11

PIYORIN's

"Tapi Rainna hebat ya, bisa menggunakan kekuatan Aquane dengan baik," komentarku setelah mencoba mengingat-ingat bagaimana kedatangannya yang epic itu, ya walau pengungkapan perasaannya epicfail, sih.

Aquane (Rainna) mencoba berpikir sejenak, walau wajahnya masih murung pasca insiden tadi, "Mungkin karena aku terbiasa mengendalikan kekuatanku sekeras mungkin? Kekuatanku refleks, jadi membuatnya tidak mencolok agak sulit."

Kami semua hanya saling bertatapan bingung. Tidak ada satu pun dari kami yang mempunyai kekuatan refleks. Oh, Hize memilikinya, tetapi karena kekuatannya hanya membuat serangan memantul balik, kurasa Hize tidak terlalu menyadarinya. Rainna lebih mengerti soal ini.

"Dan juga karena kekuatan Rainna bersifat multielemen. Rainna mengendalikan banyak elemen di kekuatan aslinya secara tidak langsung," tambah Yanda (Vampix), kemudian membuat kesimpulan, "Itu artinya, kalau semisal Rainna masuk di tubuh Light pun, dia sudah bisa mengendalikan kekuatannya."

"Wow," kagum Kayaka (Light).

Kurasa semuanya sedang kagum dalam hati, tapi hanya Light yang kagum sefrontal itu.

"Kau terlalu berusaha keras," sahut Rainna (Sonic) sambil menghela napasnya.

"Tidak, kok, aku biasa saja. Habisnya, kekuatanku tidak ada manfaatnya sama sekali," balas Aquane (Rainna).

Rainna (Sonic) tidak mengatakan apa-apa, hanya menatap ke arah Aquane (Rainna) dengan kening mengerut, seolah tidak menyetujui perkataannya.

"Sonic jangan cemberut, Rainna itu harus terus tersenyum dan ceria," ucap Aquane (Rainna) sambil memperlihatkan senyuman lebar.

Aku bersumpah, terakhir aku melihat Aquane tersenyum selebar itu adalah ketika ... Aku belum pernah melihatnya, setelah kuingat-ingat.

Lagi-lagi tubuh Kayaka menguap lagi.

"Jadi, Piya, kau mau menggunakan kekuatanku atau tidak?" tanya Yanda (Vampix) lagi. "Kekuatan pengintaian itu cukup mudah. Hanya seperti ketika kau ingin melirik kiri dan kanan ketika hendak menyontek waktu ujian."

"Nah, masalahnya, aku tidak pernah menyontek!" balasku.

"Hah? Kau belum pernah?" tanya Light (Yanda), tampak kaget.

"Intinya, itu bukan jenis kekuatan yang berbahaya. Coba saja dulu, kau tinggal pikirkan siapa yang ingin kau cari," jelas Yanda (Vampix).

"Pasti langsung ketemu?" tanyaku, entah mengapa kurang yakin.

"Hanya jika orang itu ada di dekat kelelawar yang menggantung. Kalau tidak ada, ya tidak akan kelihatan," jawabnya lagi. "Ini tidak berbahaya, kok."

"Baik, baik, akan kucoba."

Kututup kedua mataku dengan tanganku--punya Vampix sih, tapi masa bodohlah--lalu mulai mencoba berkonsentrasi.

Tiba-tiba kurasakan kedua tanganku ditarik ke bawah, refleks kubuka kedua mataku dan menemukan Yanda (Vampix) yang menurunkN tanganku.

"Kenapa? Aku salah melakukannya?" tanyaku agak panik.

Yanda (Vampix) menggeleng, "Bukan, aku jadi kelihatan lebih kekanakan saat melakukan itu. Tolong tutup matanya saja, tidak perlu pakai tangan."

Lagi dan lagi, Vampix yang terlalu peduli dengan imagenya.

Namun aku menuruti karena tidak ingin memperpanjang masalah. Kucoba untuk kembali berkonsentrasi dan mulai mencoba membayangkan wajahku sendiri. Oke, yang kuingat hanya wajah anehku tiap bercermin dan pandanganku tetap menggelap, tak menunjukkan tanda-tanda akan terlihat.

Kubuka kembali mataku setelah beberapa saat, lalu menggelengkan kepala dengan agak kecewa. Yang lain menghela napas.

