Chapter 3 (Monster di dalam Rumah)

"Biarkan...
Biarkan aku pendam rasa sakit itu sendirian.
Biarkan rasa itu menghukumku."

(Nam Woo Hyun)

***

Happy Reading

***

Jadwal Sae Ron pagi ini adalah ke supermarket. Seperti biasanya, dia yang terjun langsung untuk mencari bahan-bahan masakan di kafenya. Mulai dari kualitas dan harganya. Meski kafe itu hanya digunakan sebagai kedok, tentunya Sae Ron tak bisa asal-asalan dan menjatuhkan reputasinya. Soal kebersihan kafe, ia serahkan semua tanggung jawab itu pada Seong Woo yang siang ini sudah sibuk berkutat dengan alat pelnya.

Alih-alih menggunakan mobil pribadinya, Sae Ron lebih memilih untuk naik bus, lalu dilanjutkan dengan berjalan kaki. Ya, hitung-hitung olah raga pagi dan sekaligus mengurangi kemacetan hari ini.

"Kenapa hari ini terlihat mendung? Ramalan cuaca hari ini meleset, rupanya," gumamnya pelan. Memerhatikan langit yang memang mulai berubah gelap. Padahal ia melihat berita ramalan cuaca kalau hari ini akan cerah. Harusnya ia bawa mobil saja tadi. Sae Ron segera duduk santai di atas bangku bus yang akan membawanya ke supermarket terdekat.

Sementara itu, rasa penasaran Woo Hyun semakin bertambah. Setelah pertemuan dadakan tersebut, pikiran Woo Hyun makin tak tenang. Entah bagaimana bisa ia menjadi tertarik dengan gadis itu. Apakah karena gadis itu mengingatkannya dengan mendiang Seo Hyun atau bukan, Woo Hyun tak memiliki jawaban pasti atas keresahan di dalam hatinya.

Hari itu hujan langsung turun dengan deras. Woo Hyun sudah menyerahkan tanggung jawab perusahaan pada sekretarisnya. Menunda semua jadwal meeting penting hanya untuk berdiam diri di dalam mobil. Memerhatikan Sae Ron yang hari itu baru saja keluar dari dalam bus, lalu berlari cepat menuju sebuah supermarket besar, demi menghindari runtuhan air dari langit.

Woo Hyun sudah menunggu lama di depan kafe, lalu membuntutinya sampai sini. Entah ini hal yang salah atau benar. Woo Hyun hanya penasaran. Itu saja.

Ia ingin keluar dari dalam mobil untuk terus mengikuti gadis itu, namun urung ia lakukan. Rasanya sangat tidak wajar bertemu kembali di supermarket yang faktanya terletak cukup jauh dari rumah mewahnya. Dari pada ketahuan, Woo Hyun lebih memilih berdiam di dalam mobil hingga gadis itu keluar.

"Lama sekali dia berbelanja," rutuknya kesal. Menunggu seperti orang bodoh di dalam mobil. Sesekali mengelap kaca depannya dengan tissue, karena hujan turun sangat deras dan membuat kaca mobilnya berembun.

Tak lama kemudian, Sae Ron keluar dari dalam supermarket bersama beberapa kantong pelastik berisikan barang belanjaan. Raut wajahnya terlihat gusar. Memerhatikan hujan yang masih belum bosan untuk turun. Sesaat ia ingin melebarkan payung yang baru saja dibelinya, seseorang berlari cepat menerobos hujan sambil menarik tas yang tersampir di bahunya.

Kejadiannya begitu cepat, sampai Woo Hyun hanya bisa melongok, melihat Sae Ron yang sudah jatuh terduduk di sana.

Refleks, Woo Hyun segera melompat keluar. Barulah ia bisa mendengar teriakan keras Sae Ron untuk meminta pertolongan.

Woo Hyun sudah berusaha keras untuk mengejar pelaku, namun karena hujan turun dengan deras, jarak pandangnya terhalang. Si pencuri itu akhirnya lolos dari kejarannya. Napasnya sudah satu-satu. Ia memutuskan untuk kembali dan menemui Sae Ron.

"Sae Ron-ssi, gwaencanhseumnika?"

Sae Ron sudah berdiri tegak. Pakaiannya basah. Barang belanjaannya tercecer di depan supermarket. Kakinya nyeri terbentur aspal. Gadis itu, menangis ketakutan.

Woo Hyun segera melangkah mendekat. Langsung memeluk gadis itu untuk menenangkannya. "Gwaencanhayo, gwaencanhayo."

Sejurus kemudian, ia lantas mengajak Sae Ron masuk ke dalam mobilnya.


Niatnya ingin mengantar gadis itu pulang, Woo Hyun malah membawa Sae Ron menuju rumahnya. Gadis itu masih terlihat syok dan menggigil kedinginan dan ia sama sekali tidak tahu di mana gadis itu tinggal.

Sesampainya di rumah, Woo Hyun lantas membawa Sae Ron masuk. Naik ke lantai atas menuju kamarnya. "Ini handuknya." Woo Hyun memberikan handuk itu pada Sae Ron yang saat ini tengah serius memerhatikan sebuah foto yang menampakkan wajah seperti miliknya. Gadis itu tersenyum bahagia sambil memegang ponsel untuk memotret selfie, sedang di sampingnya ada Woo Hyun yang tengah berpose konyol. Jelas sekali ada raut kebahagiaan di sana. Bukan kebahagiaan yang pura-pura. Perasaan Sae Ron mencelos begitu saja.

