16 | Exotherm

LEDAKAN ratusan tangki akan meluluhlantakkan Distrik Barat.

Matahari berada di puncak kepala dan dengan mudah mendidihkan otak. Namun, Wafir dan Hasbie tidak dapat merasakan terik yang membakar kulit. Di benak mereka hanya ada mimpi buruk yang berakibat pada tewasnya lebih dari sejuta penduduk Distrik Barat dan kehancuran ekonomi Surga.

"It-itu kepala Qawl!" gumam Wafir lemah dan terbata.

"Dia yang meledakkan seisi Kota Batu? dan 19 kota lainnya?" sahut Hasbie, mulai paham kepada kekhawatiran Wafir.

Tidak ada hal lain yang dipikirkan oleh Wafir selain melindungi seisi Distrik Barat. Namun, jumlah tangki terlalu banyak dan bagian tubuh Qawl diletakkan tersembunyi. Masalahnya, siapa yang meletakkan semua kepala di atas tangki? Apakah ada pengkhianat di Surga seperti Ray? Namun, bagaimana bisa ia mendapat akses hingga ke seluruh puncak tangki—!

"HEI!" Panggilan keras bercampur teriakan menggelegar dari bawah, seperti sedang menggunakan toa.

Spontan, Wafir dan Hasbie langsung menunduk ke bawah, mencari sumber teriakan yang tidak lain berada di bibir plant. Mereka terperanjat ngeri, tak mengira bahwa keberadaan mereka akan diketahui secepat ini. Namun, masalahnya berbeda. Keduanya tidak sedang bermain di atas tangki, tetapi menemukan sumber petaka yang akan menimbulkan tragedi.

"SEDANG APA KALIAN BERADA DI ATAS SANA!? CEPAT TURUN!" Pria yang memegang toa itu adalah Pak Romo. Ia murka telah menangkap basah keduanya berada di wilayah terlarang. Ia sudah kelelahan menangani trouble di siang hari, sekarang ia tak mau harus berurusan dengan dua bocah nakal yang naik-naik ke atas tangki.

Hasbie menyilangkan tangan sebagai tanda untuk tidak kemari. Sementara itu, Wafir buru-buru melongok ke arah kerumunan. Semua pegawai pabrik berkumpul untuk memanggil Wafir dan Hasbie turun. Namun, Wafir memandang ini sebagai kesempatan emas untuk menemukan sang pengkhianat. Wanita itu.

Semua yang Wafir lihat adalah lelaki. Tak ada wanita yang berada di kerumunan. Ia hampir putus asa. Memang benar mustahil menemukan wanita di pabrik oleokimia yang isinya kebanyakan laki-laki. Kalau Wafir pikir, memangnya siapa wanita yang ia terakhir temui di sini—

Hingga ia teringat satu wanita seksi yang berpapasan ketika ke luar kantor Pak Romo.

Wafir menelisik setiap sudut pabrik. Ia mencoba meneliti area selain kerumunan orang yang menyuruhnya turun di lapangan plant. Pupil bergerak begitu cepat untuk berjaga-jaga bagian tubuh Qawl akan digerakkan sebentar lagi. Hingga ia mendapati sebuah gerakan di pintu keluar tank farm. Wafir memicingkan mata dan berharap bisa mendapati sosok tersebut dengan jelas.

Sesosok wanita tertangkap basah keluar dari area tangki.

Penglihatan Wafir tentang sosok berambut panjang memang benar, bukan hantu atau roh penunggu. Wafir pun mulai memutar kembali ingatannya: jika satu-satunya perempuan di pabrik adalah sales wanita yang ditemui di kantor Pak Romo, sosok yang keluar dari tank farm tak lain dan tak bukan adalah orang yang sama. Dia ke pabrik bukan sekadar untuk berbisnis. Dia punya tujuan lain dan itu adalah perbuatan pengkhianat.

