38 | Six Highness
LAUTAN yang memisahkan Neraka menciut dan terus tergerus.
Selepas tarawih di malam pertama Bulan Ramadan, Wafir tak bisa-bisanya berhenti membaca kitab suci dengan suara merdunya. Seakan mendengar lantunan kesedihan, tetapi ada harapan manis terciprat di antaranya. Dia duduk menyendiri di ujung dermaga, memandangi Neraka yang memancang dari kejauhan. Di dalam situasi gelap yang melahap-lahap, Wafir membiarkan dirinya tenggelam dari ribuan munajat yang dikuatkan.
"Salamun, qawlammirobbirahim." ("Kedamaian diucapkan oleh Tuhanmu yang Maha Penyayang.")
"Perkataan itu diucapkan oleh Tuhan kita ketika seseorang masuk ke dalam Surga nanti." Muhammad memutus bacaan Wafir. Ia menerangkan kalimat yang barusan dibaca Wafir.
"Malik Muhammad, silakan. Saya sudah selesai membaca."
Muhammad duduk di samping Wafir. "Bagaimana dengan keadaan lautnya? Apakah semakin berkurang?"
Wafir mengangguk. "Bapakku sepertinya benar-benar ingin membunuh kita semua. Ia terus mendekatkan Neraka ke Distrik Utara." Wafir memanggil Iblis sebagai Bapak sekarang. Ia merasa bersalah terus-menerus sebab bapaknya sendiri yang menyebabkan kekacauan bagi Surga.
"Sepertinya kita harus menyerang Neraka, sesuai rencana awal. Kita sudah menyiapkannya selama 28 hari."
Wafir mengembuskan napas berat. "Haruskah kita menyerang Neraka, Malik?"
Muhammad tersenyum, lalu mengelus rambut Wafir. "Tidak perlu khawatir, Nak Wafir. Meskipun kemungkinan kita tewas saat menyerang Neraka, kita setidaknya tidak akan kehilangan semua orang. Kamu setidaknya pasti selamat."
"Karena aku adalah anak Iblis, ya." Wafir tersenyum masam.
"Kita lakukan saja sesuai rencana. Berkat kejadianmu di Neraka yang tiba-tiba mampu berubah menjadi wujud iblis, kamu sudah memberikan kekuatan yang besar untuk kita. Karena itu, kita masih ada kemungkinan untuk menang. Bersemangatlah!"
"Dan jika kita kalah, setidaknya Tuhan akan menyambut kita di Surga nanti."
Keduanya pun tersenyum, lalu kembali ke pemukiman sementara untuk penduduk Surga. Wafir mendirikan rumah-rumah dengan kekuatan kristalnya. Ia menggunakan wujud jamrud untuk merefleksikan wujud kehijauan dari tempat tinggal di surga. Mereka akan menyiapkan puasa pertama mereka besok pagi.
Setelah itu, mereka akan menyerang Neraka besok malam.
—
Utara, 7 Februari 0021
1 Ramadan 1500 H
SELEPAS MAGRIB, semua tentara menyantap daging panggang dengan singkat dan menutupnya dengan beberapa teguk air.
Semua sudah siap. Deru motor trail telah menggaung di bawah langit malam. Mereka tidak perlu memakai perahu untuk melintasi laut di antara mereka sebab Neraka benar-benar sudah mengurasnya. Hanya menyisakan daratan yang membelah di antara keduanya, menghubungkan Distrik Utara begitu jelas. Tidak ada keraguan lagi untuk melakukan serangan habis-habisan.
Tentara sudah bersiap dengan 600 personel biasa, 50 Jundun (personel menengah), dan 5 Imam yang memimpin di barisan terdepan dengan mengibarkan jubah putihnya. Malik II memegang komando tertinggi dengan baju tempur yang melindungi tubuh. Meski jumlah tersebut sangat sedikit bila dibandingkan dengan tentara musuh, mereka tidak gentar. Sesuai perkiraan, Neraka memiliki Penghuni Neraka sebanyak 6.900 orang jika mereka menculik seorang tiap hari dari 19 bulan. Setelah itu, mereka punya 13 dari 19 Penjaga Neraka yang tersisa. Kemungkinan menang berdasarkan jumlah sangat sedikit.
Sama seperti perang besar pertama yang terjadi pada Bulan Ramadan, Perang Badar sanggup dimenangkan hanya dengan 313 orang melawan seribu tentara. Semua kemungkinan tersebut bisa tercapai, apalagi ada dua orang Penjaga Neraka dan dua orang Penghuni Neraka yang membela Surga. Semua akan baik-baik saja.
Hingga suara sangkakala tiba-tiba terdengar dari kejauhan Neraka. Sebuah gerbang raksasa setinggi puluhan meter muncul, lalu membuka dan mengeluarkan Penghuni Neraka yang bentuknya mengerikan ragamnya. Mereka mampu mengendalikan tulang belulang mereka layaknya sulur, persis seperti yang dilakukan bapak Rika. Namun, para tentara tidak gentar secara mengejutkan.
Mereka telah memiliki sebuah rencana dan itu dimulai sekarang!
Surga menyerang terlebih dulu. Sebelum para Penghuni Neraka muncul seluruhnya, Muhammad memindahkan para tentara dengan kekuatan portalnya. Para tentara menumpas para Fasadun (sebutan bawahan Iblis) dengan pedang dan pistol yang dibawa sembari menunggangi motor trail.
