Chapter 1

Di suatu siang yang indah bagi seluruh penduduk Amityville, namun tidak bagi Danny dan Anna Smithson, pemilik rumah bekas penginapan Emorane. Mengapa? Karena, nenek mereka, Anne-Marie Smithson, meninggal dunia karena gagal ginjal di usia 82 tahun. 

Anna sudah mendapat telepon dari Paman Richard mengenai berita Anne-Marie meninggal. Maka, dia segera mengumpulkan yang lainnya ke ruang tengah perihal berita itu. Suasana hening mengisi ruang tengah itu dan sangat hening sampai-sampai suara pena jatuh bisa terdengar. Perlahan, sepupu Smithson yang menjadi sosok ibu bagi Cynthia dan Ron membuka pembicaraan.

"Oke. Hari ini, saya mendapat telepon dari Paman Richard bahwa nenek kita, Anne-Marie meninggal karena gagal ginjal di usia 82 tahun. Jadi, nanti pemakamannya hari Jumat dan oleh karena itu, kita harus bersiap untuk terbang ke Virginia. Danny, kamu udah bilang kepada atasanmu bahwa kamu cuti bahwa nenek meninggal?" 

"Belum, nanti 'kan, aku mau bilang kepada Pak Anthony Silverwood (nama atasannya Danny) bahwa aku ambil cuti karena kerabat dekat kami meninggal." jawab Danny. 

"Kak Danny dan Kak Anna, nanti setelah pemakaman Nenek Anne-Marie, ada nggak kegiatan lain di Virginia? Pengen tahu aja," kata Ron. 

"Hmm, mungkin kita bisa menjelajahi isi rumahnya, yah udah lama sekali ndak bertandang ke rumah nenek," jawab Danny. 

"Oke," jawab Cynthia dengan nada datar. Ron mengangguk saja. 

"Baiklah, selesai sampai di sini. Kalian bisa melanjutkan aktivitas kalian masing-masing," kata Anna untuk membubarkan pertemuan hari ini. Maka, mereka berempat beranjak dari tempat duduk mereka lalu pergi meninggalkan ruang tengah. 

Cynthia kembali ke kamarnya lalu duduk di meja belajarnya sambil merenung berbagai peristiwa sekarang ini. Seherin, yang asyik bertengger di meja belajar tersebut, melihat tuannya duduk dengan posisi berhadapan dengannya hanya diam saja.

"Sudah lama sekali sejak penemuan identitas kedua orangtua kandungku dan pertemuan kembali denganmu setelah 3.000 tahun. Bukankah itu waktu yang sangat lama?"

Seherin menggerakkan bagian tubuh atasnya yang menyerupai bola, yang berarti mengangguk. Pendamping gadis itu berkata juga, "Bonusnya juga, kamu juga mendapat pedang baru dan teknik baru juga diajarkan oleh Mr. Phantom untuk menggantikan pedang pertamamu."

Ucapannya membuat Cynthia teringat dengan pria misterius berjubah yang pernah melatihnya ilmu pedang Jian. Mr Phantom memberikannya sebuah pedang baru yang berupa pedang laser yang mengingatkan mereka berempat pada waralaba Star Wars yang berisi kristal ajaib yang superkuat yang limapuluh kali lebih ampuh dari kristal kyber. Seperti ini gagang pedang barunya yang sekaligus berfungsi sebagai casing bagi kristal tersebut:

(Warna jingganya diganti dengan warna hitam). 

Pernah Danny menanyakannya soal pedang laser itu. Dia menceritakan bahwa pedang tersebut adalah pemberian dari Mr. Phantom, sosok pria misterius yang sama melatihnya teknik menggunakan pedang Jian. Maka, Danny langsung mengerti dan berkata bahwa pedang itu mengingatkannya pada Star Wars. Gadis Kazhie itu langsung tersenyum saat teringat dengan salah satu Original Trilogy yang pernah dia tonton di laptopnya. 

"Kalau secara pribadi, sih, pedang laser ini lebih mudah dibawa kemana-mana apalagi ke luar kota atau negara bagian ketimbang pedang Jian itu mengingat perbedaan fiturnya," kata Cynthia kepada Seherin. 

