TS _ 5
"Ayo minum dulu."
Aku menerima minuman pemberian Gia. Dalam satu kali teguk teh hangat itu tandas kuminum. Kami sekarang berada di ruang tamu rumahku. Kejadian tadi ternyata luput dari perhatian mereka karena terlalu fokus membicarakan kejadian di sekolah. Yang artinya bahwa hanya aku saja yang melihat kejadiannya dari awal.
Aku memainkan ujung rambutku, memilinnya kemudian melepaskannya. Hal ini sering kulakukan jika aku sedang gugup atau cemas. Aku mulai menceritakan kronologis kecelakaan tadi. Gia bahkan sampai menutup mulutnya ngeri. Mereka terus memberi semangat padaku agar melupakannya tapi bukan itu yang membuatku diam dan terlihat seperti orang yang shock.
Aku melihat sesuatu yang aneh, hal sama lalu...
"Fay,"
"Ah, ya...?" Aku menatap Gia, Faruq, Hari dan Cane dengan wajah bingung. Aku tidak tahu siapa yang memanggil.
"Aku yang panggil. Kamu kenapa?" Kecemasan terlihat jelas di wajah Cane. Begitu juga dengan yang lain.
Aku tertawa hambar sembari memperbaiki poni rambutku. "Maaf, membuat kalian cemas. Aku...nggak pa-pa kok. Ya...mungkin agak shock tapi nanti pasti baik-baik saja." Ucapku.
"Jadi, besok kita masuk sekolah?" Tanya Hari.
"Di grup bilang apa?" Sahut Faruq.
Hari terlihat sibuk men_scroll pesan di grup whatsap kelas. "Nggak ada info apapun, kecuali tentang jenasah bu Rima yang sudah dibawa ke rumah sakit."
"Berarti sekolah tetap masuk, mungkin nggak banyak belajar jadi kamu bisa istirahat dirumah Fay."
Aku memutar bola mata malas. "Aku baik-baik aja Cane, kenapa aku harus bolos besok." Kataku sewot.
"Kondisimu sedang nggak bagus." Balasnya.
"Nggak, besok aku masuk sekolah." Kukuhku.
Cane terlihat kecewa tapi akhirnya ia berkata, "tunggu aku jemput besok pagi."
"Ciyeee perhatian banget sih." Ejek Gia.
"Apa sih?" Balasku ketus.
"Assalamualaikum,"
Kami menengok ke arah suara bersamaan. Terlihat mama baru datang, wajahnya terlihat lelah dan cemas. Namun balutan blezer warna biru langit itu membuatnya tetap terlihat menawan.
"Waalaikumsalam wr wb." Jawab kami serempak.
Kami menyalami mama bergantian. Mama duduk di sebelahku setelah Gia bergeser, mengambil duduk disebelah Faruq.
"Kalian baik-baik aja? Keliatannya pada bingung gitu." Kata mama. Pandangan mama berhenti padaku. "Tunggu dulu, Fay kenapa pucet gini mukanya?" Mama mulai panik.
"Nggak apa-apa Ma, Fay cuma shock aja tadi." Jawabku.
"Tapi yang lain...biasa aja." Gumamnya sembari membandingkan raut wajahku dengan yang lain.
"Itu karena sebelum kejadian tadi, Fay pingsan disekolah tante."
"Apa?" Seru mama kaget mendengar penjelasan Gia. Gia mengangkat bahu ketika aku menatapnya.
"Tadi pagi kan Fay nggak sarapan, Ma. " balasku.
"Makanya kamu itu bandel dibilangin, jangan sampe nggak sarapan." Omelnya.
"Iya." Sahutku.
"Tante turut berduka atas musibah yang menimpa guru kalian." Ucap mama.
"Iya, Tante." Jawab mereka kompak.
"Kalian kalau kemana-mana atau ngapa-ngapain harus hati-hati ya. Yang namanya musibah nggak ada yang tahu."
"Benar itu, Tante." Kata Cane.
"Mmm, Tante, kami pamit dulu ya." Kata Gia.
"Iya, sudah siang. Lain kali kami main lagi kesini boleh ya, Tante?" Kata Cane.
"Tentu saja, kalian boleh datang kapan saja. Terima kasih udah anterin Fay, ya." Ucap mama sembari membalas uluran tangan teman-temanku. Mama mengantar mereka sampai pintu.
Mama menghembuskan napas berat, ia duduk kembali disampingku. Menatap lurus ke dalam mataku. Mama kenapa jadi serius gini sih? Batinku.
