir, Aku berjumpa dengannya dua tahun yang lalu. Sekarang, entah dimana dia berada." jawabnya.

"Siapa dia? Siapa namanya?" tanya wanita itu lagi.

Kali ini nada suaranya terdengar tidak senang. Mungkin karena ulah Kazie yang terus mengulur waktu.

"Piyorin.., akan benci denganmu jika dia tau." ucap Kazie dengan dingin.

"Tidak mungkin. Dia anakku, Anak yang kulahirkan, dan kurawat selama sepuluh tahun!"

"Di ubah oleh singkatnya 2 tahun." potong Kazie sambil menatapnya tajam. "Aku tidak yakin kau hilang tepat di hari itu" lanjutnya

"Bagaimana kau-"

"Aku melihatnya, mungkin semuanya." Kazie menghindari kontak matanya dari wanita itu, lalu menunduk dengan segala pemikiran yang disembunyikannya begitu rapat.

"Kau-"

"Sebaiknya 'Girls Talk' kita diakhiri sampai disini dulu." kata Kazie sambil berbalik pergi. dengan suara bervolume kecil ia bergumam, "Atau mungkin, emosiku tak tertahankan."

Kazie meratapi Lingkaran Langit yang letaknya berada disudut cell kamarnya dengan perasaan hancur. Tidak ada yang menghiburnya, karena teman satu-satunya untuknya di dunia sihir hanya Light, dan Light sudah ditangkap oleh Clan Magacal sejak dua tahun yang lalu.

Dan satu-satunya sahabat baginya, tidak ia ketahui kabarnya hingga sekarang.

Entah apa yang ia ratapi.

Diujung matanya, cairan bening perlahan terjatuh, meninggalkan jejak di pipinya, yang tidak langsung ia hapus. Sekarang, dia sendirian dan dia tidak perlu waspada jika ada yang datang. Dia tahu, jejak cair di pipinya itu akan terus dilewati oleh air semalaman nanti.

"Piyorin..," dia mulai terisak.

Membayangkan dunia tanpa sahabatnya itu selama dua tahun. Dia selalu memasang senyuman palsu, berbeda dengan sahabatnya yang berperan apa adanya.

Dia ingat, saat sahabatnya menghilang di bumi beberapa tahun silam, dia emosi. Dia menyalahkan sang ibu tirinya karena dia mendapat surat yang mewakilinya berkata bahwa ibu tirinya itulah yang membuatnya ingin pergi dari rumah.

Dia begitu emosi.

Karena, dirinya baru saja kehilangan abang kandungnya saat itu. Dan dia kehilangan sahabatnya pada keesokan harinya.

Awalnya, dia mengira bahwa Piyorin akan muncul di suatu tempat, mengagetkannya dan menceritakan apa yang direncanakannya untuk membuat ibu tirinya minggat dari rumah.

Namun harapan itu tak pernah datang, membuat kesabarannya terkikis dan memunculkan emosi yang begitu mendalam.

Kenyataannya, sahabatnya menghilang. Tanpa ada yang menyaksikan, tanpa ada yang tahu.

Hanya tuhan yang tahu saat itu. Tetapi tuhan tidak memberinya petunjuk seperti yang ia mohon berkali-kali.

Dia mulai yakin. Didunia manapun, semua penghuninya kejam, tidak punya hati. Dan dimanapun dia berada, dunia seperti menentang persahabatan mereka yang begitu sulit dikatakan.

Di dunia manapun, takdir dengan kejamnya terjadi. 




A/N :

Maaf untuk janji yang tak tertepati. Prediksi saya salah.

Saya kira moment Tazu & Piya bakal terjadi di chapter ini, tapi saya salah.

Setelah periksa catatan, ternyata momentnya itu terjadi di next chapter.

Maaf yaa.

Sebenarnya saya senang-senang saja kalau buat moment mereka berdua. Tapi, buat cowok yang dingin dan cewek yang rada-rada lemot, seharusnya susah.

Sebenarnya juga, ada banyak moment mereka yang saya hapus dari chapter-chapter lalu. Dan jujur, saya agak kurang nyaman kalau mau bikin moment mereka, saat umur mereka baru limabelas tahun.

Tapi tenang saja, pasti ada kok.

Oke, Next Chapter pasti bakal di update secepatnya, tidak bakal sampe satu minggu deh.

Vote & Comment <3

Big Love, Prythalize

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top