45 | Lovers
DI TIMUR NERAKA, hutan menunggu Jacob yang menyerang membabi buta Ray.
Di tempat ini, Distrik Timur berdiri dan Ray tidak asing sama sekali. Tak jauh dari sini, ia masih bisa mendengar pertempuran terjadi. Namun, Jacob tak memberikan kesempatan sama sekali untuk kabur. Secara ajaib, ia bisa menciptakan berbagai hal dari udara tipis, entah itu tombak raksasa ataupun bebatuan. Ia tak terkalahkan.
Jacob yang biasanya memasang wajah serius, untuk pertama kali menyunggingkan senyum lebar. Ia tidak pernah sepuas ini berhadapan dengan seorang musuh, terutama manusia biasa. Ray sangatlah kuat sampai-sampai ia bisa menyandingkannya dengan seorang Imam.
"Mengapa kau tidak menjadi Imam saja, ketimbang Wafir yang aji mumpung mendapat kekuatan Penjaga Neraka padahal dia lemah dan tidak cakap sama sekali!" goda Jacob.
"Kau salah! Aku memang iri ketika mendapati orang seperti Wafir menjadi Imam, bukannya aku. Namun, cara pikir seperti itu sangatlah salah!" Ray menguatkan kuda-kuda, waspada obrolan ringan yang dipancing Jacob hanyalan bualan.
"Menarik. Aku sebagai Penjaga Neraka gerbang keji nomor 4, merasakan ada cinta dan benci di dalam jawabanmu. Meskipun kekuatanku hanyalah sebatas manipulasi tangan, aku jelas bisa membaca raut dari seorang pria yang iri."
"Tidak ada gunanya membicarakan ini!"
"Setidaknya sebelum kau mati kubunuh."
Atau sebaliknya. "Jika dibandingkan mengenai fisik, Wafir jelas lebih lemah daripada diriku. Namun, jika posisi kami ditukar dengan aku yang terlahir dengan fisik lemah sepertinya, aku tidak akan kuat dan tidak bisa menanggung beban seperti ini. Lihatlah bagaimana tenangnya ia dalam menghadapi tekanan yang segila ini!"
Jacob mendecih. "Terserah apa katamu."
Obrolan ringan ini sepertinya selesai. Ray kebingungan mencari cara untuk memenangkan pertarungan. Masalahnya, Ray adalah petarung jarak dekat dengan mengandalkan tinju sebagai senjata utama, sebagaimana tentara Distrik Timur lainnya. Kini, ia harus bertarung dengan lawan yang sama-sama menggunakan tangan. Dengan kata lain, mereka harus bertarung dengan jarak dekat agar bisa mengakhiri pertarungan. Dan ini menjadi kerugian bagi Ray.
Ray pun berusaha mengingat pertarungannya dulu bersama Wafir. Ketika harus berhadapan dengan Jacob, Wafir menjaga jaraknya dengan melempar berbagai benda. Namun, jika Ray tidak bisa, satu-satunya adalah melakukan serangan berisiko tinggi, tetapi langsung sukses mengalahkan musuh.
Namun, dengan kekuatan manipulasi tangannya, Jacob kemungkinan memiliki kekuatan yang amat besar. Adu kekuatan fisik satu sama lain tidak akan mampu memenangkan pertarungan.
"Sedang berpikir apa kau, huh?" Jacob tiba-tiba melesat di depan muka Ray.
Hampir saja tangannya meraih wajah Ray dan dalam sekejap ia bisa mengubah tubuh Ray menjadi tumpukan sampah atau tulang belulang. Beruntung, Ray masih bisa mengelak. Namun, Jacob terus melancarkan serangan bertubi-tubi. Hingga Ray kewalahan meladeninya. Sampai akhirnya Ray terpaksa menggunakan cara terakhir.
Ray meluncurkan tinjuan terkuatnya tepat ke ulu hati Jacob. Namun, Jacob ternyata dapat mengikuti pergerakannya dan membalas tinjuan Ray dengan tinjuannya sendiri. Sampai Ray sadar bahwa ia berada di dalam cengkeraman Jacob. Penjaga Neraka itu menyeringai bangga. Namun, Ray malah tetap tenang.
Dia telah menggunakan sarung tangan yang telah ditambahi darah Wafir. Ia menggunakan kekuatan pengendalian gaya untuk menambah kekuatannya. Gaya sendiri bisa berupa dorongan dan tarikan. Karena itu, serangan Ray tidak terkalkulasi oleh Jacob.
Dengan tenaga terkuatnya, Ray berhasil melontarkan Jacob sejauh-jauhnya hingga ia terbang membentur gerbang Neraka. Lima kilometer jauhnya Ray melontarkan tinjuannya. Benar-benar serangan terkuatnya. Berkatnya, pertarungan pun selesai.
Ray menang.
Ia pun bergegas kembali ke gerbang Neraka untuk menyusul teman-temannya dan mengambil darah Jacob. Namun, ledakan di hutan yang tak jauh tempatnya berdiri tiba-tiba mengejutkannya. Hingga ia teringat bahwa Rika diterbangkan ke tempat tersebut.
***
MATA DIBALAS MATA adalah ungkapan yang paling tepat untuk mengibaratkan pertarungan Rika dan Sihir.
Mereka meluncur di hutan Distrik Timur tak jauh dari Ray bertarung melawan Jacob. Rika sangat terkejut dengan serangan barusan. Tiba-tiba saja ia digeret oleh Jacob, lalu dilepaskan di tengah padang rumput yang dikelilingi pohon. Setelah itu, Sihir terjun dan bersiap untuk menghadapi Rika.
