Persiapan Pembawa Bencana- 5

Kini seluruh warga suku itu tengah berkumpul. Mereka berbisik-bisik sembari memperhatikan Azura. Azura menatap sekitar dengan mantap. Lalu membuka suara.

"Hallo semuanya! Selamat siang!"

Hening.

"Ehem ... baiklah, saya tidak akan basa-basi lagi. Untuk masalah pembunuhan, dan pencurian yang dilakukan si pelaku, dan menuduh padaku, semuanya sudah aku ketahui."

Semua warga kembali berbisik-bisik.

"Pertama, aku menyuruh kalian membawa bunga yang aku berikan. Sekarang coba tunjukan semuanya!"

Para warga itu mengacungkan bunganya satu-persatu, tanpa kecuali Lisu dan pria yang berada di sampingnya.

"Kemarin, di tempat patung itu di simpan, aku menemukan satu tangkai bunga. Ada dua kemungkinan, yang peratama bunga ini milik si pelaku, yang kedua bunga ini milik si korban."

"Kamu, dan kamu!" Azura menunjuk Lisu dan orang di sampingnya. "Kenapa kalian tidak membawa bunga?"

Pria itu nampak cemas, sementara Lisu hanya berwajah datar.

"Bungaku aku jual. Makanya, itu tidak ada," kata paman itu memalingan wajah dari Azura.

"Kalau Paman tidak berbohong, kenapa memalingkan wajah dari saya?"

Paman itu gelagapan. Dia pun bersujud seketika di tanah. "Maafkan aku, semuanya! Sebenarnya aku lah orangnya, yang mencuri patung itu. Aku disuruh oleh seseorang dengan jubah hitam-hitam, katanya patung itu sangat mahal. Maka dia juga memberikanku uang yang sangat banyak. Sebagai syarat, taruh bunga pemberian di atas tempat patung itu," jelasnya.

Raut wajah seluruh penduduk, mendadak kusut. Mereka mulai mencibir dan memaki Paman tersebut.

"Diam!" teriak Azura, suasana kembali hening. "Aku tahu, meski pun Paman yang mencuri, tapi tidak mungkin Paman yang membunuh. Benar bukan? Berdirilah Paman, aku belum selesai berbicara."

"Kamu, Wanita--- maksud saya, Nyonya Lisu, di manakah bunga yang anda punya?"

"Aku simpan di rumah. Kalau kau tidak percaya, maka aku akan bawa kembali padamu."

"Tidak usah repot-repot, nyonya. Karena bunga yang anda punya, sudah ada di tangan saya." Azura menunjukkan setangkai bunga mawar di tangannya.

"Anda sangat tidak sopan, Azura."

"Mohon maaf atas kelancanganku." Azura tersenyum sinis.

"Aku juga menemukan beberapa barang bukti, seperti anting-anting hewan ini, foto keluarga, dan ya! Aku juga sudah menemukan patungnya."

Azura menunjukkan barang-barang yang ia temukan tadi. Sementara warga kembali ricuh.

"Kalian tahu, bukan? Ini siapa? Ya! Benar! Ini adalah Lisu dan suaminya."

"Apakah kau punya alasan lain untuk mengelak, nyonya?" Azura tersenyum puas.

"Aku tidak akan mengaku, sampai kau menjabarkan semuanya."

"Baiklah, sesuai permintaan nyonya. Kemarin, saat aku sedang melakukan penyelidikan di rumah Paman Gramada, aku menemukan setangkai bunga dan juga kalung berbandul hewan ini. Setelah aku cari informasinya, ternyata benda ini adalah kebudayaan yang ditinggalkan manusia purba, dan ditemukan di Sulawesi.

Aku kemarin berdiskusi dengan Paman Gramada, ternyata Lisu berasal dari sana, Sulawesi. Ketika Paman Gramada sedang berbicara dengan Lisu, diam-diam aku mencari ruangan tempat ia menyimpan barang-barang antik. Ternyata benar, itu ada di rumahnya. Di ruangan khusus.

Setelah aku selidiki, dan melihat foto ini, aku dapat menyimpulkan bahwa suami dari Lisu, adalah seorang petualang sekaligus penjual benda antik. Tiap beberapa minggu sekali, dia selalu pulang malam hari dan mengunjungi istrinya untuk memberikan uang, benar bukan?"

"Lalu, bagaimana dengan pembunuhan itu, Azura?" tanya Paman Gramada.

"Paman, sebelumnya aku dan Flayello mencari-cari makam dari orang itu. Namun, kami tidak menemukannya. Dan juga, ketika kami meneliti rumah Paman, kami tidak menemukan bekas bau amis darah dan bercak darah, sedikit pun. Dapat dipastikan, bahwa korban tidak dibunuh, atau dia dibunuh dengan cara dicekik 'mungkin'. Aku tidak akan bisa meneliti, sebelum aku menemukan jasadnya."

Prok ... prok ... prok !

Terdengar suara tepuk tangan dari sebelah kanan rumah. Azura membelalak kaget, melihat sesosok pria di depannya.

