🥀 Enam 🥀
Azura mengikuti Purpella masih mengelilingi loker yang seperti labirin itu. Dilihatnya, sekarang mereka sudah ada di deretan loker bernomor 400-an. Wajah Azura mulai sumringah, karena setelah 400 pastinya nanti 500. Oleh karena itu, ia mulai berlari kecil mencari loker nomor 512 dengan penuh semangat. Hingga akhirnya, ia berhenti tepat di depan loker bertuliskan 512.
"Akhirnya." Azura memegang gagang pintu loker hendak membukanya. Namun, ia mulai mengerutkan keningnya ketika loker itu terkunci. "Ayolah, tantangan apa lagi ini?" gumam Azura.
Di sisi lain
"Yes! Kita menemukannya, Flayello." Dengan wajah berbinar, Blackburry hendak membuka loker bertuliskan 213, itu. Wajahnya kecut seketika, saat mengetahui loker itu terkunci.
"Tch! Mereka itu memang tahu, cara menguji kesabaran kita, Flayello." Peri kecil yang terbang di sampingnya hanya tertawa kecil melihat tingkah laku majikannya.
Dengan rasa putus asa, ia membuka jam tangan yang diberikan Bubblegum. Ia tak peduli mau bagaimanapun caranya, yang penting lokernya harus terbuka! Ia mencari kontak bertuliskan-Arbei-tersambunglah telpon itu melalui alat pendengarnya. Tanpa menunggu lama Arbei mengangkat telpon yang dilakukan oleh Blackburry.
"Ya, Blackburry. Ada apa?"
"Kau sudah menemukan lokermu?"
"Aku masih berkeliling di loker nomor 600-an, sebentar lagi aku sampai di loker 718. Bagaimana denganmu?"
"Aku sudah menemukannya. Tetapi, loker ini terkunci. Kau tahu apa yang harus kulakukan?"
"Hmm... aku tidak begitu tahu detailnya. Tetapi, ingat perkataan Robert? Ia mengatakan, gunakanlah pemberian kami untuk pekerjaanmu. Sudah, ya aku akan menutup telponnya."
Blackburry menatap loker ini dengan lekat. Ia menggembungkan pipinya sembari berkacak pinggang. Kemudian, ia membuka jam tangan yang menempel di pergelangan tangannya. Ia menatapnya lamat-lamat. Tring... ide tiba-tiba saja muncul di kepalanya, ia mulai membuka menu dari jam tangan tersebut dan menemukan sesuatu.
Kembali ke Azura.
Kini, Azura tengah jongkok sembari memeluk lututnya nampak berpikir begitu keras. Sebelum akhirnya ia menghela napas pelan, menatap Purpella yang tersenyum riang kala itu.
"Kenapa kau tersenyum? Hah! Ketika aku susah, kau malah seperti itu." Azura berteriak pada Purpella. Hal itu membuat Purpella tak bisa menahan tawanya, hingga ia menutup mulutnya memalingkan muka dari tatapan Azura.
"Menyebalkan!" Azura berpikir keras, dan ya! Ia membuka jam tangan yang diberikan Bubblegum. Setelah membuka menu, ia mendapatkan buku panduan di sana.
Tertera di sana buku panduan tentang cara membuka kunci. Dengan wajah penuh kemenangan, ia tersenyum menyeringai. Ia mengarahkan monitor jam tangan pada sensor kunci di sana. Krek... suara pintu loker terbuka.
"Selamat ya, Azura." Purpella nampak ikut bahagia atas apa yang didapatkan Azura. Dengan tatapan masih tak terduga, Azura mengambil tas jinjing yang terbuat dari kertas.
"Kenapa paket ini terlihat seperti belanjaan?" gumam Azura. Ia menggelengkan kepalanya. "Sudahlah, sekarang aku sudah dapat isi dari loker ini, sebaiknya aku kembali ke depan sana."
🍃🍃🍃
Azura, Blackburry, dan Arbei, secara bersamaan datang ke tempat semula sembari membawa barangnya masing-masing.
"Kalian? Kenapa bisa bersama?" tanya Robert dengan wajah bingung. Mereka saling bertatapan, lalu wajah berseri tersirat di wajah Arbei, Azura, dan Blackburry.
"Ehem! Karena kalian semua sudah ada di sini, aku akan mengajari kalian cara membuka portal. Aku hanya menunjukkan sekali! Ingat itu!" Bubblegum memejamkan matanya perlahan untuk berkonsentrasi penuh.
"Govella, keluarlah!" Cahaya oranye menyembur keluar, berkelap-kelip menyilaukan mata, hingga akhirnya berubah menjadi peri kecil dengan sayap mengkilau.
"Aku sudah di sini, Bubblegum. Apa yang kau inginkan?"