"Sayang, kamu...nggak ngalamin hal aneh kan?" Tanyanya.
Keningku mengerut, "maksudnya?"
"Ya, seperti melihat mahluk halus, setan, dan sejenisnya?"
Aku hampir saja tertawa jika tidak melihat mimik wajah mama yang terlihat sangat serius dan sedikit...takut, iyakah?
"Nggak, Ma. Memangnya kenapa?"
Mama menghembuskan napas lega. "Sebenarnya dulu waktu kecil kamu itu bisa melihat hal-hal yang nggak bisa dilihat oleh orang lain."
Aku melongo, "maksud Mama, aku anak indigo gitu?" Tanyaku tak percaya.
"Ya...semacam itulah." Katanya.
"Lalu?" Desakku penasaran. Seingatku hidupku normal-normal aja nggak pernah diganggu dengan hal-hal seperti itu.
"Waktu kecil kamu sering banget liat hal-hal aneh, kamu juga sering ngilang tiba-tiba, kami cari kamu kemana-mana eh kamunya lagi asyik main sendiri di belakang, kamu bilang kamu lagi sama temen kamu. Mama dan Papa khawatir, akan sangat bahaya sekali kalo kamu diluar pengawasan kami. Jadi, Kakekmu yang juga memiliki kemampuan yang sama denganmu akhirnya menutup mata batinmu atau apa istilahnya."
Aku tercengang mendengar cerita mama. Ini adalah hal yang nggak pernah aku bayangkan sama sekali.
"Kenapa Mama baru cerita sekarang?" Tanyaku.
"Kamu sudah tujuh belas tahun jadi kurasa ini saat yang tepat. Lagipula kamu nggak ngalamin hal-hal aneh lagi. Oya," kata mama teringat sesuatu.
"Dari kemarin Mama cari kotak perhiasan warna hitam. Kamu ada lihat nggak?" Tanya mama.
Aku berusaha mengingat sesuatu, kalau nggak salah dulu aku pernah nemuin sebuah kotak hitam kecil diatas kulkas. Aku mau tanya mama tapi lupa terus.
"Kayaknya aku ada nyimpen, Ma. Sebentar." Aku masuk ke dalam kamar, mencari ke laci meja belajar paling bawah. Waktu itu aku menemukannya tidak sengaja, sepertinya mama lupa meninggalkannya diatas kulkas dan aku lupa memberitahunya.
"Aduh mana ya?" Aku mencari kotak itu dilaci paling bawah, seingatku aku menyimpannya disana tapi kenapa sekarang tiba-tiba tidak ada. Aku mnencari dilaci yang lain, akhirnya setelah cukup lama aku menemukan kotak itu berada dilaci paling atas dan tersembunyi diantara buku-buku.
"Ini dia," ucapku senang. Aku langsung menemui mama di ruang depan.
"Yang ini, Ma?" Tanyaku sembari menyerahkan kotak hitam itu. Mama tersenyum senang.
"Iya sayang benar yang ini, terima kasih kamu udah nyimpen ini." Katanya, "apa kamu udah liat isinya?" Tanya mama.
Aku menggeleng. Aku memang sudah menemukan kotak itu tapi aku belum pernah membuka isinya. Mama membuka kotak itu, meraih isinya dan mengangkatnya ke udara.
Sebuah kalung bermatakan mutiara hitam yang sangat hitam dan apa itu? Apa tadi aku melihat kalung itu berkilau.
"Ini kalung pemberian Kakekmu, beliau sangat sayang sama kamu." Mama memutar tubuhku pela ia sampirkan. Perlahan ia memasangkan kalung itu dileherku. Aku memegang mutiara itu, aku sedikit tersentak, tanganku seakan tersengat listrik.
"Bagaimana?" Tanya mama antusias.
"Indah sekali, Ma. Aku suka." Aku memang menyukainya meski terlihat sedikit unik.
"Kakek berpesan, apapun yang terjadi jangan pernah melepas kalung ini dari lehermu. "
Suara mama teedengar sedikit bergetar, ia pasti merindukan kakek.
"Iya, Ma. Aku ngggak akan lepas." Janjiku.
"Baiklah, kamu istirahat aja di kamar. Mama juga mau mandi." Mama berdiri kemudian berbalik menu kamar.
Aku menyentuh permukaan mutiara hitam dileherku, halus dan rasa tersengat itu masih kurasakan, aneh tapi aku menyukainya. "Makasi ya, Kakek." Ucapku tulus.
