Fear *17

Note Before Start

Masih ingatkah kalian saat aku bilang kalau aku akan repost LMP dalam waktu yang belum kuketahui kapan? 

Hmm, mungkin hari ini adalah hari yang tepat. Hahaha. 

Oke, jadi aku akan repost LMP per satu chapter mulai dari hari ini (31 Januari 2019). 

Kenapa tiba-tiba, kak? Hmm, gatau, pengin aja hehehee. 

Jadi rencananya aku hanya akan repost sampai chapter 31. INGAT! Hanya sampai chapter 31! Dan tentu saja yang aku repost adalah LMP versi wattpad kemarin, okeeee? 

Kalau ada yang protes setelah chapter 31, kulempar bakiak! /sudah nyiapin sekeranjang penuh bakiak/ 

Oke, yang kangen silakan baca aja. 

WARNING! TANDA BACA DAN LAIN-LAIN BERSALAHAN, KARENA NGGAK AKU REVISI SAMA SEKALI. KALAU MAU YANG VERSI RAPI DAN LENGKAP, SILAKAN BELI BUKUNYA DI TOKO BUKU ONLINE ATAU OFFLINE DI SELURUH INDONESIA! 

Arigachu!

***The Sorcery: Little Magacal Piya***

Nai...,

Nai adalah mata-mata BlackMix.

Sungguh, aku bahkan ini tak pernah ada dalam bayanganku sekalipun hanya dalam mimpi. Nai yang dewasa, Nai yang pengertian, Nai yang selalu bersama Mai, apakah ini Nai yang sama?

Terlalu tak mempercayai kenyataan, aku menutup mulutku dengan kedua tanganku.

Aku mundur beberapa langkah dan terbang secepatnya tanpa melihat kondisi. Yah, mengapa aku bilang begitu? Aku refleks melepaskan kekuatanku dan kembali menjadi Piya. Aku panik dan tidak mampu berpikir apa-apa.

Sayapku terbuka otomatis atas dasar kepanikan yang berlebihan. Sayapku kukepakan hingga membuatku melayang beberapa meter di atas tanah.

Nai seorang mata-mata BlackMix.

Nai..., musuh.

"Sepertinya kau sudah tahu rahasiaku." Nai tiba-tiba saja ada didepanku, membuatku langsung menghentikan penerbanganku.

Dia juga seorang member Fly Club Type, ingat? Salah satu dari puluhan magacal yang bisa terbang tanpa sayap.

Dan dia..., berada disekitar kami, tanpa dicurigai siapapun, memata-matai dan mengabarkan berita pada BlackMix.

Naluriku langsung memberontak memintaku menjauhinya. Dia musuh. Dia musuh!

"Aku punya dua kabar untukmu. Kabar baiknya, selamat. Selamat, kau menemukanku," ujarnya tersenyum miring. "Dan kabar buruknya, kau tidak akan selamat, setelah mengetahui rahasia ini, Piya."

Nai duduk di atas gelembungnya, dia melipat kedua tangannya, seperti menunjukan padaku bahwa dia berada dalam posisi santai dan sama sekali tidak merasa terancam dengan hal yang kuketahui.

Aku menelan ludahku dengan kasar. Ketika gelembungnya bergerak mendekati, aku berinisiatif mengepakan sayap mundur. Pernah dengar tentang musuh yang paling berbahaya? Jawabannya adalah musuh di balik selimut, musuh yang jauh lebih berbahaya daripada apapun.

"Aku tidak segan kalau kau langsung bilang ini kepada semua orang," ujarnya dengan tatapan datar. "Bahkan Mai."

"Kenapa kau mengkhianati bangsamu sendiri?" tanyaku dengan perasaan kacau balau, menatapnya simpati.

"Jangan tanya mengapa! Kau tak perlu tahu urusanku!" bentaknya. "Ayo kita duel disini, sekarang. Aku tahu kekuatanmu lebih spesial sedikit dibandingkan kekuatanku." ujar Nai sambil mengeluarkan sebuah alat dari balik punggungnya.

