🥀 Tiga 🥀

Siang itu, Azura ditemani dengan Purpella tengah berdiam diri di balkon kamar Azura sembari merapikan bunga yang nampak sudah sedikit layu.

Tok...tok...tok...

Azura mendengar suara pintu diketuk.

"Masuk," teriak Azura. Orang yang tadi mengetuk ternyata adalah ibu Azura. Ia berjalan perlahan, menghampiri Azura yang masih sibuk merawat bunga Anggrek.

"Azura, Bubblegum memanggilmu di bawah. Ayo turun!" perintahnya.

Azura menoleh menghentikan pekerjaannya. "Serius, Ma?"

"Sejak kapan Mama bohong?" tanya mama melipat kedua tangannya di dada.

Azura menyimpan semua peralatan yang ia pegang, lalu terburu-buru pergi meninggalkan ibunya yang terdiam mematung karena melihat tingkah laku gadisnya itu. Ketika Azura hendak membuka pintu kamar, ia kembali kemudian memeluk ibunya dan mencium pipinya.

"Azura sayang Mama," ucapnya kemudian pergi berlari meninggalkan kamar-menuruni anak tangga-sambil berlarian di dalam rumah hingga depan toko.

"Bubblegum!" Azura berlari hendak keluar dari toko bunga. Hal itu membuat semua pelanggan dan pegawai tertarik untuk melirik Azura yang tingkah lakunya sudah seperti anak kecil.

"Hai, Azura," sapanya sembari mengangkat sebelah tangan.

"Ini adalah rekormu, Bubblegum. Biasanya kau hanya keluar rumah awal bulan saja, itupun satu kali dalam sebulan. Tapi sekarang, akhir bulan, bulan ini kau sudah keluar rumah selama dua kali. Ini pertama untukmu selama dua tahun terakhir." Azura menatap Bubblegum dengan tatapan berbinar. Matanya seolah mengatakan seperti baru pertama kali memenangkan lotre dari koran mingguan.

Bubblegum tersipu malu karena ditatap begitu oleh Azura. "Sudahlah, jangan melebih-lebihkan. Mari ikut aku!" ajaknya.

"Ikut denganmu? Tapi, kemana?" tanya Azura penasaran dengan suasana hati yang masih berbunga.

"Ke tempat pengirim paket," jawabnya singkat.

"Oh... kalau begitu sebentar, tunggu lima menit. Aku akan berganti pakaian, lalu kembali kesini."

🍃🍃🍃

"Tuan Aries, sebentar lagi orang-orang yang akan anda seleksi akan berkumpul semuanya. Ya... palingan lima sampai dua tahunan lagi."

"Hah? Apa maksudmu, Robert? Orang dari Kutub Utara saja tidak mungkin sampai selama itu untuk datang kemari," gerutu Aries pada Robert.

"Tentu saja bisa, Tuan. Bayangkan saja, kalau mereka berenang dari Kutub sana sampai ke sini. Mungkin, mereka sudah mati duluan di telan Anak Krakatau," celotehnya sembari tertawa renyah menggoda tuannya.

Aries memukul kepala Robert kasar. "Kau ini ya! Berani bercanda denganku? Kupotong gaji dan uang lemburmu tiga turunan, baru tahu rasa!"

Wajah Robert memelas. "Ampunlah, Tuanku. Saya tadi hanya bercanda. Jangan potong gaji saya," ujarnya memohon.

Aries tertawa licik penuh kemenangan. Ditatapnya wajah Robert kala itu. Dia sudah seperti seorang yang akan mau mati saja.  "Tentu saja aku juga bercanda, Robert." Mereka saling bertatapan, lalu tawa pecah kala itu, hingga menggema di seluruh ruangan tersebut.

"Anu... ini benar ruangannya Tuan Aries?" sahut seorang gadis tiba-tiba dari balik pintu.

"Iya, kau benar. Masuklah kemari," jawab Aries.