"Mungkin Piya tidak bisa mengaktifkan kekuatan Vampix yang itu," ucap Light (Yanda).

"Padahal itu lebih mudah daripada mengeluarkan sayap kelelawar," ucap Yanda (Vampix) menyayangkan, atau lebih tepatnya, mengejekku.

"Aku memang tidak bisa menemukan tubuhku, tapi aku menemukan tubuh Hize." Aku menoleh ke arah Invi (Hize), "Tubuhmu ada di cafeteria, tadu kelihatan dari luar jendela."

Invi (Hize) mengangguk, "Iya, aku sudah dengar dari pikiranmu."

"Jangan ikut menyebalkan seperti Invi, lho," ucapku sambil memincingkan mata.

"Wah, sudah kuduga, kekuatanku memang sangat berguna!" puji Yanda (Vampix) dengan sangat bangga.

"Jadi, kau tidak segera menyusul tubuhmu?" tanya Sonic (Kayaka).

"Akan kulakukan. Terima kasih atas informasinya, Piya. Maaf hanya bisa membantu kalian sampai di sini," ucapnya sembari membungkukan badan. Sopan sekali, tidak seperti Invi asli yang cuek-cuek tak peduli. 

Usai itu, Invi (Hize) pun berlalu meninggalkan kami semua. 

"Baiklah, sekarang giliran rantai kita yang menemukan jalan buntu," sahut Light (Yanda) sambil bersidekap tangan. 

"Kita tidak bisa menemukan tubuh Piya, kita juga tidak bisa mencari dimana Aquane asli berada," ucap Yanda (Vampix). 

Kayaka (Light) mengusap rambutnya pelan-pelan, tampak frustrasi tetapi terlalu sayang untuk mengacak rambut Kayaka yang sudah diikat ponytail dengan rapi, "Ini sebenarnya rantai berapa sih?" 

"Semoga Aquane ada di tubuh Piyan, semoga Aquane ada di tubuh Piyan," ucap Aquane (Rainna) seperti melafal mantra. 

Ya, aku juga berharap begitu, jadi itu artinya rantai kami sudah selesai bila kami menemukan Aquane. 

Kulirik arloji yang ada di tangan kiri Vampix. Tampak mahal, tapi sebenarnya agak menggangguku, apalagi aku jarang menggunakan jam tangan. 

Sudah pukul 02.40.

"Apa kita perlu teleportasi?" tanya Kayaka (Light) yang sebenarnya tengah menawarkan diri.

"Tidak perlu repot-repot menguras energimu, Light," ucap Yanda (Vampix) yang terdengar sarkas bagiku. Dia tampaknya tengah memikirkan jalan keluar untuk jalan buntu yang kami hadapi. 

Maksudku, tubuhku menghilang entah kemana dan kami tidak tahu dimana Aquane asli berada. Sementara waktu juga sudah mendekati jam 3 sore, waktu puncaknya. 

Yanda (Vampix) kembali menatap ke arahku, "Coba kau pikirkan lagi hal-hal yang lebih umum selain wajahmu sendiri."

Aku memejamkan mata lagi, "Aku harus membayangkan apa?"

 Dia melanjutkan, "Yang umum, seperti sayap, langit, atau mungkin kura-kura?" 

"Kenapa kura-kura?!" tanyaku kesal, tapi aku tetap memejamkan mata. "Aku kan tidak lambat! Malah, kalau kita balap terbang, kau akan tertinggal sangaaat jauh di belakangku." 

"Nah, tuh kan. Waktu kau fokus menggunakan kekuatan pengintai, kepekaanmu berkurang lagi. Fokus, kalau tidak ingin dibilang kura-kura," sindir Yanda (Vampix) dengan pedas. 

"Jangan bertengkar," lerai Aquane (Rainna) dengan raut wajah yang sedih. 

"Memangnya mereka sedang bertengkar?" tanya Rainna (Sonic), sambil mengedipkan matanya berulang kali, "Memangnya, mengapa kalian bertengkar?" 

Aku dan Yanda (Vampix) tidak sengaja menepuk jidat kami bersamaan. Parah sekali situasi ini. 

"Kalau tidak salah ...," Tiba-tiba Sonic (Kayaka) membuka suara setelah diam selama beberapa waktu. "Aku pernah melihat Ryuko berbicara dengan Aquane via air, waktu malam." 