Wanita itu menyebarkan bagian tubuh Qawl di setiap tangki. Ia memanfaatkan trouble yang memancing perbuatan setiap orang. Jika kelakuan nakalnya ini telah berjalan selama berhari-hari dan tidak ada seorang pun yang menyadari, tentu ia dibantu oleh banyak orang. Maka, bisa dibilang pengkhianat ada lebih dari satu orang. Atau malah sebaliknya, ia bergerak sendirian, tetapi wanita itu begitu cerdas dan kuat sehingga bisa melakukannya sendiri.

Pilihan kedualah yang benar. Wanita itu menatap Wafir yang ada di atas tangki. Secara spontan, keduanya terikat kontak mata yang tak pernah diharapkan. Wanita itu menyeringai sombong dan meremehkan kebodohan Wafir. Meskipun rencananya sudah ketahuan, bahkan bisa digagalkan dalam sekejap, ia tak khawatir. Malah senang. Kalau begitu, satu-satunya dugaan adalah rencana wanita itu sudah selesai.

Wafir terbelalak menyaksikan respons congkak wanita itu. Ia mendapati gerakan aneh yang familiar. Wafir pernah melihatnya di suatu malam, beberapa hari lalu di Kota Batu. Hingga ia teringat kepada gerakan yang sama dilakukan oleh Qawl dan Sodom.

Wanita itu menutup mata kanannya dengan tangan kanan. Di telapak tangannya terukir sebuah tato hitam. Dari kejauhan, tertulis seperti angka 7. Selain itu, ketika angin keras dari sela-sela tangki menyibak rambut panjangnya, di lehernya juga tertoreh tato. Sebuah tulisan vertikal layaknya yang Wafir lihat pada kedua Penjaga Neraka dan ia yakin bahwa tulisannya akan sama.

Wanita itu adalah Penjaga Neraka! Wafir terbelalak dan dapat menebak skenario mengerikan yang mungkin terjadi.

"KALIAN CEPAT TURUN!" teriak Pak Romo sekali lagi, merebut perhatian Wafir dari meliriki sang wanita Penjaga Neraka.

Hasbie memberikan tanda X dengan menyilangkan kedua tangan seperti menolak mentah-mentah. Selain itu, tersirat juga ia tak ingin ada seorang pun yang naik ke atas tangki. Meskipun ia tahu tindakan penolakan ini memantik amarah Pak Romo, ia akan mengambil risiko. Tanpa buang-buang waktu, Hasbie berlari ke kepala Qawl dan ia mengambilnya tanpa jijik. Ia pun mengangkat tinggi-tinggi kepada semua orang bahwa di atas sedang tidak baik-baik saja.

Semua orang terperanjat, termasuk Pak Romo, setelah menyaksikan kepala sedang dibawa Hasbie. Mereka menyangka ada kasus pembunuhan dan mutalis. Mereka tak bisa melihat jelas kepala siapa di atas sana. Suara kusak-kusuk semakin ramai dan Pak Romo kembali berteriak-teriak, menyuruh untuk membawa kepala itu ke bawah.

Wafir ditempa tekanan setelah diimpit keputusan yang amat sulit. Ketika ia kembali berpaling ke wanita Penjaga Neraka, sosoknya menghilang ditelan waktu. Ia tak ada lagi di sana. Otak Wafir berdenyut-denyut memikirkan kemungkinan buruk yang semakin mendekat. Bisa jadi, bagian-bagian tubuh Qawl akan diledakkan sebentar lagi, tetapi bagaimana caranya? Namun—!

Kepala Qawl tiba-tiba bercahaya layaknya sumbu petasan yang dinyalakan.

Hasbie berteriak panik, "Wafir, ini kepala kenapa!?"

"Dia mau meledak!" jawab Wafir tertular panik. "Jangan dibuang!"

"Terus gimana lagi!? Lu mau ngebiarin seluruh Distrik Barat hancur!?"

Wafir tidak perlu diberi tahu masalah kehancuran seisi kota. Ia sudah menyaksikannya selama dua kali: Kota Kawah dan Kota Batu. Namun, Wafir tak mau menjadikan Distrik Barat sebagai daerah ketiga. Ia sekali lagi berusaha memutar otak kencang-kencang. Meskipun tekanan sedang mendera bertubi-tubi, tetapi ia berusaha beradaptasi.

