Fifteen
P R O M I S E
Sudah lebih dari dua minggu sejak kondisi Piers berangsur pulih. [First Name] menyambutnya dengan senyum bahagia, begitu juga dengan Kaptennya. Ia tidak pernah menyangka akan mendapat sambutan yang cukup meriah dari anggota lainnya. Sambutannya memang tidak meriah sampai membuat pesta di dalam markas, tapi cukup meriah untuk pergi ke bar hingga sebagian besar dari mereka pulang dalam keadaan mabuk.
HQ sudah menerimanya kembali, berkata ia akan tetap berada di bawah pimpinan Chris Redfield. Piers yakin HQ mengamati pergerakannya secara diam-diam, mengantisipasi kemungkinan terburuk. Berjaga-jaga jika ia kembali menjadi seorang monster. Saat menyuarakan kekhawatirannya pada Chris, Kaptennya hanya tersenyum kecil dan berkata 'Kau tidak akan berubah menjadi seperti itu lagi, tapi hebat juga kalau lenganmu yang sekarang masih bisa mengeluarkan listrik seperti waktu itu.'
Sementara [First Name] ... wanitanya masih tetap sibuk menjadi seorang pelatih terlepas dari fakta bahwa perutnya semakin membesar. Memang ada beberapa rookie yang mengganggapnya remeh—atau setidaknya itu yang Piers dengar saat melewati ruang latihan, tapi [First Name] langsung mematahkan teori mereka tentang seorang wanita hamil tidak bisa membanting lawan, walaupun ia yakin [First Name] memanfaatkan ketidak waspadaan mereka untuk menang.
Piers menghela nafas panjang. Di hari pertamanya ia keluar dari rumah sakit, laporan sudah menunggunya. Ia diminta untuk segera menulis laporan tentang misi terakhirnya di Cina, terlepas dari Chris sudah menulisnya, ia masih terpaksa melakukannya juga. Memang ini bukan pertama kalinya ia berhadapan dengan kertas dan memaksa kepalanya untuk mengarang, terkadang Chris melimpahkan tugas menulis laporan padanya, tapi ia hanya ingin bersama dengan istrinya saat ini. Ia merindukan bagaimana ia merasa sangat lengkap saat [First Name] berada dalam pelukannya.
Kepalanya mendongak saat mendengar suara pintu terbuka, setengah berharap bahwa yang datang adalah istrinya. Namun, Piers terpaksa menelan kekecewaan saat melihat Kaptennya yang membuka pintu.
"Jangan melihatku seperti itu. Aku tahu kalau kau berharap [First Name] yang datang, tapi istrimu sedang sibuk bersenang-senang dengan rookie baru," kata Chris sembari mengangkat kedua tangannya defensif saat tatapan tajam Piers menyambutnya. Ia mendudukkan diri di hadapan Piers. "Harus kukatakan, untuk standar wanita yang tengah mengandung besar, [First Name] mampu membuat mereka gemetar."
Piers menyeringai kecil. Teringat saat ia melihat [First Name] menghajar salah satu rookie yang menertawakannya saat wanita itu sedang mengatakan sesuatu. Piers memperhatikan gerakannya memang melambat karena perutnya, tapi refleks dan cara berpikirnya yang cepat mampu membuatnya berada di sisi pemenang.
"Aku melihatnya tadi, sebelum jam makan siang," ujar Piers sedikit mengangguk. "Jadi, apa yang membuatmu ke sini, Kapten? Kau tidak akan menanyakan bagaimana kabarku, kan?"
Sebelah alis Chris terangkat. "Yah ... sebagian kecilnya karena aku ingin mengetahui bagaimana kondisimu, baik mental atau fisik. Tapi, sebagian besarnya aku ingin mengatakan bahwa tim Alpa kembali mendapatkan misi untuk jangka waktu yang tidak ditentukan."
Dahi Piers mengernyit, tidak suka dengan berita yang baru saja ia terima. "Aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja, Kapten. Aku ingin berada di sisinya saat ini. Aku sudah terlalu banyak melewatkan momen bersama mereka."
"Aku belum selesai bicara, Piers," Chris tersenyum miring melihat reaksi tangan kanannya. "Kau memang bagian dari timku, tapi kau tidak akan ikut misi ini."
"Apa?"
"Kau tidak akan ikut misi ini," ulang Chris. "Aku beralasan karena kau baru pulih dan kondisimu masih belum stabil untuk menjalani misi berat. Mungkin ... aku juga sedikit berlebihan saat mengatakan tidak ingin kehilangan anggota terbaikku saat misi karena kondisinya yang masih tidak memungkinkan untuk berpartisipasi dalam misi apapun."