Alat itu berbentuk seperti tongkat panjang dengan bulatan besar di atasnya. Warna-nya hitam kilat dan aku bisa melihat lambang X di tubuh tongkat itu.

Nai menggerakan alat itu dengan pelan seperti gaya mengipas. Tapi gelembung yang dihasilkan alat itu menghasilkan ribuan gelembung. Sehingga langit di tempat itu penuh dengan gelembung warna-warni.

Belum sempat menghindar, sebuah gelembung kecil mengunci pergerakanku dari kaki. Selanjutnya, gelembung lainnya turut mengunci bagian yang lain hingga membuat gelembung itu menyatu dan menjadi gelembung yang besar. Aku langsung terjebak di dalam gelembung itu setelah semua gelembung itu mengerubungiku dan menjadi satu.

"Piya, aku butuh kekuatanmu untuk mencari Rainbow Stone. Bisakah kau berikan aku Kartu sayap?" tanya Nai dengan nada Friendly-nya seolah-olah tidak ada apa-apa yang terjadi di antara kami.

"Tidak! Apapun! Bahkan sayap sementarapun, aku tidak akan pernah memberikannya padamu!" seruku tegas. Kutatap kembali matanya yang menatapku datar dengan tatapan tajam.

"Kalau begitu, sungguh menggenaskan sekali." kata Nai sambil mengeluarkan sebuah kartu bewarna hitam dari give pocketnya. "Sekali kusentuhkan ini di gelembung yang berisi magacal, sekuat apapun magacal di dalamnya, kau tahu apa yang akan terjadi?"

"Apa?" tanyaku berusaha tenang. Padahal, jantungku sudah meloncat-loncat mencari akal agar bisa keluar dari gelembung itu.

Tidak adakah benda tajam yang kuat untuk menghancurkan gelembung ini?

"Kekuatanmu akan menghilang," ujarnya. "Selamanya." tambahnya yang sukses membuat mataku membulat sempurna. "Kartu ini diberikan oleh BlackMix kepadaku. Mereka berhasil memaksa Kazie untuk membuat kartu ini untukku. Kazie tidak akan tahu apa-apa, karena mereka semua tahu kalian adalah teman di bumi. Jadi, mungkin tidak akan ada lagi yang bisa menyelamatkanmu." ujar Nai sambil tersenyum sinis dan kemudian gelembung itu melayang pelan mendekatiku. "Kuulangi, berikan aku kartu sayap."

"Tidak akan!"

"Setelah kartu ini menyentuh gelembung itu. Kau tidak akan punya kekuatan apa-apa lagi. Kau tidak lagi berguna di dunia ini. Jadi, kau tahu? Kau akan kembali ke bumi tanpa ingatan, tanpa kekuatan, tanpa apapun. Rencana BlackMix akan berhasil." ujar Nai, tanpa ekspresi. "Ayolah. Aku hanya meminta sebuah kartu sayap."

"Pokoknya, sampai kapanpun aku tidak akan memberikannya padamu!" seruku keras kepala.

"Kalau begitu, hari ini hari bersejarah, dimana Wings Maker menghilang." usai berkata begitu, dia mengarahkan kartu hitam yang mengandung aura negatif itu dengan cepat ke arah gelembung yang mengurungku.

Aku memukul-mukul gelembung itu, berharap bahwa ada secuil harapan agar gelembung itu pecah. Sayangnya permintaanku tidak terkabul. Jika kekuatan Wings Maker-ku menghilang, aku hanya seorang magacal dengan kekuatan Changes Power, mungkin saja aku tetap ingat tentang ini.

Tapi aku tidak ingin di dunia ini tanpa kekuatan Wings Maker. Aku tidak ingin rencana BlackMix berhasil.

Tolong, batinku dalam hati. Tolong jangan hilangkan satu-satunya harapan disini.

"Oh iya, Piya. Satu lagi yang belum kukatakan padamu." ujarnya sebelum mempertemukan kartu hitam itu dengan gelembung di depanku. "Aku yang membuat pohon CherryPix mati. Aku yang menyebarkan bubuk Fragmentation agar semuanya membusuk."

Aku membesarkan mataku sejenak, menatapnya tidak percaya. Luapan-luapan emosi yang tidak dapat terbendungkan membuat airmataku nyaris terkumpul.