Aku sontak mengerjapkan mata, "Hah?" 

"Oh. Aku juga pernah lihat. Ryoka memanggil Aquane dari air, waktu asrama putri kebakaran, dulu," ucap Light. 

"Lalu, apa hubungannya?" tanya Rainna (Sonic). 

"Bukankah itu artinya Aquane yang asli tahu bagaimana cara kerjanya? Memangnya Aquane tidak terpikir untuk memanggil tubuhnya dengan memanfaatkan media air?" tanya Sonic (Kayaka) sambil memiringkan kepala, bingung. "Aneh, soalnya aku akan melakukan itu, kalau aku jadi Aquane." 

"Kazie!" Yanda (Vampix) tiba-tiba memanggilnya. "Kau jenius!"

"Memangnya kata siapa Kayaka tidak pintar? Kayaka itu adiknya Kayato yang jeniusnya keterlaluan, tahu!" balasku tidak senang. 

"Ah, Kato memang pintar, sih," ucap Yanda (Vampix) basa-basi. Seharusnya dia yang paling tahu itu, karena mereka sekelas. "Rainna, kau bisa mencoba kekuatan Aquane yang itu?" 

"Oh? Maksud kalian suara yang daritadi terus memanggil hei, halo, hei ini?" tanya Aquane (Rainna). 

"Tunggu, maksudmu, kau sudah mendengarnya sedaritadi?!" 

Aquane (Rainna) tertawa canggung, "Dari sebelum jam makan siang. Kupikir itu suara apa, jadi kuabaikan saja, hehehe."

"Rainna," panggil Light (Yanda) dengan suara yang menyeramkan. 

"Wuah! Yanda, Yanami-Chan, ampun! Aku langsung komunikasi dengan Aquane yang asli, ya! Aku langsung komunikasi sekarang!" balas Aquane (Rainna) cepat-cepat. 

... Yanda mengerikan. Dan berada di tubuh Light, semakin mengerikan. 

Aquane (Rainna) menutup telinga kanannya dan langsung mengatakan, "Halo? Tes, tes, satu, dua, tiga. Apakah di sana Aquane yang asli? Apa kau mendengarku? Halo?" Dia menjauhi kami untuk sementara, mungkin karena kebisingan yang sangat mendominasi. 

"Rainna itu ... walau kelihatannya tidak pernah serius, ternyata dia jauh lebih terkontrol dalam penguasaan elemen kekuatannya, ya," ucap Yanda (Vampix), sebenarnya terdengar jelas tengah memuji Rainna di depan kami, tanpa diketahui Rainna tentu saja. 

"Kata siapa Rainna tidak pernah serius?" tanya Rainna (Sonic) sambil menunduk memperhatikan telapak tangan Rainna. "Dia selalu serius, bahkan ketika langit cerah dan suasana hatinya sedang murung. Dia serius, ketika tidak ingin membuat orang-orang mengkhawatirkannya." 

Kalau Rainna mendengar itu, dia akan membuat Bumi mempunyai sepuluh matahari. 

Kayaka (Light) menatap Rainna (Sonic) dengan tatapan datar, "Dia juga serius, saat mengatakan padamu kalau dia sudah lama punya perasaan--"

"Maaf menunggu lama!" Aquane (Rainna) akhirnya kembali. "Eh, kenapa semuanya pasang wajah serius? Habis membicarakan apa?" 

"Timing-mu buruk sekali," ucap Light (Yanda). 

"Hah?"

"Jadi, bagaimana? Apa kau berhasil berbicara dengan Aquane?" 

Aquane (Rainna) memamerkan jempolnya dengan bangga, "Sudah. Aquane yang asli sekarang sedang ada di area kolam berenang."

"Apa dia ada di tubuh Piya?" tanya Kayaka (Light). 

"Hmm, dari suaranya sih, aku tidak yakin. Tapi kita lihat saja nanti." 

Entah akan ada berapa rantai lagi sampai semua rantai-rantai ini berkumpul. 

Aku hanya ingin segera menyelesaikan permainan ini. 

***TBC***

Update lagi, karena aku sayang kalian. 

Semoga kalian suka sama chapter ini. Semoga .....

//hug hug// 

1300 kata. Mayan panjang.

Stay healthy, stay safe and stay at home! 



Cindyana

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top