Twelve


M I S S I N G

Terjadi sesuatu. Seluruh tim kecuali aku dan Chris diinjeksi oleh sesuatu dan mereka berubah menjadi J'avo. Aku baik-baik saja, tapi Chris harus dirawat. Kemungkinan gegar otak ringan.

Chris menghilang dari rumah sakit. Tidak ada yang tahu ke mana ia pergi. Aku berniat untuk tetap di sini. Dugaanku Chris tidak akan meninggalkan Edonia. Maaf karena masih belum bisa kembali padamu.

Bagaimana kabarmu? Apa kau istirahat dengan cukup dan makan teratur? Kondisiku baik-baik saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Aku masih belum menemukan jejak Chris. Aku tidak akan menyerah sebelum menemukannya. Jangan terlalu khawatir, aku akan menemukannya secepat mungkin.

Maaf karena tidak bisa mengabarimu sesering yang kuinginkan. Masih belum ada perkembangan, tapi jangkauan pencarian kami sudah lebih sempit. Apa yang kaulakukan selama aku tidak di sana?

Aku baik-baik saja. Begitu juga dengan Chris. Seperti dugaanku sebelumnya, ia amnesia. Tidak bisa mengingat apapun, bahkan tidak ingat bagaimana ia bisa berada di Edonia. Kami belum bertemu, tapi aku sudah menemukannya. Jangan mengkhawatirkan kami. Aku berniat menemuinya lusa, saat tim sudah tiba di sini.

Setiap pesan yang dikirimkan oleh Piers hanya menambah kekhawatirannya. Namun, saat ia mengetahui kalau Chris sudah ditemukan dan Piers berniat menemuinya, [First Name] bersikeras untuk menemui Chris juga. Dengan keadaannya yang memprihatinkan, [First Name] ingin melihat sendiri keadaan mentornya. Kekhawatirannya tidak akan hilang jika tidak melihat mereka berdua secara langsung.

Aku akan pergi ke Edonia bersama dengan tim. Hanya itu balasan [First Name] pada pesan terakhir Piers.

Ia masih belum mengatakan apapun tentang kehamilannya, merasa waktunya tidak tepat untuk mengumumkan hal sebesar ini pada suaminya, juga tidak ada satupun orang yang menyadarinya selain Jill. Mereka hanya mengira dirinya semakin gemuk setelah ditinggal berbulan-bulan oleh Piers. Kenyataannya tidak semudah itu.

Jill sudah melarangnya untuk ikut. Perjalanan jauh tidak baik untuk dirinya yang tengah mengandung, tapi sekali lagi. Kekeras kepalaannya menang. Ia ikut dengan tim Alpa yang baru dibentuk dalam helikopter. Mereka berniat langsung ke Cina untuk menjalankan misi selanjutnya setelah memaksa Chris untuk ikut.

[First Name] mengeratkan jaket tebalnya, dalam hati bersyukur dengan cuaca dingin di Edonia. Jaket tebalnya mampu menutupi perutnya yang semakin membesar. Memang tidak terlihat seperti dirinya dalam keadaan normal, tapi [First Name] yakin dengan pikiran yang dipenuhi dengan keadaan Chris sekarang, Piers tidak akan menyadari perubahan dirinya. Ia berencana untuk mengatakan tentang kehamilannya pada Piers setelah mereka menyelesaikan misi di Cina.

"Sudah kukatakan kau tidak perlu ikut ke sini," sosok Piers berada dalam jarak pandangan. Tangannya terjulur, membantu [First Name] turun dari helikopter walaupun sebenarnya ia tidak terlalu membutuhkan bantuan.

"Sudah lama sejak terakhir kali kita bertemu. Aku ingin menemuimu, juga dengan Chris," [First Name] menggamit lengan Piers, membiarkan pria itu menuntunnya.

Piers tersenyum kecil, lalu mencuri ciuman di pipi. "Aku baik-baik saja seperti yang kaulihat. Chris ... bagaimana aku mengatakannya? Kondisi fisiknya baik, hampir seperti dirinya dalam keadaan normal. Tapi kondisi mental dan pikirannya yang kukhawatirkan."

"Chris masih belum memiliki ingatannya lagi?" tanya [First Name] khawatir.

"Belum," Piers menggeleng. "Tapi bagaimanapun juga aku tetap ingin ia ikut di misi selanjutnya."

Piers membuka pintu bar, menuntun [First Name] untuk duduk di salah satu kursi, kemudian mendudukkan diri di samping [First Name]. Piers langsung memesan steak dan membiarkan [First Name] memilih makanannya sendiri.

"Apa yang kita lakukan di sini?" tanya [First Name]. Matanya menyusuri penjuru ruangan, menyadari bahwa semua yang berada di bar ini adalah anggota BSAA.