"Ayo, kita mulai upacaranya!" Ujarnya sambil mengangkat kartu itu ke atas langit. "Aku ingin menghilangkan kekuatan Wings Maker dari Magacal Piya."

Baru saja mantra itu terucap, langit yang cerah mendadak menjadi gelap. Awan-awan putih berkumpul dan menyatukan diri dengan gerakan memutar. Seakan badai besar akan terjadi tak lama lagi.

Selanjutnya, kartu itu mengeluarkan warna hitam gelap yang menyelimuti seluruh bagian kartunya.

"Bersiaplah," Nai mulai mendekatkan kartu itu perlahan.

Aku menutup mataku seolah tak lagi sanggup melihat kekuatanku hilang. Aku tidak sanggup melihat kekuatanku menghilang di depan mataku. Aku tidak siap. Aku terus menerus melafalkan doa dalam hati, berharap agar semuanya cepat berlalu. Aku tidak ingin merasakan moment ini. Moment dimana dunia akan jatuh atas kekalahan. Moment dimana kegelapan akan bangkit dari siumannya.

Aku hanya ingin menyelamatkan dunia ini.

JLEB!

Tiba-tiba kulihat sebuah benda tajam terbang ke arahku dan melewati gelembung itu hingga membuat gelembung itu pecah. Nai langsung membalikan wajahnya kearah asal benda itu.

"Siapa yang berani-beraninya menganggu upacara ini?!" seru Nai sambil mengibaskan dengan kuat benda itu. Kali ini, gelembung yang dihasilkan alat itu, menghasilkan lebih banyak gelembung dari sebelumnya. Namun sebelum gelembung itu mengurungku kembali, lagi-lagi gelembung itu pecah.

Doaku telah terdengar. Seseorang menyelamatkanku. Dan orang itu...,

"Tazu!"

"Kau hampir terlambat, Tazu." Nai melayang ke atas, menatap Tazu dengan tatapan tajam sebelum akhirnya menghilang dibalik awan, bersama dengan seluruh awan gelap yang akhirnya membuat langit cerah kembali.

"Aku akan kembali dan kekuatanmu, Piya. Tidak akan selamat seperti kali ini!" Hanya suara itulah yang kudengar dari sana.

"Piya, cepat kejar dia!" pinta Tazu dengan nada menuntut. Namun tangan dan kakiku gemetaran membuatku menyadari kekuranganku.

"Maaf," gumamku. "Aku terlalu lemah"

*

"Apa!? Nai!?" seru semuanya tak percaya.

Baru saja, aku menceritakan hal yang kulihat tadi. Dan seperti yang kuduga, tidak ada yang menyangka bahwa dia adalah mata-mata BlackMix yang mengikuti perkembangan Magacal di sini.

"Bagaimana kejadiannya?" tanya Ryoka. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Jujur saja, aku masih shock dengan kejadian tadi pagi.

"Tidak mungkin," Mai menggelengkan kepalanya histeris. "Itu bukan Nai-Nee. Nai-Nee tidak mungkin berbuat begitu."

"Lalu, dimana dia sekarang?" tanyaku yang kurang terima dengan pembelaan Mai terhadap Nai yang jelas-jelas nyaris menghilangkan kekuatan Wings Maker-ku.

"Nai-Nee memang sering tidak pulang." ujarnya ragu. "Tapi itu bukan Nai-Nee, aku yakin"

"Tidak ada yang punya wajah dan kekuatan persis denganmu, Mai. Atau kau punya kembaran ketiga?!" tanyaku dengan emosi yang tak terbentung, mendengar perkataan Mai yang besikeras membela Nai.

Mai terdiam, digigitnya bibir bawahnya, sambil menahan airmata yang terkumpul penuh di ujung pelupuk matanya.

*

Sementara itu,

"Apa!? Mengapa bisa kalian menggunakan kartu itu tanpa persetujuanku!?" seru Kazie tampak murka, dipukulinya meja di depannya dengan keras hingga membuat suara itu terdengar menggema di seluruh ruangan sempit itu.

