Some Kind Of Announcement
Momen syahdu itu harus terpecah karena Sani ditelepon teman kantornya.
"Woy, lo kemana sih?! Deadline besok nih!!" Teriak temannya panik. Seketika Sani sadar.
"Rey, aku harus balik ke kantor nih. Lupa ada lemburan. Anak buah aku aku tinggalin semua tadi," kata Sani cuek sambil tertawa. Reyna melongo.
"Yaudah buruan sana!!" Teriak Reyna cepat.
Sani segera beranjak, tapi Reyna menahannya lagi.
"San, handphone kamu," kata Reyna mendekat. Sani pikir Reyna akan menyerahkan ponselnya, tapi lalu Reyna menarik kerahnya dan melumat bibirnya.
Sani terlena, ia memejamkan mata. Namun belum puas ia merasakan bibir Reyna, perempuan itu malah melepasnya. Dengan sedikit limbung Sani membuka mata. Dia menatap heran Reyna yang mengutak-atik ponselnya.
"Nih," kata Reyna sambil akhirnya memberikan ponsel Sani. Sani melongo melihat adegan tadi sudah diabadikan dengan sangat rapi dan menjadi wallpapernya.
"Pamerin ke Elsa ya. Awas kalo sampe ngga," kata Reyna galak. Sani melebarkan senyumnya.
"Siap, Nyonyet!" Ucap Sani sebelum kabur.
"Kenapa masih bawa-bawa "Nyet" sih?!" Protes Reyna kesal yang tidak ditanggapi Sani karena buru-buru kembali ke kantor.
Reyna kembali ke apartemen Sani sambil mengulum senyum, membayangkan Elsa ketika melihat wallpaper karyanya barusan.
Yah, hitung-hitung pengumuman juga lah di kantor Sani. Jomblo bangkotan itu akhirnya pecah telor.
***
“San, masih lama kerjanya?” tanya Reyna nampak tidak sabar.
“Masih agak lama, Rey.”
“Anak-anak nungguin di luar loh ...”
“Kan udah dibilangin kalo aku ngga bisa nemenin.” Sani tidak memindahkan tatapannya dari layar laptop. Ini sih masih berjam-jam lagi sebelum akhirnya Sani bisa diganggu. Reyna mendesah kecewa.
Mereka sudah tiga minggu pacaran, tapi belum sempat mengumumkan hubungan mereka psda sahabat-sahabat mereka itu. Keenam sahabat ini memang sedang agak sibuk dengan urusan masing-masing. Wira dan Revi baru liburan keluarga bersama orang tua Wira, Ivan baru membuka bisnis baru di bidang kuliner, sementara Aldo baru saja naik jabatan. Hal ini membuat intensitas mereka berkumpul lengkap jadi semakin jarang.
Hari ini akhirnya mereka bisa bermalam minggu bersama dan rasanya sudah lama mereka tidak melakukan aktivitas sederhana tapi terasa mewah ini; berkumpul di tempat Sani sambil menonton film. Tapi Sani malah sibuk di kamar sendirian dengan laptopnya. Hal ini membuat Reyna cukup sebal. Ia ingin buru-buru memberitahu teman-teman mereka tentang hubungannya dengan Sani.
Di ujung matanya Reyna melihat ke arah pintu kamar, dia tahu keempat temannya sedang mengintip. Reyna pun menyembunyikan senyumnya.
“San …” Reyna menjauhkan laptop Sani tidak peduli bahwa Sani sedang mengetik sesuatu. Perhatian Sani pun akhirnya teralihkan. Dia ingin protes tapi akhirnya hanya bisa terpaku ketika wajah Reyna semakin mendekat.
“W-what?” kata Sani sambil tersenyum gugup. Dalam hati Sani merasa Reyna akan menciumnya, dan Sani sudah sulit menyembunyikan kegembiraannya. Reyna menatap Sani tajam, membuat perasaan Sani tidak keruan. Seketika Sani lupa dengan pekerjaan dan deadlinenya. Setelah wajah mereka hanya terpaut beberapa senti, Reyna akhirnya menunduk dan tersenyum.