Seorang gadis tengah masuk hanya dengan menampakan kepalanya saja dari balik pintu. Perlahan, ia mulai membuka pintu lebar menampakan seluruh perawakan yang jangkung, badan tipis, rambut panjang dikuncir, dan warna bola mata cokelat terang. Ia berjalan pelan hingga berjarak kurang lebih, dua meter dari Aries.

"Kenapa kau datang kemari?" tanya Robert.

"Tadi, aku bertanya pada resepsionis di depan. Aku menyampaikan keluhan padanya dan ia mengatakan, langsung saja pergi ke ruangan Tuan Aries," jelasnya.

"Katakan, apa keluhanmu itu?" kata Robert.

Wanita itu menarik nafas perlahan, kemudian ia hembuskan. "Sebelumnya, aku tidak pernah memesan barang pada siapapun. Keluargaku juga tidak ada yang memesan barang apapun. Tetapi, dua hari yang lalu aku mendapatkan serutan pensil ini. Aku melihat kertas di dalamnya bertuliskan-Moonlight Courier- karena itu aku berniat mengembalikannya," jelasnya sembari menunjukkan serutan pensil berwarna kuning.

"Itu hanya serutan. Kenapa tidak kau simpan saja. Lagian, mungkin pemiliknya tidak akan mencari," ujar Robert.

"Tidak... tidak! Ini bukan serutan biasa!" tegasnya.

"Kenapa kau sebut itu bukan serutan biasa?" tanya Aries.

"Lihat saja aksiku ini." Wanita itu menekan tombol on yang ada di serutan itu. Seketika, cahaya kuning di sekitarnya mulai menyala. Aries hanya tersenyum simpul melihat sesuatu terjadi di depannya.

"Selamat siang, Blackburry." Peri kecil itu menyapa sembari tersenyum.

"Kalian lihat bukan? Dari serutan menjadi seperti ini? Apakah ini sesuatu yang kecil bagi kalian?" Wanita itu-Blackburry-menatap dalam manik mata Aries dan Robert.

"Tuan Aries....," teriak peri kecil itu berlari-terbang-menghampiri Aries dengan membentangkan kedua tangan mungilnya.

"Woah! Flayello, sudah lama kita tidak bertemu." Aries mengangkat sebelah tangannya, untuk tempat Flayello berpijak.

"Jadi, kalian sudah saling mengenal?" Blackburry memiringkan kepalanya bertanya polos.

"Tentu saja! Aries adalah Tuanku, Blackburry," ucap Flayello dengan nada bangga.

"Sekarang, Tuanmu adalah Blackburry, bukan aku," ucap Aries mengelak.

"Hehehe...." Flayello tertawa renyah.

🍃🍃🍃

Setelah turun dari bis, Azura dan Bubblegum tengah berjalan menyusuri trotoar ditemani dengan embusan angin. Bisingnya suara kendaran, membuat mereka melangkah dengan cepat.

"Bubbelgum, sebenarnya alasanmu keluar itu untuk apa?" tanya Azura membuka percakapan.

"Bukankah kemarin kau minta bantuanku?"

"Maksudku, kau bisa memberitahu alamat perusahaan mungkin melalui ponsel.  Memberitahuku tentang apapun melalui ponsel."

"Tapi, aku ingin mengantarmu," ucapnya tersenyum lalu melangkah lebih cepat mendahului Azura.

"Eeee... jadi, hanya itu alasanmu?" teriaknya sembari menyusul langkah kaki Bubblegum yang lebih cepat darinya.

Mereka berbincang-bincang selama perjalanan untuk membuat waktu berjalan lebih cepat. Tak terasa, setelah delapan menit berjalan, mereka berhenti di sebuah kantor bertingkat dengan cat berwarna cokelat tua, yang dipadukan dengan cokelat muda.

