38 -- Hancur dan selesai?
Hanson menatap kelakuan Ara kepada dua rekannya dengan wajah yang suram. Pria itu lalu menoleh ke arah William.
"Hal apa yang sudah kau lakukan kepada gadis itu, William? Bagaimana mungkin kau setega ini untuk melakukan hal keji itu. Eve masih istrimu jika kau lupa!"
William lalu tersenyum tipis, "Aku sudah mengatakan sejak awal tentang hatiku yang tercipta dengan begitu lemahnya. Dad, kau sendiri tahu kalau aku adalah pria yang sensitif. Mereka sudah membuatku kecewa dan untuk apa aku mempertahankan sesuatu yang selalu saja membuatku terluka? Kau pikir hidup itu hanya untuk mengalah saja? Begitu keinginanmu?!"
William akhirnya menarik pedang dan mengarahkannya ke arah Hanson.
"Apa kau tak bisa untuk sekali saja melihat dunia dengan pikiran yang positif? Son, kau hidup di tengah-tengah masyarakat dan jika kau terus bersikap seperti ini, kau hanya akan semakin terluka."
Hanson berkali-kali menangkis serangan dari William. Namun, karena sang anak terus-menerus menyerangnya, pria itu pun tak tinggal diam.
Hanson lantas menyibak jubah hitamnya dan memundurkan badan. Ia memutar pedang menggunakan tangan kanan dan tiba-tiba maju sambil mengarahkan pedang itu ke arah William.
William tersenyum miring saat Hanson mengarahkan pedang ke arahnya. Pria itu pun ikut mempersiapkan diri untuk menerima serangan dari ayahnya sendiri.
Pada akhirnya, ayah dan anak itu saling menyerang satu sama lain. Kemarahan dan kebencian telah membuat perasaan mereka terbakar.
.
.
.
.
Knight Rei, dan Knight Jey mencoba untuk membawa para warga keluar dari kerajaan serta menutup gerbang utama kastil.
"Kastil baru saja selesai ditata ulang dan mungkin hari ini akan kacau kembali. Kenapa para pecundang itu gemar sekali mengacau kastil?" keluh Knight Rei.
Kedua knight yang bersama dengan Count Jhon sedari tadi keluar masuk gerbang sambil membawa warga agar mereka dapat keluar dengan selamat dari kastil.
"Apa kau melihat count baru kerajaan kita? Sebelum mendapatkan tugas untuk membawa keluar para warga yang masih terjebak, King Thomas meminta kita untuk menjaganya," tanya Knight Jey.
Knight Rei menggelengkan kepala, "Sekarang aku tidak melihatnya dimana pun, tapi terakhir aku melihatnya, pria itu sepertinya sedang berusaha untuk mengejar Ara."
"A-apa?"
.
.
.
.
Count Jhon yang tahu kalau Ara melukai Archduke Eve dan Knight Auva, ia tak membiarkan gadis itu untuk pergi membantu Leo dan Levie.
"Semakin lama seseorang hidup, harusnya ia menjadi seseorang dengan pribadi yang lebih baik. Aku yang buruk dan sempat di manfaatkan oleh komplotan William saja, kini berhasil lepas dari mereka. Namun, kenapa kau justru memilih keputusan yang buruk ini?"
Ara tak menjawab pertanyaan dari sang count, tetapi kedua matanya justru fokus menatap tiap gerakan dari pria itu. Ketika pedang milik Count Jhon akan mengarah padanya, gadis itu lantas memutar tubuh ke samping dan melompat ke arah dahan pohon elm yang ada di dekatnya. Pohon itu sudah mati dan tak menyisakan satupun daun yang masih hidup.
Count Jhon menganga tak percaya ketika melihat Ara nekat untuk melompati satu persatu pohon mati itu. Pria itu lantas mendesis kesal dan memilih kembali mengikuti sang gadis.
.
.
.
.
Bibi penjaga Empress Artic menatap semua kekacauan yang terjadi di depan matanya sambil menghela napas. Memang tak ada yang menyadari keberadaan wanita itu karena ia sendiri menggunakan mantra untuk menghilangkan diri. Ia kemudian mengambil sebuah daun slippery elm yang ternyata masih dia simpan di dalam saku baju.
"Sepertinya aku lupa jika diriku masih menyimpan satu helai daun dari pohon itu. Pantas saja efek yang buruk ini masih saja belum terhenti sampai sekarang."
Pandangan mata sang bibi lantas tertuju ke arah Hanson, William, King Thomas, dan Rylan yang kini masih sibuk bertarung.
