32 | He and Him

NERAKA bukannya merah menyala, melainkan hitam legam dan pengab.

Bisikan Sodom belum selesai. Ia masih melanjutkan, "Demi Tuhan, aku berada di pihakmu." Ia berhasil menggetarkan nurani Wafir. Mungkin dia bisa berbohong atas nama Tuhan. Namun, Wafir sebagai orang Utara tidak ingin meragukan sumpah atas nama Tuhan. Meski ia harus menelan pengkhianatan, tentu Tuhan akan memberikan pembalasan. Cepat atau lambat.

Wafir tidak mampu melihat sekitar Neraka. Ia dipeluk erat-erat oleh Sodom yang menggendongnya layaknya pengantin baru. Wajahnya dibenamkan di dadanya yang bidang dan tak mengenakan pakaian. Bau asam keringat sempat mengganggu penciuman, tetapi Sodom mendiamkan Wafir dengan isyarat siulan. Karena itu, dia akan menurut dan menunggu keadaan sudah pas. Ia akan menanti, seberapa besar kesungguhan sumpah Sodom.

Bagaikan di ujung jurang, Wafir jelas mampu merasakan embusan angin yang kencang menghempas punggung. Sodom sedang berdiri di ujung jurang. Selain itu, ia mampu merasakan hawa keberadaan beberapa orang lain di sana, saling terpisah jauh satu sama lain. Ada berapa Penjaga Neraka yang ada di sini?

"Sodom, kau tidak henti-hentinya melepaskan anak itu!" ucap seorang pria berjas rapi di arah jam 4, tepat tak jauh di samping Sodom.

Sodom mengeratkan pelukannya. "Dia adalah milikku. Aku tidak akan membiarkan dirimu menguasai anak ini!"

"Tch! Jika saja kita tidak bernomor sama, tentu aku akan langsung menghabisimu," gumam pria berjas rapi itu.

Seorang pemuda layaknya preman tertawa lantang di arah jam 2. "Ya sudah, pukul saja dia! Masa kau tidak berani dengan orang homo sepertinya!"

Keduanya pun sontak meledak dalam tawa. Namun, seorang remaja berperawakan putih kecil langsung menghentikannya. "Sudah, diam! Kalian tidak berhak menghinanya! Bagaimana pun juga, dia telah membawa Penjaga Neraka yang kabur pulang kepada kita. Biarkan saja dia menikmatinya sebagai hadiah!"

Kedua pria itu tunduk kepada remaja barusan. Suaranya masih cempreng dan belum melalui pubertas. Dari respons yang takut-takut, jelas remaja tadi memiliki peringkat yang lebih tinggi daripada kedua pria sombong yang menertawai Sodom barusan. Hingga ia kembali bertutur untuk menyambut pertemuan:

"Baik, semua peringkat atas sudah berkumpul, mari kita mulai! Sebelumnya, perkenalkan kembali, aku Wali, Penjaga Neraka gerbang kemungkaran nomor 1. Aku penjaga dari para orang-orang durhaka kepada kedua orang tua.

"Lalu di sampingku, ada Thief, Penjaga Neraka gerbang kemungkaran nomor 2. Dia penjaga bagi para pencuri. Dan yang paling dekat dengan Sodom, dia Yatim, Penjaga Neraka gerbang kemungkaran nomor 3. Dia penjaga bagi para pemakan harta anak yatim dan orang miskin."

Setelah itu, Killer mengangkat tangan kanan sebagai pertanda untuk tidak ingin memperkenalkan diri. "Gerbang kekejian tidak perlu memperkenalkan diri. Kalian sudah pasti mengawasi kami di Neraka. Kalian, penjaga gerbang kemungkaran, memang ditugaskan untuk di dalam. Jadi, wajar kalau kami tidak tahu kalian. Benar, kan, Zina, Sodom."

Zina mengangguk, begitu pula Sodom. 

Wafir akhirnya tahu di mana dia sekarang dan sedang dikumpulkan bersama siapa saja. Dia sedang berada di tengah Penjaga Neraka peringkat atas. Jika dia bertindak bodoh, tentu ia akan mati dalam sekejap. Satu-satunya harapan hanya Sodom. Wafir hanya mampu menunggu, sampai sejauh mana Sodom mampu menguasai keadaan.

"Apa yang ingin kita bicarakan?" Killer melipat tangan di depan dada, seperti bosan.

Wali tertawa seraya mengangkat pundak. "Tidak ada. Kami hanya berniat menyambutmu atas keberhasilan membawa pulang Penjaga Neraka yang kabur ini. Lihatlah, sampai para Trinitas membantu kalian! Tuan Iblis pasti akan sangat senang menerima kalian."

"Kalau sudah selesai, aku ingin kembali ke tempatku. Aku sudah tidak tahan untuk menikmati kekasihku ini!" putus Sodom pura-pura.