"Selamat, kamu lulus ujian pertama, Azura!" kata Bubblegum, diikuti dengan korban yang dikabarkan dibunuh.

"Ternyata benar dugaanku. Pria itu masih hidup!"

Seluruh warga bertepuk tangan dengan keras dibantu siulan mereka. Azura tersenyum senang ketika mengetahui Bubblegum berada di sana dengan si pria yang dibunuh.

"Bagaimana perasaanmu, Azura?" tanya Bubblegum berdiri di samping Azura.

"Aku sangat senang. Karena, si Pria ini ternyata tidak terjadi apa pun padanya."

"Anda benar, Nona. Saya hanya disuruh melakukan ini oleh, Tuan Bubblegum," jelas pria itu.

Azura kembali tersenyum dengan tulus. Untuk merayakan semua itu, seluruh warga melakukan pesta makan besar sebagai pertanda syukur.

🍃🍃🍃

Blackburry tengah duduk hening dengan Zupi, si orang jahat yang menghancurkan reputasi Blackburry. Ketika mata mereka beradu pandang, hanya lontaran senyuman yang menjadi penengah canggung di antara mereka.

"Oh iya, benar. Apakah kamu sudah lama bekerja di Moonlight?" tanya Zupi mengawali percakapan.

"Anda benar. Saya sudah lama bekerja di sana, hanya saja saya baru dipindahkan," jawab Blackburry dengan malu-malu. Namun, sebenarnya dalam lubuk hatinya ia merasa mual dan kesal ketika melihat senyuman centil dari Zupi.

"Benarkah? Berarti anda sangat hebat."

"Ah ... tidak juga," kata Blackburry santai. "Lalu, bagaimana dengan Anda? Sudah lama bekerja di Moonlight?"

"Sudah sangat lama. Bahkan, aku juga tau ketika Moonlight pernah bangkrut."

Blackburry hanya tersenyum sebagai tanggapan. Dalam benaknya, ini saatnya ia melakukan pekerjaannya dengan benar. Ia pun berdeham dengan lembut.

"P-pak, itu ada sesuatu di kerahmu. Biar aku bantu ambil," kata Blackburry sembari menyentuh kerah Zupi. Zupi tidak menyadarinya, namun Blackburry hanya tersenyum puas ketika kamera penyadap sudah ia pasang di kerah Zupi.

"Apa itu?"

"Ini hanya remahan nasi."

Di belakang Zupi, nampak Flayello tertawa puas sembari mengacungkan jempolnya. Blackburry hanya menanggapi dengan kedipan sebelah matanya.

"Misi sukses!" ucap batin Blackburry.

🍃🍃🍃

Sementara itu, Aries sudah bersiap dengan seluruh peralatan livenya. Ia menyiapkan begitu banyak kamera untuk ia siarkan di TV, bahkan kru TV pun sudah berbondong-bondong siap merekam Arbei.

Melakukan sedikit peregangan di depan kamera, Arbei meminta bantuan secara pelan kepada Berbllu. Setelah sedikit mengucap mantra, ia pun mulai menutup mata. Ia menekan satu-persatu tuts piano dengan khidmat. Orang-orang yang mendengarnya, perlahan mulai terbuai dengan suara indahnya.

🎶Trouble Is A Friends🎶

Itulah lagu yang dilantunkan oleh jemari Arbei. Jika suara lantunan musik Arbei terdengar hingga ke telinga readers, mungkin itu akan membuat kalian tertidur pulas.

Arbei terus membayangkan dalam pikirannya, suapaya kemampuan hipnotisnya meningkat. Sehingga, seluruh orang di negara ini akan melupakan apa pun tentang Moonlight. Dan kedamaian akan kembali pada mereka.

Belaian melodi mulai memasuki telinga si pendengar, mereka sekarang sudah tidak sadarkan diri. Sembari terus bermain, Arbei tersenyum senang melihat orang-orang di depannya tak sadarkan diri.

Hingga ia bermain sampai usai. Dan Arbei, membangunkan mereka dengan petikan jarinya.

"E-eh ... ini kita di mana? Sedang apa?!" teriak salah satu kru TV berkepala botak.

Benar. Suara riuh pertanyaan terus bergantian membuat kebisingan seketika di depan rumah Arbei. Salah satu kru TV lainnya pun, memutar kembali video rekaman mereka.

Nampak Arbei tengah bermain piano dengan santai dan menyenangkan. Ketika jari-jarinya menyentuh tuts piano itu sangatlah elegan. Ditambah dengan wajah tampannya, mampu melelehkan tiap penonton.

"Oh ... ini adalah ajang pencarian bakat, bukan? Ini berita besar untuk kita!" teriak salah satu kru yang memutar video tadi.

"Kamu benar! Ini ajang bakat. Wah, aku tidak menyangka akan mendapatkan hasil video sebagus ini."

Arbei pun tersenyum dan membungkukan badannya. Ia berterimakasih kepada seluruh kru tv dan orang-orang yang tengah meliput dirinya.

