05: Curse in The Past
Malam di hutan begitu sunyi, hanya suara dedaunan yang bergesekan pelan diterpa angin. Di dalam rumah kecil itu, Hiva tidur dengan tenang di dekat perapian, wajahnya tampak damai di bawah sinar bulan yang menyelinap melalui celah jendela.
Namun, Rune tak bisa tidur. Ia duduk di sudut ruangan, menatap api yang berkedip-kedip di tungku. Keheningan malam seharusnya menenangkan, tetapi pikirannya justru dipenuhi bayangan-bayangan masa lalu yang selama ini ia coba lupakan.
Masa lalu yang berlumuran darah dan kesedihan.
***
Bertahun-tahun lalu, Rune bukanlah buronan. Ia adalah penyihir kerajaan, seorang pemuda berbakat yang memiliki sihir lebih kuat daripada kebanyakan penyihir lain di istana.
Ia pernah percaya bahwa kekuatannya bisa membawa kebaikan. Ia mengabdikan dirinya untuk kerajaan, belajar sihir siang dan malam, berharap suatu hari bisa mengubah dunia menjadi tempat yang lebih baik.
Namun, harapan itu hancur ketika ia bertemu Elysia. Elysia adalah putri seorang bangsawan, gadis dengan tawa yang bagaikan sinar matahari. Ia tidak takut pada Rune seperti yang dilakukan banyak orang. Ia tidak melihatnya sebagai penyihir berbahaya, tetapi sebagai seorang pemuda yang kesepian.
Rune, yang terbiasa hidup dalam bayang-bayang, menemukan cahaya dalam diri Elysia. Dan ia jatuh cinta. Namun, ia tidak tahu bahwa cinta pertamanya itu akan menjadi awal dari kutukan mengerikan.
Suatu malam, tepat setelah Rune berani mengakui perasaannya, Elysia ditemukan tewas di taman istana. Tidak ada tanda-tanda pembunuhan. Tidak ada jejak sihir. Hanya tubuhnya yang membeku tanpa nyawa, seolah-olah kehidupan telah direnggut darinya oleh sesuatu yang tak terlihat.
Sejak saat itu ia juga dituduh menjadi pembunuh Putri Elysia. Rune yang tidak tahu harus apa hanya bisa kabur, mencoba menyelamatkan dirinya, meskipun memang bukan dari salahnya atas kematian Elysia.
Rune hancur. Ia mengutuk dirinya sendiri, bertanya-tanya apakah ia penyebab kematiannya. Namun, sebelum ia sempat mencari jawaban, seseorang datang kepadanya-Nerion, seorang penyihir tua yang telah lama menghilang dari istana.
"Sekarang kau mengerti, bukan?" suara Nerion kala itu terdengar datar, tetapi matanya dipenuhi kebijaksanaan dan kesedihan.
"Apa maksudmu?" Rune bertanya, suaranya penuh kepedihan.
Nerion menatapnya lama sebelum akhirnya berkata, "Kau telah dikutuk, Nak."
Rune membeku. Kutukan. Dunia seakan berhenti berputar saat Nerion menjelaskan semuanya.
"Dulu, sebelum kau lahir, keluargamu melakukan kesalahan besar. Mereka menginginkan kekuatan yang tidak seharusnya dimiliki manusia, dan sebagai hukumannya, keturunan mereka dikutuk ... kau adalah bagian dari garis itu, Rune."
Kutukan itu sederhana tetapi kejam: Setiap kali Rune mencintai seseorang, orang itu akan diincar oleh kematian, hingga dunia melupakan keberadaannya.
Elysia adalah korban pertamanya. Namun, ia bukan yang terakhir.
Rune menghabiskan bertahun-tahun mencoba melawan kutukan itu, berharap bisa menghindarinya. Tetapi setiap kali ia membiarkan seseorang masuk ke dalam hatinya, takdir akan menjemput mereka.
Ia kehilangan banyak orang-sahabat, keluarga angkat, bahkan seorang gadis desa yang pernah ia selamatkan. Mereka semua, satu per satu, menghilang. Lalu dunia melupakan mereka. Seakan mereka tidak pernah ada.
Akhirnya, Rune menyerah. Ia bersumpah untuk tidak pernah lagi jatuh cinta. Ia menutup hatinya, menjaga jarak dari semua orang. Ia membiarkan dunia menganggapnya sebagai buronan, sebagai penyihir berbahaya. Itu lebih baik daripada melihat seseorang yang ia sayangi menghilang karena dirinya.
Ia pikir, setelah bertahun-tahun, ia telah berhasil. Namun, kini ia duduk di dalam rumah kecil ini, menatap gadis yang tidur dengan damai dan menyadari bahwa ia telah gagal. Hiva telah menyusup masuk ke dalam hatinya. Dan itu berarti kematian akan segera mencarinya.
Rune mengepalkan tangannya, merasakan ketakutan yang sudah lama tak ia rasakan. Ia harus pergi. Ia harus menjauh sebelum semuanya terlambat.
Tetapi saat ia berdiri, bersiap untuk pergi, Hiva bergerak dalam tidurnya. Ia menggumam sesuatu, nyaris seperti bisikan.
"...Rune..."
Rune membeku. Hiva mengigau, memanggil namanya dalam tidur. Wajahnya tampak begitu damai, begitu tulus dan begitu hidup. Rune gagal menahannya, ia benar-benar dibuat kagum dengan sosok Hiva, gadis berambut cokelat yang lembut serta manik hazelnya yang menatap penuh keceriaan.
Dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang sangat lama, Rune merasakan kehangatan menyelinap ke dalam hatinya. Namun, bersamaan dengan itu, sebuah ketakutan mengerikan menjalar dalam dirinya.
Ia telah jatuh cinta lagi.
Dan itu berarti ... Hiva akan mati.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top