"Menunggu Chris," sahut Piers. "Ia selalu minum di sini selama beberapa hari terakhir. Aku yakin ia akan kembali ke sini sebelum pindah tempat. Ia tidak pernah menetap di satu wilayah lebih dari satu minggu."

Tidak lama kemudian, Chris benar-benar datang. Ia langsung memesan minuman dan menelannya dalam sekali teguk. Seperti alkohol itu akan menghilang jika tidak cepat diminum. Sudah banyak rokok yang dihisapnya, terbukti dari banyaknya puntung yang berada di asbak.

Piers sempat mengajaknya berbicara, namun tidak ditanggapi oleh Kaptennya. Pemilik bar sudah menegurnya, namun Chris merebut botol yang dipegang oleh si pemilik. Tidak hanya itu, saat salah satu dari anggota BSAA menegurnya dengan bahasa asing dan mengulangi tegurannya dalam bahasa Inggris, Chris malah mengadukan kepalanya ke meja dan hampir memukul kepalanya dengan botol alkohol kalau Piers tidak menahannya.

[First Name] membisu. Tidak percaya dengan fakta bahwa mentornya berubah menjadi pemabuk. Sejak dulu, Chris selalu menjadi orang yang emosional. Ia akan hancur saat mendapat hantaman keras yang berkaitan dengan emosinya. Tapi tidak pernah ia bayangkan jika Chris berubah pemabuk dan kasar terhadap orang lain.

"Aku tidak mengira, Chris Redfield membuang waktunya di tempat seperti ini," kata Piers dengan ekspresi kesal setengah kecewa.

Chris menepis tangan Piers, memilih untuk duduk di salah satu kursi dengan tubuhnya yang limbung. "Siapa kau?"

"Piers," jawabnya sambil duduk di hadapan Chris. "Piers Nivans."

"Aku tak pernah mendengar namamu."

"Kau tak pernah mendengar namaku?" Piers merogoh sakunya, mengeluarkan ponsel. "Lalu apa kau pernah mendengar ini?"

[First Name] tidak tahu pasti apa yang ditunjukkan Piers pada Chris, tapi [First Name] melihat Chris memalingkan wajah. Ia seperti tidak ingin melihat apa yang ditunjukkan oleh Piers.

"Apa itu?" tanya Chris saat melihat ke arah ponsel.

"Kau benar-benar tidak mengingat apapun ya? Bio-teroris."

"Bio ..." Chris memegang kepalanya. Ia mengerang sakit. Piers memberi isyarat pada [First Name] agar mendekat. [First Name] tidak membantah perintah Piers, ia menarik kursi di sebelah Piers. [First Name] menyadari tatapan curiga Chris, namun mengabaikannya.

"Bagaimana dengannya?" tanya Piers. "Kau mengingatnya?"

"Aku yakin pernah mengingat wajah secantik itu di suatu tempat," ucap Chris berusaha tersenyum.

[First Name] menggeleng kesal. "Astaga ..."

"Suara itu ... kau ... kau [First Name]," ujar Chris. [First Name] terbelalak, matanya menatap Chris seakan bertanya apakah Chris benar-benar mengingatnya. "Hanya namamu yang kuingat, tidak lebih."

"Kau tidak bisa sembunyi dari masa lalumu Chris," kata Piers. "Tak peduli kemana kau pergi dan apa yang kaulakukan."

"Siapa kau?" Chris berubah panik. "Apa ini?"

"Baiklah," Piers menekan ponselnya. "Kau tidak mengenalku?" [First Name] melihat foto dan nama anggota mereka yang telah gugur. "Kalau begitu bagaimana dengan mereka?" tanya Piers menunjukkan foto mereka pada Chris. Saat Chris memalingkan wajah, Piers membentaknya. "Lihat! Kubilang lihat!" Piers memukul meja, berdiri dari kursinya dan memaksa Chris melihat ponselnya.

"Piers," panggil [First Name], berusaha menenangkan suaminya.

"Mereka prajuritmu," lanjut Piers, mengabaikan panggilanmu. "Mereka adalah prajurit yang meninggal di bawah pimpinanmu. Kau berutang pada mereka untuk mengingatnya, Chris. Jika kau lari sekarang, maka semua ini akan sia-sia."

"Cukup!" Chris berteriak. Ia menepis kasar tangan Piers yang memegang ponsel.

"Piers, sudah cukup!" [First Name] menarik Piers untuk kembali duduk di tempatnya.

"Damn it!" kata Piers kecewa. "Enam bulan aku mencarimu dan ini yang kutemukan," Piers menepis botol kosong yang ada di atas meja.

