42 | Thunderstorm
LIMA BELAS MENIT sebelum Pak Ibrahim dan Pak Goldy merangsak masuk ke dalam pertarungan Yatim dan Pak Romo.
Mereka terjatuh di ruangan dengan batu-batuan tinggi yang mampu menembus awan, seperti yang ada di dataran tiongkok. Mereka tak pernah tahu bagaimana tempat seperti ini bisa berada di dalam Neraka. Jarak antar bebatuan bisa sampai seratus meter. Hawanya dingin menusuk dan langit kelabu seperti mendung mengisi penuh ruangan.
Pak Ibrahim menyuruh Pak Goldy untuk segera menguatkan kuda-kuda dan mengangkat tombak. Ia tahu persis bahwa keadaan yang sedang dihadapi bukanlah hal yang menguntungkan. Mereka di kandang musuh, apalagi berada di medan pertempuran seperti ini sangat menyusahkan.
Dari kejauhan, gelegar guntur bersahutan dan kilatan semakin mendekat ke tempat Pak Ibrahim dan Pak Goldy. Mereka sudah bisa menebak siapa yang datang ke arah mereka. Pasti Penjaga Neraka yang berpakaian preman dengan kekuatan petir. Dan ternyata dugaan keduanya. Turun dari langit, pria preman itu berdiri di batu tinggi di seberang keduanya.
"Aku cukup beruntung tidak mendapatkan Wafir sebagai lawanku," sambut Thief percaya diri. "Dia telah menghabisi kelima Penjaga Neraka tingkat bawah seorang diri. Jika pada saat aku menghalaunya kemarin bersama Yatim, aku tidak akan berani."
"Beruntunglah kalau begitu, Anak Muda. Kami hanyalah Imam lemah yang tidak ada apa-apanya dengan Wafir," bujuk Pak Ibrahim, memantik keterkejutan Pak Goldy atas kerendahhatian Imam terkuat itu.
Thief tertawa. "Tidak ada bedanya. Itu tidak menjadikan aku akan mengampuni kalian berdua!"
Pak Ibrahim kali ini tidak menjawab. Ia tidak mau salah mengeluarkan perkataan. Masalahnya, ia bisa mendeteksi pria di depannya tidak seangkuh Yatim. Dia jauh lebih pintar berstrategi. Apalagi, kekuatan petirnya sangat mengerikan.
"Siapa nama kalian berdua? Aku Thief, dulu sebelum menjadi Penjaga Neraka, aku bermain sepak bola untuk Maroko." Thief memilih duduk di bebatuan untuk mengajak mengobrol kedua musuhnya. "Tidak perlu takut kepadaku. Meski kita adalah musuh, tetapi kita adalah lelaki. Kita biasa menyelesaikan semuanya dengan secangkir kopi atau sebatang rokok."
"Saya Ibrahim dan pria di belakang saya bernama Goldy."
"Ibrahim dan Goldy, nama yang berbeda jauh. Tapi, sepertinya aku bisa membaca kalian berdua. Ibrahim adalah pria yang kuat, sedangkan Goldy adalah yang lemah."
Mereka berdua tidak mau menjawab lebih jauh. Tidak ada bayangan mengenai alasan Thief ingin berbasa-basi dengannya. Namun, pria preman itu sepertinya benar-benar suka bercengkerama. Bahkan, dia melanjutkan ceritanya:
"Aku ini bukan pria pintar. Hidupku selalu di jalanan. Bola adalah sahabatku. Meski begitu, aku ini tetap pintar berstrategi sebab orang pintar hanyalah makhluk manja yang minta disuapi. Untuk bertahan hidup, aku tidak hanya harus kuat, tetapi juga cerdik untuk menyembunyikan identitas agar tidak tertangkap sebagai penipu. Aku tidak naif dengan mengakui dosaku."