"Untuk kali ini, semuanya harus segera berakhir. Kekacauan ini bahkan tampak jauh lebih mengerikan daripada hal yang selama ini aku bayangkan."
Wanita itu kemudian mengambil pemantik api yang juga ada di saku baju. Ia lantas menyalakan pemantik itu. Api biru akhirnya muncul dan membuatnya mengarahkan helai daun itu di atas nyala api.
Daun slippery elm yang awalnya berwarna hijau segar, kini berubah warna dan mulai terbakar. Nyala api itu juga yang membuat dahan pohon elm yang tersisa mulai rapuh.
Ara dan Count Jhon yang sadar dengan hal buruk yang akan menimpa dahan pohon, lantas buru-buru turun dan berjalan menjauh.
Bersamaan dengan daun yang mulai lenyap, satu persatu orang dari Kota Terra Nubibus ikut lenyap.
.
.
.
.
Knight Auva yang berada di batas kesadaran, kemudian menghilang ketika kedua matanya sudah mulai menutup.
Ara yang baru saja turun dari pohon dan mendapatkan luka bakar di kaki kirinya juga ikut menghilang.
Helai daun slippery elm yang sudah terbakar perlahan terbang dan menempel di luka yang ada di wajah Rylan. Tepat ketika luka itu tertutup sempurna, sebuah keajaiban pun muncul.
King Thomas yang tengah bertarung melawan Rylan, tiba-tiba menghentikan aksinya. "L-luka di wajahmu menghilang?!"
Rylan refleks menyentuh wajahnya dan langsung terpaku. "Sudah hilang?"
Ya, bekas dari abu daun ajaib itu telah membuat luka di wajah Rylan menghilang.
Saat Rylan masih menyadari keajaiban itu, kobaran api dari dahan pohon slippery elm yang tersisa, kini menjalar sampai ke mana-mana.
Anehnya, siapa saja yang terkena kobaran api itu, mereka langsung lenyap dan menyisakan abu yang jatuh ke tanah.
Sean, Count Jhon, Levie, William, dan Leo yang tak berhati-hati saat mencoba menghindar dari kobaran api pun ikut menghilang.
King Thomas dan Rylan yang menyadari keanehan di hadapan mereka, lantas terpaku karena bingung dengan apa yang sedang terjadi.
"A-apa arti dari semua ini?" tanya Rylan kalut.
.
.
.
.
Kobaran api biru melahap seluruh penjuru kastil dengan cepat. Kekacauan yang besar itu nampak begitu jelas di mata para warga yang bahkan dapat dengan jelas menonton semua kejadian itu.
Kastil berwarna biru yang indah itu kini benar-benar hancur tepat di depan mata para warga Elm Island.
Rylan dan King Thomas berhasil keluar dari kobaran api itu, tetapi bagaimana dengan yang lain?
Mungkinkah jika mereka selamat atau malah ikut lenyap dalam kobaran api?
"Hal buruk yang terlalu lama tertanam di atas tanah yang suci, memang sudah sepatutnya lenyap. Jika mereka beruntung, mungkin saja kehidupan yang baru akan kembali mereka dapatkan. Ya, setidaknya untuk menebus semua kesalahan yang telah mereka lakukan selama ini," ungkap sang bibi penjaga Empress Artic lirih. Wanita itu lantas menutup mata dan ikut menghilang dari pandangan mata.
Saat Rylan dan King Thomas tengah terpaku dengan ucapan sang bibi penjaga Empress Artic, tiba-tiba seseorang menepuk bahu mereka.
"Kalian berdua juga ikut selamat?"
Rylan dan sang raja lantas menoleh ke arah suara. Mereka tampak terkejut begitu tahu kalau ada orang lain yang juga selamat dari kobaran api.
Marquis Edo yang tengah menggendong tubuh lemah Archduke Eve.
Knight Rei yang datang dengan memapah tubuh Knight Jey.
Knight Kevin dan Knight Vernon yang datang sambil saling merangkul.
Dan terakhir, ada pula Hanson yang muncul sambil membawa mahkota raja yang sempat lepas dari kepala King Thomas ketika sedang bertarung.
"Sudah saatnya bagi Rylan dan Thomas untuk kembali ke asal kalian. Kastil juga mahkota ini sudah menunjukkan tandanya dan untuk selanjutnya, tinggal kalian berdua yang harus memutuskan hubungan dengan negeri ini," ungkap Hanson sambil menatap Rylan dan King Thomas dengan lamat.
"A-apa katamu?!"
*****
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top