"Buatlah portal bersamaku, Govella!"
"Baiklah, aku akan membantumu." Govella mensejajarkan tubuhnya dengan Bubblegum.
"Satu, dua, tiga, empat, lima, kemanapun kau melangkah, cahaya bintang kan selalu menerangi bulan. Wahai dewi portal yang agung, bawalah kami ke tempat tujuan dengan selamat." Bubblegum dan Govella nampak berkonsentrasi penuh dan membentuk bintang dengan jari telunjuknya.
"Keluarlah!" Teriak Bubblegum dan Govella. Cahaya berwarna abu mulai keluar perlahan. Cahaya yang nampak transparan, kini telah membesar menjadi sebesar pintu.
"Kalian lihat bukan? Setelah portal keluar, sebutkan tujuan kalian. Maka dengan otomatis, kalian akan di bawa ke sana," ucapnya sembari tersenyum ramah. "Kalau begitu, Azura ayo kita pergi," ajak Bubblegum pada Azura. Azura mengangguk, kemudian melangkah mengikuti Bubblegum.
"Menuju Raja Singa, bernama Arpora di hutan Kalimantan," ucap Azura pelan, lalu memasuki portal tersebut sembari memejamkan mata.
Hamparan padang sabana terbentang dengan luas tatkala Azura membuka kedua matanya. Burung berkicauan, semerbak pohon nan hijau menambah segarnya suasana kala itu. Genangan air yang terkena cahaya matahari begitu berkilau membuat Azura tak berhenti berdecak kagum. Dilihatnya Rusa berlarian dengan begitu cepat menghindari kejaran Harimau yang tengah kelaparan. Ekosistem di sana masih terlihat begitu nyata di hadapannya.
Azura menghampiri pohon yang berada di sampingnya, untuk menyentuh benalu yang melekat pada pohon tersebut. Tidak puas dengan itu, ia memasuki hutan dimana tempat bunga berwarna kuning terhampar luas di sana. Buah-buahan yang menggantung nan segar membuatnya tergiur untuk ikut memakannya bersama tupai-tupai yang tengah berlarian membawa makanan ke sarangnya.
Melihat apel yang menggantung dengan rindang di sana, Azura akan menaiki pohon tersebut jika tidak dicegah oleh Purpella. Purpella menepuk bahu Azura mengisyaratkan untuk tidak memanjat pohon, karena sangat berbahaya. Purpella terbang dengan sayap kecilnya, memberikan sedikit sihir pada apel tersebut sehingga tiga apel segar terjatuh ke tanah yang berada di sana.
Tanpa pikir panjang, ia menyimpan paket di sebelahnya untuk mengambil apel itu terlebih dahulu. Satu gigitan telah ia masukan ke dalam mulut dengan warna bibir merah muda itu. Setelah menutup portal, Bubblegum menghampiri Azura untuk mendapatkan sebuah apel darinya. Azura hanya tersenyum lalu memberikan apel itu pada Bubblegum.
"Terima kasih," ujarnya.
"Hmm...." Hanya ucapan singkat yang di lontarkan dari mulut Azura.
Mereka berdua-- ralat. Mereka ber-empat duduk di bawah pohon yang begitu hijau menjulang, menghalangi teriknya matahari yang hampir tepat di atas kepala mereka. Embusan angin, menambah suasana keindahan alam yang tiada duanya. Langit biru, dan awan yang tertiup angin membuat mata Azura perlahan sayu. Ia hendak tertidur-jika saja- kawanan Harimau tidak sedang mengepung mereka.
"Oh... tidak, apa yang harus kita lakukan, Bubblegum?" Azura bangun dari posisi duduknya hingga mundur perlahan. Kini tubuhnya sudah berbenturan dengan pohon apel.
Azura dan Bubblegum menelan ludah mereka perlahan, meratapi sekawanan Harimau kelaparan tengah menghadang mereka. Bubblegum memegang tangan Azura.
"Satu... dua... tiga... lari!"
Bubblegum berlari melewati celah yang berada di sampingnya, ia menarik Azura untuk ikut lari bersamanya. Purpella dan Govella juga terbang dengan begitu lincah, supaya tidak tertinggal dari majikannya. Napas mereka mulai terengah-engah, keringat mereka mulai bercucuran karena kini matahari tepat berada di atas kepala mereka.
"Azura, hadang mereka dengan kekuatan bungamu!" teriak Bubblegum yang kala itu memandang lurus kedepan.
Azura yang terus menoleh ke belakang tidak dapat berpikir jernih. Pikirannya kacau, ia tidak tahu harus berbuat apa. Jika tidak ada Bubblegum mungkin ia sudah mati terkapar dan tinggal sisa tulang belulangnya saja.
