41 | Rich Dad, Poor Dad

YATIM tertawa puas setelah mendapati musuhnya hanya Imam tua yang sendirian: Pak Romo berada di puncak kesialannya.

Pak Romo bangkit seraya mengumpulkan kewarasan. Ia tak menyangka akan ditarik ke dalam portal yang tiba-tiba muncul di depannya. Masalahnya, ia sendirian dan tidak ada siapa pun yang akan membantu. Jika ia dikepung oleh para Penjaga Neraka, pastilah ia akan tewas. Bahkan, satu Penjaga Neraka saja sudah akan mematikan.

Di sekelilingnya tumpukan emas menggunung-gunung. Ruangan di sekitarnya seluas pabrik yang megah. Bagai kubah yang cembung ke atas, warna kuning menyilaukan itu muncul dari mana saja. Pak Romo tak percaya akan melihat gunung emas dengan mata kepalanya sendiri dan mampu dibawa ke Surga seorang diri.

Ia membandingkan semua aset dengan kekayaan yang ada di depan mata. Tentu tidak ada apa-apanya. Apalagi, kini semua harta benda Pak Romo sudah hancur ditelan Neraka. Itu semua demi membela jalan yang benar.

"Bagaimana, kau suka dengan tempat tinggalku?" Seorang pria berbicara penuh wibawa memanggil Pak Romo yang terperangah dari atas gundukan emas. Itu Yatim. 

"Tidak," jawab Pak Romo tak antusias, untuk menyembunyikan emosinya agar tidak dipermainkan oleh lawan. Ini adalah trik dasar dalam berbisnis.

"Tidak perlu menahan diri! Aku tahu pebisnis sepertimu pasti memiliki pikiran sama sepertiku. Memiliki harta kekayaan sebanyak gunung emas adalah impian kita, kan!?"

Pak Romo menggeleng. "Kau saja."

Yatim tertawa. "Entah kau yang terlalu naif atau kau sedang melakon di depanku? Tuan Iblis saja terperangah ketika baru datang ke tempatku. Waktu itu, sekitar satu setengah bulan lalu, Muhammad melemparkannya kemari setelah ia memberikan Wafir kekuatan Penjaga Neraka. Dan satu-satunya respons Iblis adalah memujiku! Dia suka dengan orang kaya sepertiku sebab aku bisa mendapatkan apa pun di dunia ini!"

"Tapi tidak dengan kasih sayang dari orang-orang di sekitarmu," debat Pak Romo. "Aku sudah pernah mengalami menjadi orang yang hanya mengejar target tanpa mempedulikan keuntungan orang lain. Jawab jujur aku, sudah berapa banyak orang yang kau tipu untuk mendapatkan harta sebanyak ini? Dan jawab aku, berapa banyak kekikiran yang kau pelihara untuk mempertahankan semuanya? Ah, bahkan aku bisa memastikan kepadamu bahwa hartamu semua tidak akan bertahan lama."

"JAGA OMONGANMU!" Yatim melemparkan segepok emos ke muka Pak Romo dengan kekuatan tekanannya.

Pak Romo menghindari dengan lihai. "Aku tidak salah sedikit pun. Aku pernah berada di posisi itu. Namun, Tuhan menyadarkanku lebih cepat sejak kematian istriku. Tidak ada seorang pun yang bisa mencintainya seperti wanita itu. Lalu, aku juga bangga mempunyai putra yang soleh seperti Hasbie. Hidupku sudah sempurna karena itu aku bersyukur."

"KAU SALAH! Sampai kiamat, kau tidak akan bisa menguasai bumi jika enggan mengumpulkan harta benda UNTUK DIRIMU SENDIRI!"

Pak Romo menggeleng. "Semua yang kita dapatkan bukan 100% kehendak kita. Tuhan memberikan peran juga. Karena itu, aku bersyukur kepadanya dan menyedekahkan hartaku untuk Surga."

"Kau yang bodoh dengan menghambur-hamburkan anugerah yang Tuhan berikan kepadamu! Kamu yang tidak pintar mengatur rezekimu!"

"Sekali lagi kamu salah karena ... rezeki tidak semuanya adalah uang. Bisa memiliki kecerdasan dan kekuatan sebagai seorang Imam, bahkan dikelilingi oleh teman-teman yang soleh adalah rezeki. Namun, lihatlah dirimu sendiri! Dengan harta kekayaan sebanyak ini, kau tidak bisa menjadi perinkat pertama, malah menjadi peringkat paling lemah dari keenam Penjaga Neraka tingkat atas!"

"DIAM KAU!" Yatim meledakkan ruangan dengan tekanan bersamaan dengan amarahnya. Ia menggunakan kekuatannya untuk menekan Pak Romo. Ia benar-benar marah oleh sindiran Pak Romo tentang posisinya sebagai Penjaga Neraka gerbang kemungkaran nomor 3.

Tekanan yang ditanggung Pak Romo begitu dahsyat. Awalnya, ia berusaha menahan dengan menguatkan kuda-kuda, tetapi beban bertambah pesat. Dari awalnya berat sebesar pria dewasa hingga seperti mobil. Pak Romo tak mampu berdiri dan hanya tertelungkup saja. Tekanan yang dirasakan bertambah seiringnya waktu. Tulang belulangnya bergemeretak, termasuk organ-organnya yang kian memipih.

Yatim pun tertawa sepuas-puasnya. Melihat orang tua yang sebelumnya tenang dan mampu menyembunyikan emosi, kini hancur tak kira. Pak Romo mengais-ngais tanah dan berteriak minta tolong sekuat-kuatnya. Matanya melotot dan sebentar lagi bisa keluar. Bahkan, ia tak bisa bernapas sebab oksigen tertekan menjauh sebab kekuatan Yatim. Jika tidak ada seorang pun yang menolong Pak Romo, ia akan mati tertindih dan sesak.