Setelah beres melakukan pertunjukan, orang-orang mulai pergi satu-persatu hingga habis dari kediamannya. Saat Arbei hendak menutup pintu, Seseorang menahan pintu tersebut.

"Tunggu!"

Arbei pun berbalim tatkala mendegar suara tersebut. Arbei mengerutkan dahinya pertanda heran dengan kehadiran orang tersebut di sana.

"Robert? Sedang apa di sini?"

"Selamat! Kamu lulus dalam ujian pertama ini!"

....

"Hah?!"

🍃🍃🍃

Blackburry terus berjalan sembari memantau jam tangan kecil di tangannya. Ditemani Flayello, mereka ternyata sudah mengetahui lokasi tempat pertasan bank tersebut.

Mereka sungguh keji, hingga rekning milik sendiri pun tak dapat Blackburry buka. Itu sungguh membuatnya merutuki ingin mengutuk si sialan Zupi itu.

Sekarang Blackburry berdiri di depan sebuah gedung yang sangat besar. Begitu menjulang tinggi, hingga membuat mulutnya menganga lebar.

Ia buang jauh-jauh rasa kagum itu ketika mengingat lagi akan perlakuan salah satu perusahaan di dalamnya itu.

Tanpa basa-basi, Blackburry pun memasuki kantor itu. Kali ini dengan rambut yang tergerai.

Ketika melewati salah satu tempat, jam tangannya berbunyi. Itu sebuah pertanda, berarti tempatnya di sini.

Ternyata ini adalah salah satu perusahaan game saingan game yang menuduhku meretas sistem mereka.

Blackburry mengendap-ngendap masuk tanpa menimbulkan suara. Ah ... sialan! Sepi sekali orang, sehingga membuat Blackburry tidak bisa bergerak leluasa. Karena penampilannya mencolok dari yang lainnya.

Bukan Blackburry namanya jika tidak memiliki ide. Dengan wajah jahil, ia menekan bel istirahat yang ada dekat dengan dirinya. Sehingga, orang-orang tidak sadar bahwasannya ini jamnya bekerja, tapi mereka malah istirahat.

Setelah semua orang keluar, ia pun langsung membuka salah satu komputer. Ia mencari data-data tentang rekening.

Sudah beberapa komputer ia jelajahi, hingga sampai di komputer paling ujung yang menampakan tabel keuangan.

"Ketemu!" pekik Blackburry riang. Tapi, tak meninggikan suara karena takut ketahuan.

Melihat angka-angka dan sistem yang belum ia temui sebelumnya, membuatnya kebingungan. Ia pun melihat jam tangannya dan membuka buku panduan.

Setelah memotret sistem yang ada pada monitor komputer, dalam buku panduan tersebut keluarlah cara mengatasinya.

Dengan gesit ia menekan keyboard. Mungkin waktunya tidak akan lama. Ketika memasukan kata sandi, ia gagal tiga kali. Sehingga mencari cara lain. Ia melihat kembali buku panduan tersebut, sehingga keamanannya berhasil dibobol.

Setelah urusan rekening selesai, ia kemudian mencari cara untuk mencegah iklan yang muncul di game sebelah. Ternyata menutup iklan lebih gampang dari cara sebelumnya, sehingga sempat mengetik sedikit berita untuk ia unggah ke media sosial.

Suara langkah kaki kerap terdengar. Blackburry mulai panik, ia memukul-mukul meja agar berita yang ia posting segera terkirim.

Langkah kaki itu semakin dekat, dan ... terkirim.

Karyawan-karyawan yang tadi meninggalkan ruangan sudah masuk kembali. Untung saja Blackburry berhasil bersembunyi di belakang pintu masuk. Dan ini memberi kesempatan ia untuk kabur.

Blackburry pun menghela napas kasar. Ia mengelap keringat yang bercucuran di pelipisnya.

"Tunggu!" ucap seseorang sembari menepuk punggung Blackburry.

Kini tangannya sudah bergemetar hebat. Apalagi kakinya. Keringat yang baru saja ia usap kembali bercucuran di pelipisnya.

Hentakan kaki dari orang tersebut mulai terdengar ke telinga Blackburry. Rambut hitam terurainya mulai terlihat, dan ...

"Baa ...."

Deg!

Jantung Blackburry rasanya berdetak dengan kencang. Namun, sekarang ia kembali lega.

"Kukira tadi siapa, ternyata kau, Gelltain! Sedang apa di sini?" tanya Blackburry sembari mengerucutkan bibirnya.

"Aku di sini sebagai pengawas ujian. Selamat, kamu lulus," ucapnya singkat, lalu kembali berjalan mendahului Blackburry.

"Hah?! Apa maksudmu aku tidak mengerti?" teriak Blackburry dari kejauhan sembari mengejar Gelltain.

Akhirnya masalah demi masalah berhasil mereka hadapi. Mereka sebelumnya tidak pernah menyangka, bahwasannya ini hanya ujian semata yang akan membawa mereka ke tahap selanjutnya.

🍃🍃🍃

Wehehehe, akhirnya author updet lagi cerita ini:) semoga suka ya.

Senin, 8 juli 2019

Mikurinrin_




Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top