“Nevermind,” kata Reyna. Ketika wajah Reyna menjauh, Sani langsung menariknya dan mencium bibirnya. Momen kepalang tanggung tadi membuat Sani kehilangan kendali. Mereka berciuman selama beberapa saat sampai akhirnya Reyna melepaskan bibirnya dengan lembut. Sani tersenyum bahagia sambil menyentuh hidung Reyna dengan hidungnya. Ia sangat menikmati apa yang mereka lakukan tadi. Tapi senyumnya berubah curiga saat dia melihat tawa kecil Reyna.
Ya, Reyna menahan tawa sambil menggigiti bibirnya, seperti sedang menyembunyikan sesuatu.
“What are you doing?” tanya Sani bingung.
“Making an announcement,” kata Reyna dengan tatapan jahil. Baru Sani mau menanyakan apa maksudnya ketika suara Aldo yang keras dan lantang memotongnya.
“WHAT THE HELL BRO?!?!!! DO WE HAVE ANOTHER INCEST HERE???” suara penuh nada terkejut dari Aldo itu langsung menimbulkan tawa terbahak dari Sani dan Reyna.
“You’re such a naughty girl,” kata Sani pelan pada Reyna.
“Yea? Thought you like it,” Jawab Reyna ringan sambil mengangkat bahu.
“Ngga usah kaget-kaget banget sih, Do. Gue udah curiga dari lama.” kata Ivan.
“Sok tahu lo, Van!” balas Aldo.
“Lo pikir cewe mana lagi yang sering dikerjain dan dikatain Sani selain Reyna? Nih anak pinter-pinter kan mentalnya kayak bocah SD, kalo naksir cewe malah cewenya dikerjain sama dikatain,” jawab Ivan.
“Oh meeenn,, bener juga lo bro!”
“Ternyata dugaan temen gue bener, lo berdua ada apa-apanya,” ucap Wira puas.
"Hah? Temen lo yang mana?" Tanya Sani bingung.
"Yang dokumentasi nikahan gue, San! Elah ..." ucap Wira yang tak sabar menghadapi Sani yang cuek dan pelupa.
"Tapi syukur ya, San ... semua berjalan sesuai harapan ..." ucap Revi yang dari tadi tidak hisa berhenti tersenyum lebar. Anak-anak lain baru ingin menanggapi ketika mereka berpikir kompak, harapannya siapa???
Semua menengok ke Revi bersamaan, lalu tatapan mereka pun kompak berpindah kepada Sani. Bahkan Reyna pun melongo.
"Apa sih yang Revi ngga tau?" Kata Sani singkat, mengkonfirmasi dugaan mereka semua kalau Revi sudah lama tahu tentang perasaan Sani pada Reyna. Mereka pun tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepala mereka. Semua terkejut, tapi bahagia. Bergantian mereka menyelamati Sani dan Reyna.
“Sukanya sama yang pedes ya, bro?” tanya Aldo pada Sani. Sani pun menaik-naikkan alisnya.
“Bawel lo, Do!” kata Reyna kesal. Semuanya pun tertawa.
"Tapi harus ya pengumumannya pake kissing segala? Risih gue ..." kata Ivan.
"Lo ngga jealous kan, bro?" Tanya Aldo penasaran. Ivan memasang muka masam.
"Bukan jealous sih ... tapi ..." kata Ivan perlahan. Kelima temannya menunggu lanjutan kalimat itu.
"Tapi gue envy! Bahkan Sani aja pacaran sekarang, gue malah ngejomblo. Sialan ..." keluh Ivan yang langsung disambut gelak tawa semua sahabatnya.
Malam itu, hubungan Reyna dan Sani membuat semua orang bahagia. Mereka menghabiskan sisa malam dengan kembali bernostalgia, meskipun tidak sampai kembali ke sekolah mereka lagi. Mereka mengingat kembali perjalanan mereka sampai ke tahap ini dan mereka bersyukur atas semua hal yang terjadi.
Mungkin setelah dari tempat Sani mereka kembali menghadapi tantangan hidup mereka masing-masing. Mungkin satu titik kebahagiaan itu tidak langsung menyelesaikan semua masalah mereka. Tapi di momen itu, mereka bahagia. Karena apapun yang terjadi, mereka masih terus bersama.
***
Hai pembaca Gugusan dan The Someone!
Terima kasih telah menyempatkan diri membaca ceritanya Sani kali ini. I wish you guys have some fun reading it.
Sampai jumpa di cerita lainnya yaa
Salam,
Sacchan
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top