"Kami belum menggunakannya. Dia gagal saat hendak menggunakannya. Katanya dia dihentikan oleh magacal es." Jawab perempuan itu sambil menunjuk gadis itu dengan dagunya.

"Kau!? kau dari Clan Magacal kan?"

"Ya, tapi sudah tidak."

.

.

"Aku juga tidak tau mengenai ini. Nai sering menghindar dariku. Aku tidak tahu ini bisa terjadi" kata Invi, menatapku dengan tatapan bersalah sampai akhirnya aku menggelengkan kepalaku.

"Bukan salahmu."

Yaa-Chi menghampiri kami dan memberikan sebuah buku hitam kepada Invi. Buku yang tak lain adalah buku pembaca pikiran milikku.

"Invi, aku mohon hilangkan kekuatan buku ini." pinta Yaa-Chi terdengar memohon.

"Kenapa, memangnya?" tanyaku kaget. Aku sama sekali tidak berdiskusi dengan Yaa-Chi tentang itu.

"Baiklah," Invi pun menyentuh buku itu, kemudian membukanya dan merobek beberapa halaman yang sudah penuh dan berisi tentang hal-hal yang ada dipikiranku. "Ini bahaya. Apalagi untuk Nai yang bisa melihat tembus pandang dari kekuatan Bubble Transpartnya. Itu salah satu kekuatan Bubble-nya yang sudah naik level dua. Dia lebih kuat dibanding Mai." terang Invi sambil menyerahkan kertas itu padaku. Seketika kertas itu terbakar dan terbang kelangit.

"Buku ini sebaiknya kau isi kekuatan yang lebih bisa membantumu."

Aku menerima buku itu dari Invi, lalu mengangguk mengiyakan perkataannya.

*

"Tiga hari lagi, masa kejayaan akan ada ditangan kita!"

"YAA!!"

"A-apa yang akan terjadi?" tanya Kazie kebingungan, hanya dialah yang tidak mengerti dari sekian banyaknya orang-orang yang ada disana.

"Kau tidak perlu tahu, selama kau masih belum bisa Loyal dengan clan-mu sendiri." ujar Nai

"Lihatlah dirimu dulu, apa kau pantas berkomentar tentang oranglain?" balas Kazie tidak terima. Digerakannya kakinya untuk melangkah jauh-jauh dari tempat yang kini membahas tentang kejayaan-kejayaan yang sama sekali tidak diketahuinya. Baginya, percuma saja dia tetap berada disana, sementara tidak ada orang yang akan memberitahunya.

"Kazie," panggil seorang lelaki, sambil tersenyum tipis ke arah Kazie yang membalasnya dengan ketus.

"Apa, Light?"

"Aku akan ceritakan padamu. Tidak apa-apa kan nanti malam saja?"

Kazie tersenyum, lalu mengangguk semangat.

.

.

"APA? Serangan terakhir!?" seru Kazie membesarkan matanya, ditatapnya lelaki itu dengan tatapan tidak percaya.

"stt," Light mengancungkan telunjuknya di depan bibirnya sendiri. Butuh kewaspadaan untuk menyelinap masuk ke dalam cell miliki Kazie.

"Apa rencana mereka sebenarnya? Aku tidak tahu bagaimana maksudmu."

"aku juga kurang tahu. Tapi aku mendapat tugas untuk menyerang Wings Maker duluan." sahut Light.

"APA!?" seru Kazie makin shock. Wajahnya makin gelisah dan Light langsung berniat menenangkannya.

"Memangnya kenapa? aku yakin Wings Maker bisa menahan seranganku." ujar Light sambil menatap Kazie. "Dia itu temanmu kan?" tanya Light. Kazie menganggukan kepalanya.

Masalahnya, Piyorin kan takut petir, batinnya sambil mengigit bibir bawahnya. 








UPDATED : 11 SEPT 2015

A/N 

Perang akan dimulai. Saya nggak tau kenapa bisa. Cerita ini mendapat peringkat #58 di genre Fantasy tadi (11 Sept 2015)

Views : 800+; Votes : 100+

Big Love, P R Y T H A L I Z E (Cindyana H)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top