28 -- Tato dan perpisahan
Rencana busuk yang sudah diatur dengan matang oleh ketiga petinggi telah kerajaan berhasil mengacaukan pikiran Rei secara sepenuhnya. Pada awalnya ia ingin masuk ke dalam kerajaan sebagai seorang knight untuk mencari tahu hubungan macam apa yang dijalin oleh Rylan dan Duke William. Menurut 'rumor', mereka punya hubungan yang erat dengan kematian kakaknya, Venus.
Namun pada akhirnya, kenyataan yang dia ketahui ternyata jauh lebih mengerikan dari dugaannya.
"Jika dibandingkan dengan Rylan, Duke William bahkan jauh lebih buruk. Keempat rekanku mati sia-sia di tangan pria itu dan sekarang dia juga mulai menyusun rencana untuk menghancurkan rencana penobatan pangeran. Apakah mungkin jika sebenarnya kakak mati bukan karena murni keinginan dari Rylan? Mengingat betapa jahatnya putra dari Emperor Theo itu. Eh, iyakah?"
.
.
.
.
Setelah King Edward, Auva, dan Rou pulih, acara penobatan King dan knight pun sebentar lagi akan dilaksanakan.
Rou, Ara, Justin, dan David yang sudah mendapatkan jawaban dari pertanyaan mereka, lantas mengucapkan terima kasih kepada nenek penjaga asrama gaib.
"Semoga kalian dapat menyelesaikan masalah di tempat ini. Jika ada sesuatu yang membuat perasaan kalian terbebani, keluarkan itu dengan pelan-pelan. Semoga beruntung!"
Keempat pemuda/i itu lantas beranjak pergi untuk meninggalkan kastil. Namun, pada saat yang bersamaan itu, Duke William datang menghampiri mereka.
"Kalian berempat akan pulang sekarang? Apa kalian tak mau menginap lebih lama di sini?" tanya Duke William penasaran.
David menoleh ke arah pria itu dengan sinis, ia lantas menghempaskan tangan sang duke dari bahu Ara.
"Kau dan ayahmu itu sama saja, kalian berdua mempermainkan kehidupan orang lain untuk kepentingan pribadi. Kami sudah tahu jika penyebab dari semua kekacauan ini adalah ayahmu. Aku yakin kau juga sama naifnya dengan pria itu."
David lantas membalikkan tubuh dan menarik lengan Ara. Pria itu membawa sang gadis keluar diikuti oleh Justin dan juga Rou.
Duke William mengepalkan tangan ketika melihat kepergian keempat orang pegawai Rylan.
"Mungkin diriku memang seburuk itu di mata manusia lain, tapi aku hanya ingin menghancurkan pengaruh sihir ayahku dari pulau ini. Walau dengan cara yang salah sekalipun."
.
.
.
.
Penobatan Prince Thomas dan Seven Knight berjalan dengan sempurna. King Edward yang sudah melepas gelarnya, lantas memilih untuk mendengarkan kebenaran dari nenek penjaga asrama gaib yang selama ini disembunyikan darinya.
Edward baru tahu jika selama ini ia hanya dijadikan sebagai salah satu dari inang yang digunakan agar tetap membuat Slippery Elm hidup di Elm Island.
"Grandma, kalau faktanya memang seperti itu, bukankah alasan itu terlalu naif? Kenapa Hanson rela melakukan hal gila ini hanya untuk membuat istrinya senang?" tanya Edward.
Wanita tua itu lantas tersenyum tipis, "Kau juga sebenarnya sama saja dengan pria itu. Kau membuat kastil yang dulunya anggun berubah menjadi seperti taman kota hanya untuk membuat istrimu bahagia," godanya.
Edward merengut sedih, lantas menundukkan kepala. "Tapi setidaknya keinginan istriku itu umum untuk seorang wanita yang manis seperti dia. Grandma, kau membuatku jadi rindu kepada istriku."
Nenek penjaga asrama gaib lantas terkekeh pelan. "Cinta kadang-kadang memang bisa senaif itu. Kau sendiri berjuang keras untuk membuat Venus mencintaimu. Kau tahu kalau wanita itu sebenarnya masih mencintai William dan kau berusaha mengabaikan fakta itu. Kau melakukan banyak hal sesuai dengan permintaan Venus. Jika kau kembali menilik diri, kau akan tahu jika dirimu sama naifnya dengan Theo. Kalian sama, hanya saja punya sikap dan takdir yang berbeda. Edward, cobalah untuk melepaskan sesuatu yang sudah membelenggu hatimu sejak lama. Belajarlah dari Jia yang juga berusaha untuk melepas sesuatu yang sebenarnya sangat dia cintai. Jika luka karena cinta akan terus bertambah, untuk apa kau tetap mempertahankan cinta itu? Lepaskan dia dan kembalilah ke Terra Nubibus dengan tenang sama seperti Jia."
