05

"Kau yakin, Lin?"

Aileen mengangguk yakin, tubuhnya terbalut piyama biru polos duduk di atas kasur dengan sebuah ponsel yang berada di depan wajahnya. Sedang video call dengan Fira. Waktu sudah menunjuk ke angka sembilan, masih terlalu pagi untuk Aileen menuju ke alam mimpi.

"Hanya setengah wajahnya saja?"

Aileen lagi-lagi mengangguk antusias. Ia menceritakan semua yang terjadi tadi siang. Fira hanya menyimak awalnya, karena di depannya masih ada tugas Fisika yang harus diselesaikan.

"Ra, aku semakin penasaran, selama enam bulan tidak ada yang melihat dirinya, sekarang aku melihatnya. Aku tidak tahu kaca jendelanya yang bermasalah atau-"

"Kenapa? Kau melihat sesuatu yang aneh?" potong Fira langsung, lalu kembali berkomat-kamit tentang segala rumus yang tidak dapat dimengerti oleh Aileen sama sekali.

"Bukan itu. Aku melihat guratan panjang saat ia muncul dari jendela. Aku tidak yakin dengan ini."

"Guratan panjang? Maksudmu?"

Aileen menggeleng kuat, "Sudahlah, anggap saja tadi aku ngelantur. Mataku pasti mulai rabun."

Fira menggeleng maklum, ia menutup buku tugas dan modul Fisika, merapikannya di meja belajar. Setelah itu, ia mengangkat ponselnya sejajar wajah dan bangkit dari bangkunya untuk duduk di kasur sendiri.

"Jangan buat ini semakin bingung, Lin. Sudah cukup Fisika, jangan kau lagi." Fira mendramatisir, Aileen memasang ekspresi jijik yang ia punya.

"Jangan aneh. Jam-mu untuk aneh di atas jam satu. Masih kepagian." balas Aileen pedes, hingga membuat Fira di sana hampir mengabsen satu kebun binatang, jika tidak ingat dengan dosa.

"Jangan mancing emosi ya, Lin."

Aileen hanya memasang wajah cengiran tak berdosa, "Tadi coach agak kesal."

"Pasti karna kau. Iya kan?"

"Aku kan penasaran dengan si Vino. Bayangin, tinggal sebelahan dengannya enam bulan, tapi, gak tahu rupanya, namanya saja tidak tahu. Kan malu kalau ada tamu datang tanya tentang dia. Mau dijawab apa?" celetuk Aileen yang membela diri.

"Terserahmu deh. Untung hanya aku yang tahu, kesannya kau terlihat berlebihan." jawab Fira dengan santai.

Aileen terdiam, mengingat balik kejadian selama ini, dan tergelak saat menyadarinya, "Apa aku berlebihan, Ra?"

Fira terdiam sejenak, "Orang lain yang tidak mengenalmu pasti menjawab iya. Tapi, aku tahu dirimu. Jika kau sudah penasaran, maka tingkahmu akan menjadi begini. Mencari sampai tuntas dan sempurna."

"tidak apa-apa, Lin. Jika kau benar-benar kelewatan, aku akan menegurmu sampai kau sadar."

Aileen terenyuh saat mendengar kalimat tersebut. Ia tahu jika Fira mengenal dirinya dengan baik.

"Aku tutup dulu. Mama sudah teriak diluar." ucap Fira yang disambut anggukan dari Aileen. Lalu, panggilan tatap muka tersebut terputus dalam sekejap.

Aileen meletakkan ponselnya di atas meja nakas, dan merebahkan dirinya di kasur, menatap langit-langit kamar putih. Pikirannya berkeliaran tidak jelas, padahal dia hanya memikirkan perkataan Fira. Apa dia sudah terlalu berlebihan? Dia hanya terlalu penasaran dengan tetangga tersebut.

Rasanya sedikit janggal, saat Aileen mengenal seluruh tetangganya kecuali si Vino ini.

"Sudahlah, tidur saja. Besok jangan pikirkan dia. Fokus pada pertandinganmu, tinggal beberapa bulan lagi, Aileen."