Senyum mengembang di wajah Piers. "Aku yakin HQ tidak akan suka mendengar alasanmu."
"Memang tidak," Chris mengangkat bahu acuh tak acuh. "Tapi kau adalah anggota timku dan aku memerintahkanmu untuk tidak ambil bagian dalam misi kali ini tidak peduli seberapa hebatnya dirimu."
"Yes Sir."
"Aku datang untuk memberitahumu tentang kabar ini saja," Chris melirik jam tangannya. Ia menepuk lututnya sekali lalu beranjak. "Sebentar lagi waktu pulang. Aku ingin bersiap dulu. Kau tahu, rasanya sudah lama sejak terakhir kali aku tidak tidur dengan damai. Bahkan setelah kau pulih aku masih direpotkan dengan hal teknis."
Piers terkekeh kecil. "Terima kasih karena berbaik hati ingin direpotkan olehku, Kapten."
Chris melambaikan tangan tanpa berbalik. "Bersenang-senanglah dengan istrimu. Jangan terlalu kasar. Ingat kondisinya sekarang ini."
Piers harus menahan diri untuk tidak melempar pena ke kepala Kaptennya yang tertawa mendengar ucapannya sendiri. Tidak peduli seberapa hormatnya ia pada Kaptennya, terkadang Piers tidak mengerti dengan selera humor Chris.
***
"Tim Alpa akan berangkat untuk misi lagi? Kapan?" [First Name] tidak bisa menahan suaranya agar tidak terdengar kesal setengah sedih saat Piers memberitahunya tentang apa yang dikatakan oleh Chris tadi sore. "Kau baru saja pulih, Piers. Dan mereka sudah memberikan misi baru lagi untukmu?"
"Besok pagi kurasa," gumam Piers saat bibirnya menyentuh rambut [First Name]. "Kenapa dengan nada bicaramu? Kau tidak suka aku pergi lagi?"
[First Name] melipat kedua tangannya di depan dada, berusaha untuk terlihat kesal dan tidak peduli, namun sia-sia. Piers malah menganggap sikap istrinya kekanakkan dan mendapati dirinya agar menahan diri untuk tidak menciumi wajah [First Name] yang terlihat sangat menggemaskan.
"Tentu saja! Aku tidak bersama dengan suamiku untuk waktu yang lama. Kami hanya bertukar kabar melalui pesan singkat dan bertemu kurang dari dua puluh empat jam. Aku merindukan suamiku, bukan hanya bantal dan pakaiannya saja."
Piers terkekeh. Sebelah tangannya menangkup wajah [First Name]. "Aku tidak berkata akan ikut misi besok. Aku hanya mengatakan padamu kalau tim Alpa yang akan berangkat besok."
"Maksudmu? Aku tidak mengerti."
"Baby, aku tidak akan ikut misi besok. Setidaknya tidak sampai ia lahir," Piers menurunkan satu tangannya ke perut [First Name], bergerak konstan mengusap bayi mereka walau tidak secara langsung. "Chris memaksaku untuk tinggal. Kurasa ia tahu aku tidak ingin pergi darimu untuk beberapa waktu. Sebagai gantinya, aku harus mengerjakan hampir seluruh laporannya."
[First Name] tersenyum sumringah. Ia tidak percaya akan memiliki suaminya untuk diri sendiri selama satu bulan. Piers tidak pernah berada di rumah selama itu dan sekarang ia mendapatkan apa yang ia inginkan.
Piers mengulum senyum saat [First Name] mengalungkan lengan di lehernya, memeluknya sedekat yang ia bisa. Ia mencium dahi dan pelipis [First Name], mengungkapkan perasaan bahagianya. Bibirnya turun ke rahang dan leher [First Name], mendambakan kedekatan yang tidak bisa ia dapatkan selama beberapa bulan terakhir.
"I missed you. God, I missed you so much," bisik Piers saat bibirnya berhenti di telinga [First Name]. "Aku berjanji padamu. Aku berjanji padamu untuk tidak mengingkari janjiku lagi. aku berjanji akan tetap bersamamu sejauh apapun fisikku berada. Aku berjanji akan menjagamu dan dirinya."
Bibirnya menyapu pipi [First Name] saat melihat wanitanya menangis haru. Puas karena tidak melihat jejak air mata yang baru, Piers bangkit dan mendaratkan ciuman di perut [First Name]. Ia mendapatkan tendangan kecil sebagai balasan.
"Dan aku juga berjanji padamu. Aku akan menjagamu hingga kau tidak perlu melihat hal yang sama seperti yang aku dan Ibumu lihat, you hear me? I'll protect both of with any costs. I promise."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top