Edward menghela napas panjang dan perlahan airmata turun membasahi wajahnya. Sang nenek melihat keadaan Edward dengan pandangan yang sendu. Ia memilih diam dan menunggu Edward selesai menangis.
.
.
.
.
Tak ingin dirinya berlarut-larut dalam kesedihan, Edward lantas berhasil untuk mengendalikan diri. Pria itu kemudian pergi untuk mencuci wajah dan berpamitan kepada putra angkat dan juga pelayan kepercayaannya.
"Thomas, hari ini kau sudah menjadi seorang king. Cobalah untuk memimpin kerajaan ini dengan baik bersama dengan Lauren. Kerjakan apa yang harus kalian kerjakan. Jika hal itu demi kebaikan para warga, kalian harus melaksanakan hal tersebut. Jadilah seorang king yang baik dan bijaksana. Kendalikan emosimu dan jaga istrimu baik-baik." Edward menepuk bahu Thomas yang terlihat bergetar karena menangis.
Edward lantas mengalihkan pandangan ke arah Nanny Eve. Sang 'mantan' pemimpin itu kemudian tersenyum lembut saat melihat Nanny Eve menyeka airmata.
"Eve, aku titip putraku padamu, jagalah dia untukku selagi kau bisa. Maaf, kalau selama ini aku banyak berdebat dengan suamimu. Jaga juga Lauren untukku. Kau bisa melakukan hal itu untukku, 'kan?"
Nanny Eve mengangguk pelan, wanita itu lantas mendongakkan kepala. "Terima kasih karena sudah menjaga 'jarum' sepertiku selama ini. Maafkan aku juga jika selama ini aku sudah membuatmu terbebani. King, aku akan menjaga anak dan menantumu dengan baik. Pergilah dengan tenang dan jangan lupakan kami di sini."
Edward meraih dagu Nanny Eve sambil tersenyum lebar. Pria itu kemudian memberikan jentikan di dahi sang nanny.
"Aku sudah bilang padamu untuk tak menganggap dirimu sebagai sebuah 'jarum' lagi. Bukankah sekarang kau sudah menjadi pasangan hidup dari orang yang selama ini kau cintai, hmm?"
Nanny Eve mengusap dahinya, lantas memeluk erat Edward secara tiba-tiba. "Pada awalnya, aku memang sangat mencintai duke, tapi semakin banyak waktu yang berlalu, aku jadi sadar jika dulu aku terobsesi padanya. Terima kasih karena sudah mempercayakan apa yang berharga darimu untuk kujaga. Terima kasih ...."
Edward mematung ketika mendapatkan pelukan yang tiba-tiba dari Nanny Eve. Kedua pipi pria itu lantas memanas secara tiba-tiba.
King Thomas dan Queen Lauren lantas tersenyum lebar ketika melihat tindakan manis keduanya. Mereka berdeham secara bersamaan dan membuat Edward tersentak kaget. Aih, so sweet ....
Edward lantas melepaskan pelukan dari Nanny Eve. Pria itu kemudian pamit sekali lagi kepada sang nanny. "Eve, aku pulang dulu, jaga dirimu baik-baik di sini. Semoga kita bisa bertemu lagi di kehidupan selanjutnya. Good bye ...."
Nanny Eve, King Thomas, dan Queen Lauren melambaikan tangan setelah Edward selesai berpamitan. Mereka menatap Edward dengan sedih ketika tubuh pria itu mulai menghilang dari pandangan.
Sinar putih yang bersinar dari langit terlihat seakan-akan 'melahap' tubuh Edward. Dalam waktu yang cepat, tubuh sang 'mantan raja' itu menghilang dari pandangan.
.
.
.
.
Di tempat lain ....
Tato yang mirip dengan milik Auva dan Rou, kini juga muncul di tangan Justin dan Ara.
Justin dan Ara lantas menoleh ke pergelangan tangan mereka.
"I-ini?"
"Wow, ada satu orang lagi yang sudah pulang ke Terra Nubibus!" pekik Rou tiba-tiba.
David menatap ketiga tato yang sama di tangan ketiga kawannya dengan serius. Pria itu lantas kembali mengingat ucapan terakhir dari sang nenek 'ajaib' itu.
Para pemilik tato misterius itu akan segera menghadapi masalah mengenai pengendalian emosi di kemudian hari. Jika pemilik tato itu tak bisa mengendalikan diri, mereka bisa saja lenyap karena emosi mereka sendiri.
Saat pemilik tato sudah mulai bermunculan, ramalan itu akan segera 'bereaksi' dengan jalannya sendiri dan pada saat yang seperti itu pula, pemimpin terakhir dari Elm Island akan mulai menjalankan 'peran' sebagaimana mestinya. Jika beruntung pulau ini akan tetap utuh, tapi jika tidak, maka kehancuran benar-benar akan mengakhiri kehidupan di Elm Island.
*****
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top