Wali hanya mampu tertawa kecut, begitu pula Thief dan Yatim. Zina hanya memutar matanya malas, tetapi Killer entah bagaimana bisa menahan rasa jijik yang membuncah. Ia tetap memasang wajah dingin nan pucat, lalu mengizinkan Sodom pergi.

Sodom pun senang bukan main. Ia mungkin ingin dilihat benar-benar sedang terbuai nafsu. Namun, di sisi lain, dia senang sebab telah berhasil memenangkan keadaan. Ia pun kembali menghilang di tempatnya di Neraka, diikuti Penjaga Neraka lainnya.

DI ATAS KASUR MEWAH, Wafir dan Sodom terduduk bersebelahan. Kamar tidur Sodom begitu teduh dengan warna hitam dan kelabu mendominasi. Hanya saja, sprei yang berwarna merah muda begitu mencolok dan kontras dengan nuansa yang hendak dibawa. Hingga ini memperkuat dugaan Wafir, siapa Sodom sebenarnya.

"Terima kasih, kau telah menyelamatkanku," ucap Wafir.

Sodom menghempaskan napas lega. "Mengapa kau tampan sekali, Wafir? Aku tidak kuasa untuk tetap bersamamu."

Oh Tuhan, jadi ketertarikannya kepada laki-laki sungguhan! "Ceritakan kepadaku apa yang ada diisi kepalamu hingga melakukan semua sejauh ini!"

"Aku ingin satu di antara kita diciptakan Tuhan menjadi seorang gadis. Agar kita saling menikah dan hidup bahagia bersama. Demi Tuhan, istrimu sangat beruntung bisa memilikimu. Dia sudah menandai semua hak yang ada pada tubuhmu.  Aku benar-benar iri."

"Aku masih belum begitu paham. Bagaimana kau bisa menyukaiku sedalam itu?"

Sodom mengangkat kedua pundak, tak paham. "Kau sadar tidak, Wafir. Kau begitu tampan. Tidak sekadar enak dipandang, tetapi aku bisa merasakan tidak ada rasa bosan yang akan menggerogoti relung hatiku jika memilikimu. Seperti nikmat yang orang-orang katakan di surga kelak."

Wafir terbelalak setelah mendengar kata kunci yang mengejutkan keluar dari mulut Sodom, seorang Penjaga Neraka. "Kau ... percaya surga dan neraka? Begitu pula Tuhan dan hari akhir?"

Sodom mengangguk. "Aku selalu percaya kepada semuanya. Hanya saja, hatiku selalu melawan kehendak Tuhanku. Mengapa aku malah menyukai lelaki, bukannya gadis."

"Tidak jadi masalah," hibur Wafir. "Aku juga terkadang menyukai lelaki. Seperti ketika menyaksikan ketampanan Pak Ibrahim."

Sodom langsung beranjak bersemangat. "Apakah benar begitu?"

Wafir mengangguk. "Menurutku, masalah seksualitas ini bukan seperti penilaian ya atau tidak. Tetapi, lebih seperti spektrum yang menyatakan angka 0-100. Tuhan menciptakan spektrum ini agar kita bisa menyayangi ayah kita dan sahabat-sahabat kita dalam agama Tuhan. Namun, imajinasi yang ditiup-tiupkan setan merusaknya."

"Kalau begitu, nilai ketertarikanku kepada lelaki adalah 100. Aku benar-benar tidak tertarik kepada gadis."

"Oh." Wafir menganggukkan kepalanya pelan.

"Mengapa kau hanya manggut-manggut? Mengapa kau tidak marah kepadaku?"

"Tidak masalah. Yang jadi masalah adalah melampiaskan syahwat tidak pada tempatnya."

"Jadi, aku selama ini tidak berdosa menyukai lelaki karena keadaanku?"

Wafir menggeleng. "Tergantung. Jika kau benar-benar mengimani Tuhanmu, tentu kau sudah tahu jawabannya apa."

"Tapi, aku tidak mungkin menikahi perempuan. Aku benar-benar tidak tertarik kepada mereka."

"Lantas jangan menikah jika kau tak mampu!"

Sodom terkejut. Ia tak paham dengan perkataan ekstrem Wafir. "Apa maksudnya?"

"Seperti seorang yang impoten, mandul, dan cacat fisik ataupun mental. Mereka yang tidak mampu menikah, mereka tidak diwajibkan untuk menikah. Lantas, kenapa kau mempersulit dirimu sendiri?"

Keheningan menyelimuti kamar Sodom pada kala itu. Untuk pertama kali, ia seakan ditampar dengan jawaban Wafir yang begitu simpel, tetapi tidak pernah terpikirkan sama sekali. Ia seperti menjadi orang yang paling bodoh di dunia ini.

"Tidak perlu sedih," hibur Wafir. "Lebih baik kita bicarakan topik yang lain. Seperti ... mengapa kau tidak agresif lagi?"

Sodom tersedak tawa. "Kau tahu, ini semua terjadi ketika Ray berhasil menciummu."

"Tidak, dia tidak menyentuh bibirku sama sekali."