"Azura, ayo panggil aku!" pekik Purpella yang sudah mulai kelelahan karena terbang dengan tenaga lebih. Mendengar teriakan Purpella, membuat Azura tersadar dari lamunannya. Kemudian ia meyakinkan diri bahwa semuanya akan baik-baik saja.
"Purpella, kemarilah!" Kilauan ungu mulai memancar. Tidak begitu terang karena cahaya matahari, kemudian berubah menjadi tongkat panjang. Azura memejamkan mata, membayangkan tumbuhan berduri menjalar menarik tubuh Harimau perlahan supaya tidak dapat mengejar mereka. Setelah bulat dengan keputusannya, ia membuka mata perlahan.
"Keluarlah!" Ribuan tumbuhan berduri menjalar mengikat masing-masing kaki puluhan Harimau itu. Setelah dirasa aman, mereka ber-empat beristirahat didekat sungai untuk minum dan mengisi energi mereka.
"Fyuh! Untung saja kita selamat," ucap Bubblegum sembari mengusap dahinya dengan menggunakan sapu tangan.
Azura nampak melamun meratapi nasibnya. Jika ia tidak memiliki kekuatan ini, apa yang akan terjadi? Dia mungkin sudah menjadi santapan mewah bagi para kawanan Harimau itu.
"Azura! Kenapa kau melamun begitu?" Govella terbang menghmapiri Azura dan diam di depan mata Azura.
Azura bergeleng. "Aku hanya memikirkan nasibku."
Bubblegum menepuk bahu Azura pelan. "Sudahlah, sekarang kita sudah selamat. Ayo lanjutkan perjalanan!" Bubblegum beranjak dari posisi duduknya.
Azura juga hendak berdiri dari posisi duduknya, sembari meraba-raba jinjingan yang ia bawa. Keningnya mengkerut. Ia melirik samping kanan kirinya dan melihat sekitar tempat di sana. Ia terdiam. "Gawat, paket kita?" Azura melotot menatap Bubblegum.
🍃🍃🍃
Jembatan besar menjulang begitu indah, ditambah dengan hamparan sungai berwarna biru membuat siapapun tak berhenti takjub karena melihatnya. Para warga sibuk dengan aktifitas mereka di pasar, saling tawar menawar harga, anak kecil yang berlarian, para pereman yang sedang 'minum' disiang bolong.
Membuat, Blackburry menatap kagum seluruh kegiatan yang ia rasa tidak pernah terjadi di dunia nyata. Ditemani Gelltain, Blackburry mengunjungi berbagai toko untuk membeli barang yang berada di toko tersebut, sebagai oleh-oleh untuk adiknya, dan juga ayahnya.
"Tidakkah kamu lupa, apa tujuan kita kemari?" tanya Gelltain pada Blackburry yang kala itu tengah sibuk menatap gantungan yang menghiasi etalase toko.
"Aku menginginkan ini. Andai saja, aku bisa membeli barang di sini dengan uang di dunia kita, aku sudah pasti memborong berbagai barang," ucap Blackburry nampak kecewa karena tidak dapat membeli barang yang kini terpampang jelas di hadapannya.
"Tapi, tidak apa-apa. Aku akan menukarkan uang asli dengan uang dunia ini pada Raja nantinya," lanjutnya sembari bergumam.
"Kalau begitu, ayo! Kita lanjutkan perjalanan kita." Ajak Gelltain, membuat Blackburry sepenuhnya mengikhlaskan gantungan tersebut dan mengikuti langkahnya.
Mereka melewati berbagai rumah penduduk, yang tak lain adalah bot yang dijalankan oleh sistem komputer. Dengan begitu riang, Blackburry bernyanyi dengan penuh rasa syukur dan gembira.
"Kenapa kau... tersenyum seperti itu?" Gelltain nampak heran dengan tingkah laku Blackburry.
Ia malah menambah senyumnya makin lebar. "Aku hanya senang. Karena, ini pertama kalinya bagiku, jalan-jalan dengan orang yang baru aku kenal."
Gelltain tersenyum simpul. "Aku tidak yakin, alasanmu tersenyum karena itu."
"Kalau begitu, coba saja tebak."
Gelltain memutar kedua bola matanya, lalu kembali berjalan menemukan istana tempat Raja dari game let's go girl berada.
🍃🍃🍃
TBC
Hallo semua:) kali ini chapternya agak panjang hehe;)
Bagi yang belum tau apa itu BOT akan saya jelaskan sedikit, untuk detailnya bisa cek di mbah google.
Bot sendiri adalah program komputer yang di jalankan otomatis untuk memenuhi kebutuhan aplikasi gitu:)
See you guys:*
Minggu, 31 Maret 2019 oleh Mikurinrin_
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top