Makin kalut saja perasaannya.

"Dia Kim Seo Hyun. Kekasihku." Woo Hyun tak banyak berkomentar. Mungkin saja gadis di hadapannya itu hanya sekadar penasaran dengan munculnya foto itu.

Sae Ron mengalihkan atensinya pada waja lesu Woo Hyun. "Dia, mirip sekali denganku." Akhirnya titik sadarnya kembali.

"Aku pun tidak menyangka kalian bisa semirip itu. Ah, maafkan kekeliruanku tempo lalu di apotek. Kukira kau memang benar-benar dia," ujar Woo Hyun sedikit datar, lalu buru-buru mengubah ekspresi wajahnya menjadi sedikit lebih cerah.

"Lalu, di mana dia seka--"

"Air panasnya sudah aku siapkan. Cepatlah mandi atau kau akan terkena flu," sergah Woo Hyun cepat. Ia belum siap membuka rahasia itu pada siapa pun. Terlebih, keduanya belum cukup akrab untuk tahu kisah masa lalu masing-masing. Woo Hyun lebih memilih melenggang keluar dari kamar. "Aku tunggu di ruang tamu bawah," sambungnya, lalu hilang dibalik pintu yang tertutup.

Bulir bening Sae Ron akhirnya luruh. Merambat membasahi pipi, lalu jatuh ke atas pangkuannya. Bersama tetesan hujan yang masih bergelayut di ujung-ujung rambut.

Batinnya makin ngilu. Bagaimana bisa sang kakak nekat mengakhiri hidupnya, jika kebahagiaan bisa ia raih seperti ini. Ah, demi apa pun, Sae Ron benar-benar merindukan Seo Hyun. Rasa penasaran akan rahasia itu semakin membuat pikirannya berkecamuk.

Diraihnya foto tersebut. Tersenyum sambil menatap lamat wajah bahagia di dalam foto. "Eonni, jaljinaesseoyo?"


Selepas mengganti pakaiannya yang basah dengan pakaian yang sudah Woo Hyun siapkan--satu pasang training kebesaran berwarna hitam milik Woo Hyun--Sae Ron segera menghampiri Woo Hyun yang katanya menunggu di ruang tamu lantai bawah. Ia melangkah pelan sambil memerhatikan seisi rumah yang sangat mewah tersebut. Luar biasa sekali laki-laki itu, batin Sae Ron berseru kagum.

Tiba di anak tangga terakhir, langkahnya terhenti. Terkejut, saat melihat seorang wanita paruh baya, namun style pakaiannya sungguh hedonis. Ia yakin kalau wanita itu adalah ibunya Woo Hyun.

Sae Ron refleks membungkuk dan memberi salam. "Annyeonghasimnikka!"

Wanita itu tak seramah pikirannya. Dengan gayanya yang angkuh, ia melangkah menghampiri Sae Ron. Bunyi heels-nya terdengar begitu mengerikan saat membentur lantai marmer. Sae Ron meneguk salivanya sendiri. Ia tak memiliki nyali untuk mengangkat pandangannya karena merasa terintimidasi oleh tatapan tajam tersebut.

"Neon nuguya?" nadanya sangat tenang, namun entah kenapa Sae Ron malah merasa semakin ketakutan. Seperti tengah diintai monster mengerikan.

Sae Ron masih bungkam. Lidahnya mendadak kelu. Melihat reaksi tersebut, Woo Hyun segera datang menghampiri. "Dia pemilik kafe yang tempo hari kita datangi, Eomoni."

Pandangan wanita itu, Nyonya Nam, makin tajam. Semakin menohok perasaan Sae Ron lewat tatapannya. "Kenapa dia bisa ada di sini? Dengan rambutnya yang basah?"

Sae Ron gelagapan. Bagaimana bisa ia lupa mengeringkan rambut tadi? Ah, jati dirinya sebagai Kim Sae Ron si anak manja yang ceroboh memang susah untuk dihilangkan.

"Kami kebetulan bertemu di jalan. Dia kehujanan, lalu saya mengajaknya ke sini untuk--"

"Arasseo!" potong Nyonya Nam cepat. Ia malas mendengar alasan Woo Hyun yang terkesan bertele-tele. Telunjuknya mengarah pada dagu Sae Ron. Mengangkat wajah ketakutan itu sambil terus memerhatikannya. Sedetik kemudian, ia tercekat. Wajah itu, mengingatkannya pada seseorang yang selama ini tak pernah berhenti mengusik pikirannya. Tangannya seolah kaku. Rahangnya mengeras. "Cepat pergi dari sini!" pelan, namun tegas. Sae Ron langsung mengambil langkah untuk keluar dari sana.

Baru saja Woo Hyun ingin menyusul untuk mengantarnya pulang, Nyonya Nam sudah menarik lengannya. Menahan agar putranya itu tidak pergi bersamanya. "Biarkan dia pergi sendiri. Kau bersiaplah, nanti malam temui Cho Rong di Heaven's Café."

Woo Hyun membuang napasnya berat. Ia tidak siap jika harus dijodohkan dengan gadis bernama Park Cho Rong itu. Hatinya masih untuk Seo Hyun. Ia tak ingin dan tak berniat menggantinya dengan gadis lain.

TBC

Salam,
Aurelia
17 Juli 2019

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top