Pak Ibrahim dan Pak Goldy masih enggan menjawab. Meskipun mereka telah mendapat cerita dari musuh, bukan berarti mereka berkewajiban untuk membalas budi dengan menceritakan kisah mereka. Mereka kini hanya menunggu tentang rencana yang akan diambil selanjutnya.
"Tidak ada jalan keluar dari sini selain dengan membunuhku, dan kemungkinan kalian berdua berhasil melakukannya adalah sangat kecil. Seperti seorang anak TK mengalahkan Christiano Ronaldo dalam bermain sepak bola. Bahkan, anak TK sendiri belum tentu bisa menendang bola." Thief tertawa dan memilih meremehkan musuhnya. Namun—
Suara minta tolong dari Pak Romo terdengar jelas di gendang telinga, sangat kesakitan seperti mengerang dalam keputusasaan. Teriakan minta tolongnya dari bawah, tepat di balik awan-awan yang membatasi mereka dari ketinggian.
Hingga Pak Ibrahim dan Pak Goldy pun ingat bahwa Pak Romo terlempar ke dalam portal seorang diri. Tentu kemungkinan ia bisa menang sangat kecil. Karena itu, Pak Ibrahim pun memutuskan mengakhiri mode bertahan.
"Gerbang Utara!" Pak Ibrahim langsung membuka kekuatan iblis dari Wafir. Sekejap tubuhnya mengeluarkan cahaya putih, begitu pula dari mata dan mulutnya.
Thief mendecih. "Lagi pula kau tidak akan bisa menyerangku dengan jarak sejauh ini—"
Perkataan Thief salah. Dalam mode Gerbang yang aktif, Pak Ibrahim mampu melesat menembus udara, sampai hampir saja memenggal leher musuh di depan. Sementara itu, Pak Goldy bersiap untuk kabur sesuai aba-aba dari Pak Ibrahim.
Thief yang lehernya hampir saja tertebas, spontan mengaliri tubuhnya dengan aliran listrik. Luka sayatan menganga di beberapa milimeter kulit. Beruntung, Pak Ibrahim langsung melompat, lalu memberikan aba-aba kepada Pak Goldy untuk ikut kabur bersamanya. Mereka terjun ke bawah awan, mengikuti suara minta tolong Pak Romo.
Emosi hampir terbunuh, Thief pun tak membiarkan kedua musuhnya kabur. Ia pun langsung mengeluarkan serangan listrik terkuatnya. Hanya dalam sekali sentak, seluruh ruangan menyala dan energi listrik menyala sampai menggelegar seluruh bagian bawah bumi. Dengan serangan semasif itu, Thief menjebol dinding di bawahnya, yang merupakan tempat dari Yatim.
Pada saat itu, Pak Ibrahim dan Pak Goldy akhirnya bertemu dengan Pak Romo yang hampir saja mati oleh tekanan Yatim.
"Imam Ibrahim, Imam Romo!" Pak Romo yang masih dalam keadaan Gerbangnya, langsung menuju tempat jatuh Pak Ibrahim dan Pak Romo.
"Imam Romo, segera berlindung di belakang kami!" sahut Pak Goldy, mencengkeram sebongkah batu besar bersama Imam Ibrahim.
Ternyata keduanya bisa selamat dari serangan petir Thief yang sangat masif karena sempat memotong sebongkah batu besar. Mereka menggunakan batu tersebut sebagai tameng isolator dari serangan petir Thief, dan kini mereka bisa memprediksi Thief akan melakukan serangan yang sama.
Pak Romo pun menuruti Pak Goldy untuk bersembunyi di balik bongkahan batu. Ia juga menceritakan tentang musuh yang dihadapi, Yatim. Ia mampu memanipulasi tekanan, yang nanti berdampak pada fluida (segala wujud yang bisa mengalir seperti cairan dan gas). Dengan kata lain, Yatim mampu mengendalikan air dan udara. Sementara itu, Pak Goldy juga menjelaskan bahwa mereka sedang menghadapi Thief yang mampu memanipulasi elektromagnetisme.