Mulut Azura menganga, melihat bangunan tersebut dari bawah ke atas, menatap takjub orang-orang yang berlalu-lalang begitu banyak di dalamnya. Matanya begitu berbinar, melihat para karyawan yang berpakaian rapi dan begitu ramah menerima para pelanggan.

"Selama ini, duniaku hanyalah bunga. Sebelumnya, aku hanya tertarik pada hal yang berbau bunga. Tapi, setelah melihat para karyawan yang begitu senang, rasanya aku ingin menjadi salah satu orang yang berada di sana." Azura bergumam dan masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Mereka sama sepertimu, Azura."

"Apa maksudmu?"

Bubbelgum tersenyum. Ia tak menggubris pertanyaan yang diajukan Azura dan berjalan memasuki gedung tersebut. Azura masih bertanya-tanya, lalu mengikuti langkah Bubblegum. Mereka berdua menaiki lift menuju lantai tiga. Setelah pintu lift terbuka, mereka berjalan sebentar menuju ruangan yang tertutup rapat.

Tok...tok...tok... Bubblegum mengetuk pintu. "Masuk." Mendegar hal itu, Bubblegum membuka pintu lalu memasuki ruangan, diikuti oleh Azura.

"Hallo," sapa Azura.

Orang-orang yang berada di ruangan itu semuanya menoleh pada Bubblegum dan Azura. Tiga lelaki dan satu wanita tengah berbincang-bincang dengan asyik di sana. Manik mata Azura membulat sempurna, tatkala melihat dua peri seperti Purpella tengah berada di sana, terbang dengan bebas.

"Ho! Ternyata ini orang terakhir," ucap Blackburry mangut-mangut melihat Azura.

"Apa maksudmu?"

"Apa senjata sucimu em--"

"Azura," sela Azura memperkenalkan namanya.

"Apa senjata sucimu, Azura?" tanya Blackburry.

"Aku mendapatkan pena. Kalau kau?"

"Aku mendapatkan serutan," jawabnya. "Ayolah keluarkan peri-mu kami ingin melihatnya," lanjut Blackburry bersemangat.

Azura mengangguk. Ia mengambil pena dari sakunya, kemudian ia menyalakan tombo on. Cahaya ungu mulai memancar, semua orang menunggu dengan mata berbinar seperti menunggu jackpot yang akan didapatkan oleh Azura.

"Huh! Ada apa kau memanggilku Azu...ra." intonasi nada Purpella memelan ketika melihat peri lainnya.

"Putri Purpella!" teriak Flayello terbang menghampiri Purpella, diikuti dengan peri berwarna biru.

"Flayello, Berbllu! Lama tak jumpa." Purpella memeluk Flayello dan Berbllu. Mereka beretiga berpelukan begitu hangat dengan gelak tawa.

Ehem! Aries berdeham mencairkan suasana.

"Tuan Aries, sudah lama tidak bertemu," ucap Purpella hormat. "Bagaimana keadaan Ratu?" tanya Purpella nampak khawatir.

"Dia baik-baik saja,Purpella. Sekarang dia sedang membuat kue di dapur."

"Syukurlah," jawab Purpella mengelus dada.

"Baiklah, sudahi basa-basinya. Untuk kalian; Azura, Blackburry, dan Arbei, selamat datang di Moonlight Courier. Kalian semua kami sambut di perusahaan ini dengan senang hati. Aku, Aries Swot. Mengharapkan yang terbaik dari kalian untuk mengantarkan barang dengan aman, hingga sampai ke tangan pelanggan yang dituju."

"Hah?" teriak Azura, Blackburry, dan Arbei kompak.

🍃🍃🍃

Tbc

Hallo para Readers🤗 salam hangat dari Author dan Azura untuk kalian semua🤗 semoga kalian bisa menikmati cerita ini dengan bijak, dan suasana hati yang baik ya;)

See you😘

Senin, 25 maret 2019 oleh Mikurinrin_

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top