Jika ia menciptakan kubah kristal, sebagaimana di Kota Batu, ia hanya melindungi daerah luar dari guncangan dan membiarkan Distrik Barat hancur. Namun, kalau ia memunculkan lapisan kristal yang mengikuti bentuk bangunan, tentu itu terlampau sulit. Ia tak bisa menahu di mana letak bagian tubuh Qawl. Bisa jadi ada satu tempat yang kelewatan—

"Wafir, cepat! Kepalanya mau meledak!" Hasbie berteriak lantang kepada Wafir, tetapi tidak segera digubris. "Bodo! Gue bakal buang nih benda!"

Dengan nekat, Hasbie berancang-ancang dan menguarkan semua tenaga di otot lengan. Seperti sedang melakukan tembakan terbaik bola basket, ia akan melemparkan kepala Qawl sejauh mungkin. Ia tak butuh persetujuan Wafir. Ia sudah kehabisan waktu.

Wafir mencoba mencegah Hasbie, tetapi terlambat. Ia telah menyaksikan kepala Qawl terlempar sepuluh meter di atas puncak tangki. Kepalanya bersinar layaknya petasan yang siap meledak. Seluruh isi tangki juga memunculkan sinar yang sama di tengah terik siang hari. Hingga Wafir dipaksa untuk membuat keputusan yang begitu sulit dan secepat mungkin sebelum—!

Terlambat!

Seluruh bagian tubuh Qawl meledak!

Wafir langsung melompat untuk meringkuk melindungi Hasbie. Setelah itu, tak ada yang bisa dilihat di dalam ledakan dahsyat, kecuali warna mengilap merah muda yang indah, membiaskan terik mentari bagaikan kilauan.

Wafir kembali menciptakan pelindung kristal.

PAK ROMO menepati janji.

Di antara kepulan asap hitam yang membumbung tinggi dan siraman foam dari truk pemadam api, Pak Romo berdiri menemui Wafir dan Hasbie. Ketiganya masih di atas tangki, yang tingginya setara dengan 15 meter. Matahari masih berada di puncak angkasa, agak tergelincir ke barat. Aroma minyak menjulur-julur dari bekas ledakan yang kini membanjiri seisi pabrik dengan warna kuning jernih.

Pak Romo menatap lekat-lekat Wafir dengan penuh penyesalan. Semua sudah selesai. Meskipun ada sedikit bintik penyesalan dan amarah, ia telah bersumpah akan memendamnya. Setidaknya untuk kejadian ini, atau lebih tepatnya disebut sebagai tragedi.

"Wafir, Anda berutang banyak penjelasan kepada saya," tutur Pak Romo tegas, wajahnya masih datar ketika sedang menahan emosi yang bergejolak. "Atau jelaskan saja nanti di acara penobatanmu sebagai Imam."

"Saya masih tidak mengerti, Pak." Wafir menghentikan Pak Romo yang hendak turun dari tangki.

Pak Romo menoleh sedikit, menampakkan sedikit batang hidung ke arah Wafir. "Anda sudah lulus dari ujian yang kulakukan sebagai Imam."

"Tunggu dulu!" Hasbie tiba-tiba memotong pembicaraan. "Jangan bilang Papa mau ngeledakin seisi Distrik Barat cuman buat ngetes Wafir!? Gila banget, Pa!"

"Tesnya bukan ledakan itu!" Pak Romo memukul paha putranya, kesal. "Saya tidak menyangka bakal ada pengkhianat yang hendak meledakkan seisi Distrik Barat, termasuk perusahaan Heaven. Secara tidak langsung, dia ingin menyabotase Surga untuk tidak bisa hidup selamanya."

"Pak Romo seharusnya tahu bahwa sales wanita yang beberapa hari ini datang ke pabrik adalah dalangnya. Dia adalah Penjaga Neraka," ujar Wafir.

Pak Romo tersentak, kaget terhadap pernyataan partner kerja telah berkhianat dan juga ada Penjaga Neraka telah masuk di tempatnya. "Apa yang Anda bilang, Wafir? Penjaga Neraka?"