Akhirnya kedua kubu tersebut bertemu. Jika dibandingkan, kekuatan Yatim dan Thief sangatlah besar ketika bergabung. Kubu Imam jelas tidak ada apa-apanya dan kalah telak. Namun, mereka menangkap keanehan ketika Thief bertemu dengan Yatim. Mereka bukannya senang dan menyapa sebab bisa menghabisi musuh bersama. Namun, mereka malah berseteru satu sama lain, menguji mana yang lebih hebat.
Pak Ibrahim tidak memandang hal tersebut sebagai keuntungan yang besar. Perseteruan kecil tersebut tidak dapat mengurangi gabungan kekuatan masif Yatim dan Thief. Ia pun berniat mencari jalan keluar, tetapi tidak ada. Malah, Thief tiba-tiba menodongkan telunjuknya kepada Pak Ibrahim.
"Sudah cukup aku mengurus Ibrahim dan Goldy! Sekarang aku tidak mau berurusan dengan Penjaga Neraka lebih rendah daripada dirimu. Mari aku tunjukan bagaimana cara menghabisi musuh dengan benar!" Thief bersiap meluncurkan serangan petir terkuat. Ia tahu mereka bersembunyi di balik batu besar, karena itu ia akan meningkatkan serangannya.
"Thief, jangan bodoh! Tempat ini dipenuhi emas! Emas adalah konduktor yang kuat!" sergah Yatim.
"Aku tidak bodoh! Karena itu, aku akan menargetkan petirku kepada mereka bertiga saja!"
Mendengar jawaban Thief, Yatim pun percaya. Ia dengan percaya diri mempersilakan panggung algojo kepada Penjaga Neraka yang lebih tinggi daripadanya itu. Ia pun sekadar membantu Thief dengan meningkatkan tekanan udara agar elektron yang bergerak semakin cepat.
Waktu semakin menipis sebelum Thief meluncurkan serangannya. Pak Ibrahim berusaha mencari cara lain. Mungkin ia bisa terbang ke langit dengan kemampuan Gerbangnya. Namun, Pak Goldy dan Pak Romo tidak bisa melakukannya. Karena itu, mereka pun memutuskan untuk berserah kepada takdir yang akan menimpa mereka. Bahwa maut akan menjemput sebentar lagi.
Thief pun menembakkan petir yang sangat kuat. Namun—!
Secara mengejutkan, petir tersebut berbelok ke arah yang berlawanan, bukannya ke arah para Imam. Petir itu menyambar ke arah gunung emas yang menghubungkan seluruh ruangan. Sampai mereka pun sadar bahwa inilah akhir semuanya.
Dan secara mengejutkan, kubah berlian tiba-tiba muncul melingkupi para Imam. Seketika, mereka sadar bahwa keanehan barusan disebabkan oleh Wafir. Dia datang menolong dari balik dinding!
Petir pun menyambar seisi ruangan dengan kekuatan setrum yang dahsyat. Emas yang ada di seluruh ruangan menghantarkannya menjilat-jilat. Yatim dan Thief pun mengerang kesakitan terkena serangannya sendiri. Sampai tubuhnya gosong bagaikan abu. Pertarungan sudah selesai.
Pak Ibrahim, Pak Goldy, dan Pak Romo menang.
Mereka pun akhirnya keluar dari kubah berlian yang Wafir ciptakan entah dari mana. Mereka juga bergegas untuk mengambil darah Thief dan Yatim. Dan sebagai ucapan terima kasih, mereka akan bergegas memberikannya kepada Wafir sebelum terlambat karena ....
Sebentar lagi Wafir akan berhadapan dengan Penjaga Neraka tingkat atas terkuat yang ada di Neraka.
—
Neraka, 8 Februari 0021
2 Ramadan 1500 H
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top