Chapter 2

Pada suatu malam, di suatu jalan di hutan di antah berantah, seorang wanita dengan rambut pirang dan berpakaian kemeja putih, celana panjang hitam dan sepatu hitam serta membawa tas berwarna coklat muda berjalan-jalan di pinggir jalan tersebut. Dia melihat sebuah mobil melintas di kejauhan. Maka, dia mencoba memberi isyarat untuk meminta tumpangan namun mobil tersebut malah melintas begitu saja di dekatnya. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk meneruskan perjalanan melalui jalan kaki lagi. 

Dua menit kemudian, terdengarlah suara langkah kaki kuda dari belakangnya dari jarak dua meter. Suara itulah yang membuat wanita tersebut bertanya-tanya mengapa ada suara kaki kuda. Dia mendongak sebentar dan wajahnya menunjukkan ekspresi terkejut, lalu berlarilah dia dengan tiga orang misterius yang mengenakan pakaian kelas atas dari zaman dahulu dengan pedang panjang yang teracung di tangan ketiga orang itu masing-masing dan menunggang kuda mereka masing-masing. Sayangnya, wanita tersebut sudah didekati oleh ketiga orang itu lalu yang berada di posisi yang dekat dengannya mengayunkan pedangnya lalu kepala wanita tersebut terlepas dari badannya yang sudah jatuh ke jalan. 


Di suatu pagi, tepatnya di ruang tunggu Bandara Internasional Wright, para Smithson (penghuni penginapan Emorane) duduk di bangku yang dekat dengan gerbang empat. Mereka sedang menunggu keberangkatan mereka ke Virginia melalui maskapai Virginia Air ke Bandara Internasional Adamson. Mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Ron sedang bermain game di handphone-nya, sedangkan Cynthia sedang menggambar di iPad Pro dengan Apple Pencil. Anna sedang menonton televisi yang terpampang di ruang tunggu. Televisi tersebut menampilkan saluran American News. 

"Nggak ada ide lagi, sampai di sini deh," kata Cynthia dalam hati. Dia memasukkan kembali iPad tersebut ke dalam tas selempangnya. Di dalamnya terdapat pedang lasernya yang sudah disihir sehingga lolos dari mesin pemindai saat pemeriksaan barang bawaan. Di dalamnya terdapat kipasnya juga untuk menyejukkan dirinya saat di luar nanti. Setelah itu, dirisleting kembali tas tersebut sehingga tertutup. Dialihkan pandangannya dari tas selempang di pangkuannya ke arah televisi tersebut. 

"What the..?" kata Anna dengan pelan namun masih bisa didengar oleh gadis Kazhie yang membuat dia ikut kaget menonton berita bahwa ada kasus seorang wanita dibunuh dengan pemenggalan di jalan dekat hutan. Hanya kepala dan darahnya yang ada di tempat kejadian, sedangkan anggota tubuhnya dari leher sampai kaki tidak ditemukan. 

Cynthia membelalakkan sepasang matanya lalu merasa ngeri. Tiba-tiba, dia merasa jantungnya berhenti berdetak dan memegang perutnya. Danny melihatnya memegang perutnya dan ekpresi wajahnya, bertanya dengan khawatir, "Cynthia, kamu nggak papa, 'kan?"

"Oh, aku nggak papa," jawab Cynthia setelah sadar dari keadaannya. Gadis Kazhie itu menatap ke wajah Anna. "Kira-kira terjadi di Virginia, 'kan?"

"Benar," jawab Anna. Cynthia semakin yakin berita ini ada hubungannya dengan firasat yang dia rasakan tadi malam. Seherin, dalam mode tidak kelihatan, berkata, "Kalau begini, kita harus hati-hati dengan penduduk setempatnya juga. Karena bisa jadi beberapa dari mereka ada hubungannya dengan kasus pembunuhan ini." 

Dengan ketidakpercayaan yang muncul dalam hatinya, Cynthia awalnya pengen menyangkal pendampingnya itu. Namun, karena ucapannya kemarin bahwa bahaya bisa berbentuk apa saja dan dimana saja, maka padamlah ketidakpercayaannya. 

Tiba-tiba, terdengarlah suara penanda pengumuman yang membuat keluarga Smithson langsung bersiap-siap. Terdengar suara wanita berkata, "Mohon perhatian, kepada penumpang pesawat Virginia Air dengan nomor penerbangan, JT-4259 tujuan Virginia, dipersilahkan menuju gerbang empat. Terima kasih."

Sesuai dengan tiketnya, Danny berkata, "Ayo!" lalu mereka berempat segera bangkit dari tempat duduk mereka, memeriksa lagi tempat duduk mereka untuk memastikan tidak ada barang yang tertinggal, lalu berjalan menuju gerbang empat dan bergabung dengan antrian penumpang pesawat yang sama dan tempat tujuan keberangkatan yang sama. 

Setelah diperiksa tiket mereka, maka keluarga Smithson bersama antrian penumpang lainnya masuk ke kabin pesawat lalu mendapat tempat duduk masing-masing menurut tiket mereka setelah menaruh dua ransel ke bagasi di atas tempat duduk mereka. Danny mendapat tempat duduk 26A dan Cynthia mendapat tempat duduk 26B. Sedangkan 26C ditempati oleh seorang wanita yang tampak berusia empat puluhan. 


Pesawat Virginian Air yang mereka berempat tumpangi berada di tengah penerbangan menuju Virginia. Semua penumpang melakukan aktivitas masing-masing. Ada yang tidur (termasuk Danny dan Anna), membaca (termasuk Cynthia), bahkan ada yang bermain game (termasuk Ron). 

Cynthia kembali membuka iPad Pro-nya yang sudah di-setting dengan mode pesawat untuk mendengar lagu-lagu yang sudah dia download yaitu Bring Me to Life (Evanescence), Angel of Darkness (Alex Christensen), Fallen Jedi Knights, The Force is Strong, dan May The Force Be with You (Royish Good Looks). Untungnya, earphone-nya juga dibawa sehingga tidak mengganggu kenyamanan yang lainnya. 

Dengan lagu-lagu tersebut, Cynthia bisa bersantai, menjauhkan pikirannya kebosanan dan firasat yang mengganggu dirinya. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top