Sodom manggut-manggut. "Syukurlah. Akan tetapi, hatiku sakit ketika melihatmu dinikmati oleh orang lain. Rasanya, aku lebih baik mati daripada tersakiti seperti ini. Hingga aku mulai berpikir, jika Ray sama-sama menyukaimu dan dia bukan seorang gadis, bagaimana dia bisa dekat denganmu? Hingga aku sadar perbedaan di antara kami."

"Apa itu?"

"Ray dengan ketertarikannya kepadamu bisa berada di sisimu sebab ia mampu mengendalikan diri. Dia memiliki niat yang berbeda. Hingga aku meluruskan kembali niatku dan mengetahui apa yang sebenarnya aku inginkan."

"Apa itu?" Wafir masih mengulanginya dengan antusias.

"Menginginkan tidur denganmu, terlalu berlebihan bagiku. Karena itu, aku sadar. Yang aku inginkan adalah dirimu, Wafir. Hanya mampu bercengkerama denganmu. Mengobrol denganmu. Juga berbicara denganmu dari dekat. Inilah yang aku inginkan. Dengan begini saja, aku sudah sangat puas."

Sodom tersenyum dengan seringai yang hangat dan amat tulus. Seketika, ia mampu menghapus stereotipe Penjaga Neraka yang bengis dan tidak berperasaan. Dengan cinta yang didasarkan kepada Tuhan, hatinya subur, maka Tuhan mengabulkan doanya.

"Diberkahilah kau, Mas Sodom! Semoga engkau mendapat lindungan dari Tuhan Yang Maha Kuasa!"

Wafir mengulurkan tangan untuk bersalaman. Ia seakan menerima Sodom sebagai sekutu. Dengan izin Tuhan, Wafir menciptakan keajaiban dengan membawa keberkahan kepada seorang yang dipenuhi dosa sekali pun.

"Omong-omong, siapa bilang kau tidak bisa tidur denganku? Hanya tidur kan?" Wafir membaringkan tubuh di kasur dan menarik selimut untuk tidur.

Sodom tersedak tawa. Wajahnya sontak memerah tidak percaya. Akhirnya, ia bisa tidur bersama dengan lelaki yang dicintainya meski itu hanya tidur semata. "Boleh aku memelukmu?" Sodom berbaring di samping Wafir.

Wafir sempat berpikir sejenak, tetapi ia mencoba memberanikan diri sebagai ucapan terima kasih. Ia pun mengangguk. "Silakan."

Sodom pun mendaratkan tangannya di tubuh putih nan mulus milik Wafir. Rambut hitam kecoklatan yang menguarkan aroma mint dielus berkali-kali. Sensasi damai merambat di sekujur tubuh. Tak terasa, senyuman mekar di bibir Sodom. Ia sangat bahagia bisa tidur dan memeluk, bahkan mengelus Wafir.

"Wafir, kau tahu kenapa aku sangat menyukaimu?"

"Karena apa?"

"Karena kau adalah adikku."

***

Yerussalem, 100 tahun lalu

Iblis memakai banyak nama dan kehidupan selama hidupnya. Dulu, seorang wanita tua Yahudi yang rambutnya sudah memutih semua, bahkan ia tidak bisa menstruasi, meminta seorang anak di sumur tua. Ia terlampau lelah untuk berdoa kepada Tuhannya. Karena itu, ia berserah diri untuk meminta kepada siapa pun yang mengabulkan doanya.

Hingga Iblis datang kepadanya. Menyetubuhinya berkali-kali hingga ia memiliki 12 anak lelaki. Salah satunya Sodom sebagai anak ke-11. Ia adalah anak paling tampan dari saudara-saudaranya. Karena itu, saudara-saudaranya sering kali termakan iri dengki ketika bersamanya. 

Sampai ketika sampai maut di hadapan sang ibu, para saudara pun sepakat untuk membunuh Sodom dengan memasukkannya ke dalam sumur. Secara kebetulan, mereka tidak tahu bahwa sumur itu adalah tempat Iblis mengabulkan permintaan mendiang ibu mereka. Iblis hanya tertawa sendiri menyaksikan kejadian ini. Tanpa diminta, bagaimana bisa manusia mengulangi sejarah yang sempat terjadi sebagaimana Yusuf dan para saudaranya.

Karena itu, Iblis menolong Sodom dan mengangkatnya sebagai bawahan. Hingga ia menyimpan tubuh Sodom agar tak termakan waktu, lalu ia akan membebaskannya jika waktu telah tiba. Dan sekarang lah waktunya. 

Ketika Iblis memberitahu bahwa Wafir adalah darah daging darinya, Sodom langsung menaruh hati kepadanya. Karena itu, Sodom terobsesi kepada Wafir lebih dari jutaan lelaki tampan di dunia. Dan satu tujuan di benaknya kala itu, ia ingin memiliki Wafir. 

Bagaimana pun caranya.


Neraka, 1 Januari 0021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top