***
Dua minggu setelah kejadian di sekolah berjalan seperti biasa, Fay merasa dirinya sudah sehat, telinganya tidak lagi berdenging apalagi sampai pingsan. Namun berbeda dengan pagi ini, ia tiba di sekolahnya lebih cepat, mama yamg mengantarnya tadi buru-buru karena ada rapat dikantor.
Udara pagi terasa sejuk serta matahari yang masih malu-malu untuk muncul membuat suasana benar-benar indah. Di gerbang sekolah sudah ada beberapa siswa yang datang, begitu juga dengan satpam sekolah, ia sudah berdiri tegap di depan gerbang. Ku langkahkan kaki menuju gerbang sekolah.
Ng.ng.ng.ng
Telingaku kembali berdenging, setelah dua minggu kenapa telingaku sakit lagi.
"Aaah," jeritku pelan sembari menutup telinga, anehnya dengingannya tidak terlalu kencang seperti yang sudah-sudah. Mataku beralih pada seorang nenek berompi orange yang tengah menyapu jalan di dekat trotoar. Aku terhenyak, kepala nenek perlahan memudar lalu tidak terlihat, aku langsung memalingkan wajah, jantungku memompa darah lebih cepat dari biasanya.
Perlahan aku menoleh lagi ke arah nenek itu tapi dia tidak ada disana. Mataku mencari-cari keberadaannya, lalu aku melihat sosoknya sudah menyebrang jalan, ia melangkah menuju taman kecil yang ada didepan sekolah.
Segera kusebrangi jalan, penasaran dengan apa yang kulihat. Nenek itu berkumpul bersama teman-temannya.
"Ayo duduk-duduk dulu sebentar sama kami di sini, sambil lurusin kaki." Kata salah satu ibu-ibu petugas kebersihan juga.
Si nenek yang aku ikutin tadi tersenyum sembari menggeleng.
"Maaf aku nggak bisa, mau anter cucu sekolah." Balasnya.
"Sekolahnya kan dekat?" Sahut yang lain.
"Iya, tapi sudah terbiasa. Saya duluan ya." Pamitnya. Ia berjalan menuju tempat penyebrangan jalan. Langkahnya sedikit terburu-buru mungkin ia khawatir cucunya mencari. Akupun mengikutinya dengan setengah berlari.
Perasaanku mulai tidak enak, dadaku semakin berdetak kencang. Ku edarkan pandangan ke sekeliling dengan perasaan cemas, kira-kira musibah apa yang akan menimpa si nenek? Dan bisakah aku menolongnya?
Beberapa mobil dan motor melewati jalan dengan laju yang cukup cepat, jalur ini memang jalur sekolah jadi di pagi hari seperti ini pasti ramai. Aku mempercepat langkah agar bisa berada tidak jauh dari si nenek, baru saja aku akan menyentuh bahu si nenek tiba-tiba nenek itu melangkah, menyebrani jalan.
Aku terkejut, saat akan kususul entah darimana seorang pengendara motor melajukan kendaraannya dengan sangat cepat dan bruk.
Aku ternganga, tubuh nenek itu tertabrak oleh motor tadi dengan begitu cepat, tepat di depan mataku. Tubuh nenek itu terseret beberapa meter dan ia sama sekali tidak bergerak. Lama aku berdiri di temlpat karena syok, hingga kerumunan orang-orang yang hendak menolong dan melihat kejadiannya berdatangan.
Perlahan aku mendekati kerumunan itu, berharap bahwa si nenek selamat dan masih hidup, nggak bisa kubayangkan cucunya yang sedang menunggu dirumah.
Begitu dekat dengan kerumunan aku menelusup diantara orang-orang itu. Dan oh tidak, darah segar mengalir deras dari kepala, mata dan hidung si nenek. Perutku mual dan aku ingin muntah, segera aku berjalan menjauhi kerumunan, pikiranku kacau aku bahkan tidak melihat jalan hingga tak sengaja menabrak seorang polisi yang datang ke tempat itu.
"Maaf," ujarku sambil melanjutkan langkah.
"Maafkan aku, Nek. Maaf," batinku. Tak terasa air mataku mengalir.
***
Next komen disini
Folow ig aku Dewie sofia😘
Oya aku mau ajak kalian kenalan sama karakter ceritaku Hold Me ya 😍
Ceritanya bisa kalian baca di work aku 😘😘😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top