"Bagaimana rasa di bawah sana? Kini, kau tak bisa mengatakan hal yang sama seperti sebelumnya. Beginilah aku dulu! Mungkin aku bisa paham kepadamu untuk tidak terlalu tamak bermewah-mewah, tetapi apakah kau bisa mempertahankan prinsip idealmu itu ketika di bawah tekanan antara hidup dan mati!?" Yatim memelototkan mata seakan ingin menyuruh Pak Romo mengubah perkataannya sebelum mati. Karena itu, Yatim enggan membunuhnya dengan cepat meskipun kekuatannya jauh lebih besar daripada musuhnya.

Pak Romo menggeleng dan tetap mempertahankan idealismenya meski harus tersedak darah. "Tidak, aku sudah paham dengan kata-kataku. Malah kau yang belum mengerti."

Yatim semakin murka. Ia menambah beban yang menindihi Pak Romo. Ia pun menceritakan tentang masa lalunya sebelum bisa menjadi seorang pengusaha batu bara. Yatim dulu hanyalah seorang bocah yang ditelantarkan di panti asuhan. Ia tidak diinginkan oleh kedua orang tuanya sebab ia terlahir di dalam keluarga beranak 13. Dengan penghasilan hanya sebesar 2,5 juta per bulan, mana mungkin ia bisa hidup normal. Akhirnya ia memutuskan untuk tinggal di panti asuhan.

Berpindah tempat ke rumah anak yatim tidaklah menambah baik nasibnya. Hingga ia mencoba bergaul dengan orang-orang yang bekerja untuk pertambangan. Ia menjadi jongos dan kuli berat. Ia dapat penghasilan sendiri, tetapi tak seberapa apalagi harus mengeluarkan usaha sekeras itu. Awalnya, ia menyangka kekayaan seperti atasannya bisa didapat dari kepintaran dan kewibaan. Namun, semuanya salah ketika ia mendapati para atasannya tak berbeda daripada koruptor yang menyuap dan anjing lapar yang haus wanita.

Hingga Yatim sadar, kekayaan bukan gelar yang mulia. Uang bersih ataupun uang kotor sama-sama uang. Karena itu, ia berubah sejak kala itu. Ia pergi dari panti asuhan dan mencuri berbagai kotak amal serta sumbangan. Ketika di tambang, ia menjilat dan memfitnah rekan kerjanya agar dia dinaikkan jabatannya. Ia pun menjadi bos, tetapi ia berlaku kejam kepada bawahannya. Ia menipu banyak pelanggan. Ia membuang limbah tanpa diolah untuk meningkatkan keuangan. Bahkan, ia rela membunuh pesaingnya.

Setelah semakin kaya, ia didatangi oleh peminta-minta. Ia ingat dengan masa kecilnya dulu, pikiran buruk pun memaksanya mencurigai setiap pengemis. Karena itu, ia enggan menyedekahkan hartanya. Akhirnya ia menjadi seorang pria seperti sekarang. Seorang milyader yang kejam dan tak memiliki satu pun teman. Tiap makanan yang mengalir di dirinya begitu kotor sebab banyak hak orang miskin tidak disalurkan. Beginilah wujudnya sekarang setelah ditarik oleh Iblis menjadi Penjaga Neraka.

"Ketika kau berada di keadaan terendah, siapa yang akan menolongmu? Hanya dirimu saja yang bisa mengeluarkanmu! Entah itu uang bersih atau kotor, hanya uanglah yang membuatmu hidup!" cecar Yatim.

Lagi-lagi Pak Romo menggeleng. "Kau salah! Tetaplah menjadi orang baik! Jika aku menjadi orang susah di posisimu, aku akan terus berbuat baik sebab Tuhan akan membalas karma baikku. Kita sebagai manusia tidak hidup sendirian. Karena itu, kita harus menolong orang lain. Agar ketika kita berada di posisi susah, kita bisa mendapat pertolongan."

Yatim yang semakin geram akhirnya memutuskan membunuh Pak Romo. Ia menambah tekanan yang dibebankan kepada musuhnya. "Percuma aku berbaik hati kepadamu. Aku muak mendengar ceramahmu. Karena itu matilah!"

"TIDAK!" Pak Romo lantas kuat berdiri. Tiba-tiba seluruh tubuhnya mengeluarkan energi biru, termasuk mulut dan matanya. Kekuatannya meningkat pesat seperti kemampuan Penjaga Neraka itu sendiri. "Gerbang Barat!"

Pak Romo membuka Gerbangnya. Ia berteriak sekeras-kerasnya dan lolongannya sontak mengguncang sebagian besar Neraka. "TOLOOOOOONG!"

Pak Romo membuktikan perkataannya bahwa ketika ada masalah, ia harus meminta pertolongan agar tetap bisa menang dengan cara yang terhormat. Hingga tak lama kemudian—!

Dinding yang membatasi brankas emas raksasanya pecah dari kubah teratas. Pak Ibrahim dan Pak Goldy terjun dari langit, bersamaan dengan guntur yang menggelegar. Ia sedang dikejar oleh musuh mereka sendiri, Thief. Mereka akan menolong Pak Romo, sekaligus mencari pertolongan.

Pertarungan dua regu Imam dan Penjaga Neraka terjadi, dan siapakah yang memiliki kerja sama yang lebih bagus?


Neraka, 8 Februari 0021

2 Ramadan 1500 H

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top