Seherin berkata lagi, "Benar. Meski kamu bisa melindungi dirimu sendiri, tetaplah aku ini adalah pendampingmu sejak orangtua kandung menciptakanku. Yah, bisa melindungimu dalam situasi tanpa harapan bersama penghuni penginapan Emorane yang kamu anggap adalah keluarga."

Cynthia mengangguk sebagai tanggapan ucapan pendampingnya tersebut. Tiba-tiba, dia merasa ada yang aneh dalam dirinya. Bukan, bukan karena pertanda penyakit atau semacamnya, melainkan karena hanya merasa aneh. Maka, dia bangkit dari kursinya, meninggalkan pedang lasernya dan Seherin di dalam lalu berjalan keluar dari kamarnya dan menutup pintu. 

Ditemuilah Anna di dapur yang baru saja selesai masak makan siang. "Kak Anna, kapan kita akan berkemas untuk pemakaman nanti?" Ucapan tersebut membuat Anna membelalakkan sepasang matanya. 

"Malam ini," jawab Anna. 

"Baiklah, terima kasih," kata Cynthia. 

"You're welcome," kata Anna. "Oh, ya. Bisa nggak ambil panggil Ron dan bantu untuk angkat semua pakaian bersih yang ada di gantungan dan keranjang lalu ambil pakaian kalian berdua masing-masing?" 

"Bisa, Kak," jawab Cynthia sambil tersenyum. Lalu, dipanggillah Ron untuk mengangkat pakaian bersih dari gantungan dan keranjang serta mengambil pakaian mereka berdua masing-masing. 


Malam harinya, Cynthia dan Ron bermain ular tangga sedangkan Seherin bertengger di meja belajar di kamar tidur Ron dan tampaknya Ron menuju kemenangan. Namun sayang, bidak merahnya malah mendapat ular sehingga mau tidak mau Ron harus menaruh bidaknya ke tempat semula. Ron berkata dengan sedikit kecewa, "Baiklah, giliranmu."

Cynthia mengocok dadunya di sebuah gelas kecil dari plastik berwarna kuning dan tidak tembus cahaya sehingga dadunya tidak bisa dilihat. Saat dia mengeluarkannya, dia mendapat tampilan enam buah titik merah.

"Aku pasti menang!"  katanya dalam hati. Maka, dia menghitung jumlah angka di papan sambil menggerakkan bidak kuningnya dan ternyata....tempat finish telah berhasil diambil oleh Cynthia!

"Alright! I win for today!" kata gadis Kazhie itu dengan senang dan di wajah Ron terukir ekspresi kecewa. 

"Cynthia, Ron! Cepat tidur, besok kita akan terbang ke Virginia!" seru Danny dari luar. 

"Oke!" seru Cynthia dan Ron serentak. 

Maka, mereka berdua segera membereskan papan permainan mereka lalu Ron segera naik ke tempat tidur sedangkan Cynthia bersama Seherin kembali ke kamar mereka lalu mereka berdua berada di tempat tidur. Gadis Kazhie itu sudah berbaring di tempat tidur, sedangkan pendampingnya melayang-layang di sebelahnya. 

"Sudah lama tidak menghadapi hal-hal gaib atau tidak ada tanda-tanda bahaya yang akan mengancam kita, Seherin," kata Cynthia kepada pendampingnya. Untungnya, pintu kamarnya sudah disihir oleh Cynthia sehingga tidak ada yang bisa mendengar suaranya.

"Tentu, namun bahaya atau ancaman bisa berbentuk apa saja dan ada di mana saja, oleh karena itu kamu harus tetap waspada. Oh, ya. Kamu sudah mengemas juga pedang lasermu di tas selempang besarmu?" 

"Sudah," jawab Cynthia dan dibalas anggukan oleh Seherin. 

"Bagus," kata Seherin. Maka, Seherin kembali mengambang ke meja belajar dan Cynthia mulai tidur. 

Tanpa disadari, apa yang gadis Kazhie itu merasa aneh adalah firasat suatu peristiwa akibat ditemukannya suatu rahasia yang akan mengubah segalanya untuk selamanya.....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top