Muhammad pun langsung menahan gerbang Neraka untuk tidak tertutup dan dapat dimasuki. Sejauh ini, Muhammad akan bertarung dari jauh dan tidak akan masuk ke dalam pertempuran jarak dekat. Ia adalah kunci untuk menahan Iblis memainkan dimensi ruang seperti kejadian pembantaian putra Pak Ibrahim.
Setelah semua tentara dipindahkan, para Imam dan Malik II langsung diteleportasikan tepat di gerbang Neraka. Mereka membentuk formasi yang tidak dapat dipecah. Malik II berada di tengah. Di barisan terdepan, Pak Ibrahim dan Pak Badri berjajar sebagai tentara terkuat di Surga serta petarung jarak dekat yang andal. Pak Luth, Pak Romo, dan Pak Goldy mengitari Malik II di samping kiri dan kanan, mereka akan bertarung dengan jarak menengah. Sementara itu, Wafir mengawasi sisi belakang sebab dia memiliki jarak serangan yang luar biasa luasnya sehingga ia dipercaya sebagai petarung jarak jauh.
Wafir pun langsung menciptakan alas berlian layaknya permadani bulat. Ia mengangkatnya, lalu menggerakkannya bak tsunami yang berduyun-duyun melaju dengan cepat masuk ke dalam Neraka. Ia membawa seluruh pasukan Imam dengan kekuatannya, sangat efisien dan benar-benar aman.
Di sepanjang jalan, mereka menjumpai Penghuni Neraka yang menuju keluar Neraka. Tanpa ragu, para Imam menyerangnya dengan pedang, senapan, dan ilmu beladiri yang mereka kuasai. Wafir juga membawa senjata rahasianya sebagai orang Utara. Ia mengalungkannya shotgun itu di punggung meskipun itu sebesar separuh tubuhnya.
"Terus maju! Jangan kurangi kecepatan!" komando Malik II kepada Wafir. Ia juga mengobarkan semangat para Imam untuk tetap fokus dan menguatkan tekad.
Baru saja Wafir mempercepat tsunami berliannya, Pak Badri langsung berteriak. "WAFIR, CIPTAKAN TAMENG!"
Tanpa menunggu, Wafir langsung mempercayai Pak Badri dan menciptakan tameng berlian di depan tsunami sebesar truk tronton. Lalu—!
Sambaran petir raksasa yang mampu menelan apa pun yang dilintasi sontak melesat. Beruntung Pak Badri menyaksikan kilatan terlebih dahulu dari kejauhan. Tameng berlian Wafir pun mampu menghambat petir tersebut. Hingga mereka pun sada bahwa mereka telah dekat di bagian pusat Neraka sebab telah bertemu dengan Penjaga Neraka tingkat atas.
Benar saja, mereka telah menunggu di sebuah aula raksasa. Ruangan tersebut seluas lapangan sepak bola dan begitu tinggi langit-langitnya. Dari atas, cahaya putih kekuningan bersinar seperti mentari yang terang. Di belakang mereka, sebuah celah yang menyala terang seperti kaca bertengger layaknya gerbang ke tempat lain.
Wafir pun menghentikan tsunami berliannya. Ia menatap lekat-lekat dari kejauhan kelima Penjaga Neraka yang mencegat di depan. Ada lima orang. Dari kiri ke kanan, berdiri Killer dengan kulit pucat sedingin es, Zina dengan tubuh seksi telanjangnya, Wali dengan baju koko galabiya putih kecil yang menutupi badan remajanya, Thief dengan pakaian berandal disertai tindik dan tato, terakhir Yatim dengan pakaian resmi berupa jas formal dihiasi dasi.
Tidak ada Sodom di antara mereka. Ia mungkin tidak dibunuh, tetapi jelas Sodom tidak diizinkan keluar sebab jelas membantu Wafir dalam mengalahkan Iblis. Namun, tidak masalah. Hanya lima Penjaga Neraka yang harus dihadapi, regu Malik II menang jumlah. Masalahnya, mereka masih belum tahu seberapa dahsyat kekuatan Penjaga Neraka tingkat atas.
Yatim bertepuk tangan. "Aku tidak menyangka kalian yang gantian menyerang kami."
"Tidak perlu repot-repot bertarung di sini. Kita sudah menyiapkan sambutan untuk kalian," sambung Thief tertawa lepas.
Para Imam curiga. Bisa jadi ada jebakan yang menanti mereka. Sampai tiba-tiba saja, lima portal raksasa tiba-tiba muncul menarik setiap orang ke dalam.
Portal muncul di depan Pak Ibrahim dan Pak Badri. Mereka menghindar masing-masing ke samping. Namun, portal lain tiba-tiba menarik dari samping, bersamaan para Imam di samping kanan dan kiri.
Pak Badri tertarik ke dalam portal bersama Pak Luth, sedangkan Pak Ibrahim masuk ke dalam portal bersama Pak Goldy. Sementara itu, Pak Romo tertarik ke dalam portal di depan sendirian.
Belum sempat Malik II menyelamatkan, portal tersebut tertutup, lalu portal lain muncul dari arah bawah. Wafir pun buru-buru menghubungkan dirinya dengan Malik II. Mereka pun tertelan bersamaan dengan para Penjaga Neraka yang memasuki portal tersebut satu per satu.
Ini duel, dan mampukah para Imam memenangkan tantangan dari setiap Penjaga Neraka?!
—
Neraka, 8 Februari 0021
2 Ramadan 1500 H
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top