♧ ♧ ♧

"Ma, Aileen pergi dulu."

"Iya, sayang. Hati-hati."

Paginya, Aileen bangun dengan tubuh yang terasa lebih sehat. Mungkin, efek tidur lebih cepat, dan gadis itu tidak merasakan ngantuk mendera sedaritadi.

Ia melirik rumah tetangganya, sebuah kebiasaan lima hari ini, dan masih berlanjut sampai sekarang. Tirai hitam terbuka dan tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan di sana. Padahal, Aileen berharap pemuda tersebut akan muncul lagi. Tapi, ternyata-

Ya, tidak apa-apa.

Aileen kembali melanjutkan perjalanan ke sekolah. Tanpa tahu, bahwa sosok pemuda tersebut memandangnya dari balkon atas dengan tatapan yang tidak dapat diartikan.

Tidak ada hal yang menarik tentang kehidupan sekolahnya, hanya datang, duduk, belajar sampai jam pulang, dia tidak terlalu dekat dengan teman sekelas, teman sebangkunya termasuk jajaran siswa yang memiliki banyak absen. Sehingga, di saat jam istirahat seperti sekarang, alih-alih duduk dengan teman sekelasnya, ia duduk di kantin dengan Fira.

"Ra,"

"Apaan?" Fira mengunyah daging ayam yang telah bercampur dengan kuah soto dengan nikmat. Kantin sekolah menghidangkan aneka ragam makanan yang berbeda setiap hari.

"Kalau aku ajak berkenalan dengan Vino itu, menurutmu bagaimana?" tanya Aileen seraya menatap ke lapangan basket ramai dengan posisi tangan yang menopang kepalanya.

Fira mengangguk lalu mengeluarkan suara aneh, karena daging ayam belum sepenuhnya lembut untuk dicerna.

"Aku rasa jika dia tidak duluan berkenalan, maka kita yang harus menyambutnya, bukan? Mungkin saja dia tipe pemalu dengan lingkungan baru." timpal Aileen lagi. Posisinya tidak berubah dari sebelumnya.

"Eum. Ya. Coba ketuk rumahnya. Siapa tahu diajak masuk dan kenalan. Kan lumayan kalau tampan, dijadikan gebetan." ujar Fira sebelum menyeruput kuah soto.

Aileen mendelik, dibalas ketawa renyah dari Fira.

"Hanya bercanda." Fira menyengir.

"Apa yang bagus untuk dibawa untuknya?" tanya Aileen, memikirkan bingkisan yang tidak terlalu berlebihan namun, tidak juga menurunkan harga dirinya. Tidak membuat pemuda tersebut tersinggung dengan kedatangannya secara mendadak.

Fira tersenyum lebar, "Kau sudah tahu jawabannya. Semoga berhasil."

♧ ♧ ♧

S

kip time

Aileen tersenyum puas saat timnya berhasil mengalahkan tim lawan dalam latihan hari ini. Ia benar-benar fokus dalam permainan, dan coach juga terlihat lebih baik daripada kemarin.

"Pertahankan kinerja kalian, jaga kesehatan, jangan sampai sakit. Pertandingan hampir dekat. Coach harap kalian semua bisa bekerja sama dengan baik." ucap pria berusia tiga puluhan tahun tersebut untuk menutup sesi latihan.

"Untukmu, Aileen, coach harap pertahankan kinerjamu hari ini. Kamu terlihat lebih baik daripada kemarin." sambungnya sembari mengarah pandangan ke Aileen.

"Yes, coach."

Hal yang menarik dalam kehidupan sekolahnya adalah bisbol. Orang tuanya tidak menghalanginya, menurut mereka, selama yang dijalanin Aileen adalah hal positif, tidak ada salahnya membiarkan Aileen mencoba.

Setelah itu, sesi latihan selesai. Aileen segera pulang, sebelum itu ia mampir ke sebuah toko kue. Tentu sebagai sebuah bingkisan.

Semoga saja semuanya berjalan lancar.

♧ ♧ ♧

To Be Continue

♧ ♧ ♧

Dah tiga hari tidak update...

Semangat untukku dan para pejuang novelet.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top