Piers mengalihkan pandangannya, marah dengan situasi yang mereka alami. Tapi [First Name] masih tetap menjaga pandangannya pada Chris, menyadari bahwa mentornya terlihat sangat sedih dan terpukul. [First Name] dan Chris beradu pandang lalu mata Chris beralih pada Piers sebelum terpaku pada logo BSAA yang berada di lengan jaket suaminya.

"BSAA," bisik Chris.

[First Name] tersenyum seiring dengan Piers yang kembali mengunci pandangannya pada Chris. "Di sanalah tempatmu berada. Semuanya sudah menunggu."

Piers memberi isyarat pada seluruh anggota dan mereka berkumpul satu persatu di belakang Piers. "Kami membawamu kembali, Kapten! Apapun caranya."

Chris ragu sesaat, namun memutuskan untuk ikut serta. [First Name] memegang tangan Piers, senang dengan hasil akhir yang mereka dapatkan. Saat Chris sudah meninggalkan meja, dibantu dengan beberapa anggota, Piers bicara.

"Kau sudah bertemu denganku, juga dengan Kapten. Kami akan langsung pergi ke Cina segera setelah ia tidak mabuk, kudengar ada yang melepaskan C-Virus ke daerah sana. Sementara itu, kau kembalilah ke markas. Aku sudah menghubungi HQ dan mereka sudah menyiapkan helikopter untukmu."

"Tidak akan lama, kan?" tanya [First Name]. Ia mengutuk perubahan hormonnya yang drastis, ditambah lagi dengan kenyataan ia belum bertemu suaminya selama enam bulan, membuat pertanyaannya terdengar manja.

Piers tersenyum kecil. "Tidak sampai tiga hari kurasa. Kami hanya akan menyelamatkan pekerja PBB dan memberantas B.O.W di sana."

"Aku ingin ikut denganmu," bisik [First Name] mengetahui suaminya dapat mendengar dengan sangat jelas. [First Name] kembali berbicara sebelum Piers mampu menyela ucapannya. "Tapi aku tahu, dengan keadaanku sekarang, keberadaanku hanya akan mengganggu dan membebanimu."

Piers terkekeh sekaligus sedih dengan ucapan [First Name]. Kalau wanita itu mampu menjalankan misi, sudah pasti ia akan membawa serta [First Name] dalam misinya kali ini, tapi semua itu hanyalah angan-angan. Tidak ingin melihat wajah sedih [First Name] sebelum terbang ke Cina, Piers melepaskan military dogtags—tanda pengenal militer bertuliskan namanya yang berbentuk seperti kalung, lalu memakaikannya pada [First Name].

"Simpan ini," ucap Piers. "Benda itu akan menjadi pengingatmu padaku. Jaga tanda pengenalku, ya? Aku akan mengambilnya setelah misi ini selesai."

[First Name] masih ingin berlama-lama dengan suaminya, masih ingin berada dalam pelukan Piers. Panggil ia wanita tidak dewasa yang manja, namun wanita manapun akan merindukan suami tercintanya setelah sekian lama dipisahkan oleh pekerjaan. Namun, harapan [First Name] tidak terkabul. Seseorang sudah meminta Piers untuk siap pergi.

"Aku harus pergi lagi," Piers merendahkan tubuhnya, sebelah tangannya menarik leher [First Name] mendekat. Bibir Piers menyentuh puncak kepala dan batas rambut [First Name] sebelum berakhir di dekat telinga istrinya. "I love you, Baby. Wait for me, will you?"

Belum sempat [First Name] membalas ucapan Piers, suaminya sudah berlari menjauh, kembali berkumpul dengan timnya. [First Name] memandang kepergian Piers dengan nanar. Pandangannya berubah kabur karena air mata.

Ada sesuatu yang berbeda dengan perpisahan mereka kali ini. Sesuatu yang menyedihkan hingga membuat [First Name] hampir menangis saat Piers menjauh darinya. Sesuatu yang seakan berkata kalau ia tidak bisa menemui suaminya. Sesuatu yang memberatkan hatinya hingga kakinya tidak mampu menopang tubuhnya.

Sesuatu yang terasa seperti ia akan kehilangan sosok Piers selamanya.

[First Name] menggenggam military tags Piers dengan erat, berharap dalam hati ini bukan terakhir kalinya mereka akan bertemu.

"Kembalilah padaku. Kembali untuk bayi kita, Piers."

I'M SO SORRY FOR THE WAITINGG!!

Kayaknya buku ini udah berdebu dan lumutan di Library kalian. Aku lupa kalau masih punya cerita yang ngegantung dan harus ditamatin.

This is for you, who waited for so long. Hope you enjoy it!!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top