Wafir mengangguk. Mata besarnya yang bersinar tidak bisa menyembunyikan kepolosannya yang tidak bisa berbohong.

"Tidak mungkin! Penjaga Neraka tidak pernah bisa memasuki Surga dari dulu! Bahkan mereka seharusnya tidak mengetahui keberadaan Surga!" Pak Romo ditenggelamkan kekhawatiran setelah memikirkan Penjaga Neraka telah berada di Surga.

Ketiganya terdiam di atas tangki. Tak ada suara pun yang meluncur dari mulut. Hanya ada bunyi sirene yang terus memadamkan api dari tangki-tangki yang meledak.

Wafir mengambil keputusan yang terbaik. Ia melindungi Distrik Barat dengan lapisan pelindung kristal merah muda. Namun, ia meninggalkan daerah tank farm untuk tetap tidak tertutup, memisahkan bagian tubuh Qawl agar tidak ikut menghancurkan seisi Distrik Barat. Setidaknya, kerugian yang ditimbulkan sepadan untuk menyelamatkan nyawa ribuan orang. Bahkan, kehancuran ratusan tangki yang menyimpan berbagai raw material sudah diasuransikan. Jadi, Pak Romo tidak menelan kerugian yang begitu besar.

"Jangan lupa janji, Pa!" Hasbie memulai pembicaraan. "Papa janji kepada Wafir untuk memberikan Heaven Corporation jika dia mampu menyelesaikan masalah. Meskipun akhirnya berbeda dengan yang Papa bayangkan, tapi dia sudah menyelamatkan Papa, termasuk seluruh Distrik Barat."

Pak Romo menggaruk belakang kepala yang tak gatal. Dia kecewa sudah sesumbar seperti ini. Ia mengakui Wafir memang anak yang jenius. Namun, untuk memberikan seisi perusahaan, ia lebih suka memberikannya kepada Hasbie, anaknya sendiri, daripada kepada orang lain. Meskipun Wafir lebih dapat dipercaya, setidaknya memberikan kepada Hasbie membuat hatinya tenang sebab ia mewariskannya ke darah daging sendiri.

"Bagaimana kalau begini," tawar Wafir, mengakhiri kebingungan Pak Romo. "Saya terima pemberian berupa seisi perusahaan Heaven. Dan sejak detik ini, saya memberikannya kepada Hasbie."

Pak Romo dan Hasbie terdiam saling menatap. Mereka tak bisa berkomentar terhadap cara konyol yang Wafir tawarkan. Meskipun aneh, tetapi pilihan tersebut ada benarnya juga. Pak Romo menepati janji dan tidak menelan kerugian apa pun. Ia tetap bisa mewariskannya kepada Hasbie. Sementara itu, Wafir bisa mendapat pahala dengan memberikan pabrik dan mempermudah keinginan Pak Romo. Benar-benar jenius!

Ketiganya pun menyembur tawa bersamaan.

Wafir senang bisa memandang Hasbie berbaikan dengan Pak Romo. Ia tersenyum sendiri ketika memandang mereka saling berpelukan. Meski ia tak bisa diperlakukan sehangat itu oleh sang ayah, setidaknya ia bahagia bisa melihat orang lain tidak bernasib sama dengannya.

"Baiklah, Wafir. Sampai jumpa besok di acara penobatan Imam!" ucap Pak Romo hangat sembari mengembangkan senyuman, ia pun mulai menuruni tangki.

"Gue tunggu lu di sana! Gue janji bakal ngebalas kebaikan lu ini dengan jadi teman lu, Imam Wafir dari Utara!" ucap Hasbie juga sama-sama riang sebelum menuruni tangki.

Wafir tertinggal seorang diri di atas tangki. Tersenyum menyadari hidup semakin mudah setelah ini. Ia mendapatkan kehormatan dengan menjadi Imam. Bahkan, ia perlahan mendapat teman-teman yang tulus berada di sisinya. Ia pun memandang seluruh Distrik Barat untuk terakhir kali sebelum turun dari ketinggian tangki. Ia pun memberikan salam seraya tersenyum bersyukur:

"Selamat bertemu di acara penobatan besok."

Barat, 21 Desember 0020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top