Betapa ngerinya Rika ketika ia berhadapan dengan Penjaga Neraka seorang diri. Rika adalah petarung jarak jauh, apalagi dengan anak panah dan kemampuan penglihatan jarak jauh. Jika ia harus melawan Penjaga Neraka dari jarak sedekat ini, Rika tidak sanggup untuk menang.
"Tenang, saja. Aku juga lemah sepertimu dan lebih suka bertarung jarak jauh." Sihir membaca ketakutan Rika.
Rika enggan membalas obrolan Sihir. Ia memilih menarik busur panah dan bersiap meluncurkannya tepat ke kepala musuh.
"Tunggu, jangan terburu-buru. Aku tidak akan berlebihan kepada sesama wanita. Lagipula, kau tidak boleh banyak bergerak sebab berhati-hati dengan yang ada di dalam perutmu."
"Apa maksudmu?"
"Sebagai Penjaga Neraka yang mempunyai kekuatan penglihatan, aku bisa melihat menembus perutmu, dan mengetahui dengan jelas apa yang ada di dalamnya. Kau tidak sadar, terakhir kali kau menstruasi?"
Rika tersentak. Dia mulai paham maksud Sihir. Sebulan lebih aku masih suci dan terus menjalankan ibadah tanpa putus.
"Selamat, aku mengabarkannya kepadamu. Kau hamil."
Rika membelalakkan mata tak percaya. Dia senang ternyata cintanya dengan Wafir membuahkan hasil. Namun, ia tak bisa percaya bahwa kemungkinan besar anak tersebut tidak bisa melanjutkan hidup di masa depan atau bertemu dengan bapaknya.
"Kenapa kau muram begitu? Apakah bapak dari anak ini sudah meninggalkannya?" cecar Sihir sinis.
"Tidak mungkin. Aku sudah menikah dan sangat mencintai bapak dari anak ini!"
Sihir mendecih. "Kau sangat bodoh mempercayai laki-laki. Mereka tidak pernah menganggap wanita meskipun kau secantik malaikat. Dia jelas akan meninggalkanmu dan bermain dengan wanita lain jika bosan."
"Jaga omonganmu! Suamiku tidak seperti itu!"
"Kalau begitu, buktikan."
Dari kejauhan, Rika tiba-tiba melihat sosok Wafir datang berlari kepadanya. Namun, Sihir tiba-tiba mengancam Wafir.
"Jangan mendekat lebih jauh lagi. Aku akan membunuhnya dan juga anakmu!"
Wafir tersentak. "Rika ... hamil?"
Sihir tertawa. "Aku mungkin bisa melepaskan istri dan anakmu. Tapi, ada satu syarat yang harus kau lakukan, yaitu kau harus menciumku."
Tanpa berlama-lama, Wafir langsung mencium Sihir untuk melepaskan istri dan anaknya. Rika tidak habis pikir Wafir mencium wanita lain di depan matanya. Meskipun untuk menyelamatkan dirinya, Rika tak terima harus berbagi suami. Karena itu, ia mengacungkan anak panah.
Sihir menyeringai licik sebab puas ilusinya berhasil. Ia menghipnotis Rika untuk melihat sosok Wafir. Ia ingin membuktikan kepadanya bahwa Wafir tidak pantas untuk orang serendah Rika. Lagipula, sekuat apa pun kepercayaan istri kepada suami, mereka tidak akan percaya jika diberi bukti sekecil apa pun. Namun, dugaan Sihir salah.
Rika melesatkan anak panah kepadanya, tepat menembus otak. Setelah itu, anak panah sontak meledak secara tiba-tiba. Sosok Wafir pun lenyap layaknya dimakan fatamorgana. Rika tersenyum puas sebab ia geli sendiri melihat kebodohan Sihir untuk menipunya.
Rika sangat mengenal Wafir. Suaminya tidak akan berani menyentuh seorang wanita, apalagi menciumnya. Karena itu, sudah jelas bahwa itu tadi ilusi dari Sihir. Satu-satunya hal yang benar dari perkataan Sihir adalah kehamilannya. Ia bisa merasakan rahimnya mulai mengeras seperti ada kehidupan di dalamnya. Pertarungan pun selesai.
Rika menang.
Ia mengambil darah Sihir dengan suntikan. Tak lama berselang, Ray datang di tempat pertarungan dengan tergopoh-gopoh.
"Ledakan apa tadi? Kau tidak apa-apa?"
Rika menggeleng. "Itu tadi ledakan dari anak panahku yang sudah dimodifikasi Mas Wafir dengan darahnya, aku dapat mengendalikan termodinamika dari anak panahku."
"Syukurlah kalau kau menang."
"Mas Ray juga syukur bisa menang." Rika menunjuk suntikan yang dibawa Ray yang berisi dari Jacob.
Keduanya pun bergegas kembali ke gerbang Neraka. Waktu mereka tidak banyak, apalagi dari kejauhan, Distrik Utara seakan naik sedikit demi sedikit layaknya kapal pesiar yang hendak tenggelam ke laut. Penjaga Neraka masih belum habis.
Mampukah Wafir dan para Imam menaklukkan tiga Penjaga Neraka yang tersisa?
—
Neraka, 8 Februari 0021
2 Ramadan 1500 H
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top