24 -- Yang tersembunyi

"Hari ini kau dibebaskan, selamat karena akhirnya kau keluar dari penjara ini," ucap Auva sambil melepas gembok penjara.

David lantas berdiri dan menghampiri Auva dengan bingung. "Kenapa aku harus dilepaskan?"

Auva menaikkan sebelah alis, lalu menatap David dengan senyum miring. "Lauren rela menukarkan diri denganmu. Gadis pemberani itu setuju jika dia harus masuk ke dalam kastil ini, asalkan kau bisa keluar dari penjara. Ckck ... Kisah cinta kalian terlihat begitu dramatis."

"A-apa kau bilang? Lauren menukarkan diri denganku?" Pertanyaan ulang David diangguki oleh Auva. "Kalian benar-benar luar biasa! Congrats, bro!"

David mendelik tak percaya, pria itu lantas langsung keluar dari penjara begitu melihat pintu penjara terbuka lebar. Apakah dia akan menemui Lauren atau langsung pulang? Hmm ... Entahlah ....

Auva menatap kepergian David dengan tatapan yang sendu. "Apakah tak ada satupun kisah cinta yang dapat menyebarkan kebahagiaan di pulau ini? Sejak pertama kali aku datang ke tempat ini, kulihat dengan jelas kalau kisah cinta di pulau ini tampak terasa begitu dramatis. Apa pulau ini sebenarnya sudah dikutuk oleh para leluhur?"

.
.
.
.

"King Edward, kau terlihat bersusah payah untuk membawa calon menantumu kemari. Kenapa ini? Kau terlihat sangat aneh. Kau juga sudah berusaha keras dalam rencana penobatan untuk putra angkatmu."

Duke William menemani sang raja untuk minum teh dipagi hari sambil menonton acara persiapan untuk penikahan sekaligus penobatan Prince Thomas.

"Aku tak mau jika tatanan di kastil ini kacau lagi. Kau dan ayahmu telah melakukan banyak kekacauan dan aku memilih diam karena kastil ini juga adalah milik kalian. Ayahmu berencana untuk memperbaiki kesalahan di masa lalunya dengan cara mengirim orang-orang seperti kami untuk mengisi kekosongan dan memperbaiki kerusakan di pulau ini. Kau pikir aku tak tahu jika kau sudah membunuh banyak pria yang tak bersalah karena tak rela jika mereka dekat dengan istrimu. Kau terlihat sangat posesif padahal kau sendiri masih mencintai mendiang istriku."

Duke William memegang cangkir teh dengan tangan yang bergetar. Wajah pria itu terlihat memerah padam. Ia meletakkan cangkir teh, lantas menatap sang raja dengan tajam.

"Ketika kau datang kemari, aku berpikir jika kehadiranmu tak bermasalah bagiku bahkan ketika kau mengambil alih tahta dari ayah. Namun, ketika kau mengambil alih cinta yang selama ini kujaga, aku pikir jika kehidupan benar-benar tak adil. Jika kau sudah tahu bahwa aku telah merenggut banyak nyawa, kenapa kau masih saja mempertahankanku? Kau takut?"

King Edward kembali meneguk teh sambil menatap Duke William dengan serius. Setelahnya, ia meletakkan cangkir yang sudah kosong dan beranjak dari kursi.

"Di dalam kerajaan ini, ada banyak sekali penjahat, tapi aku memilih diam sampai waktu yang tepat. Kau sendiri sudah tahu jika ramalan dari nenek penjaga asrama pasti akan terjadi. Sampai saat itu tiba, aku ingin menjebak satu persatu pengkhianat itu ke dalam jaring. Kau lihat saja setelah putraku naik tahta. Lalu, untuk soal Venus, kupikir kau seharusnya protes pada nenek penjaga asrama yang sering menghilang itu. Besok dia akan datang untuk menikahkan putra angkatku dengan gadis pilihannya. Katakanlah semua hal yang ingin kau katakan. Aku ingatkan sekali lagi padamu, kalau esok hari adalah hari terakhir bagi sang nenek untuk hidup."

King Edward meninggalkan ruang makan lantas pergi menghampiri David yang terlihat sedang berdebat dengan Lauren di depan singgasana.

.
.
.
.

"Aku tak mungkin membiarkanmu menikah dengan orang yang tak kau cintai. Hanya karena ucapan dari orang lain, kau mau mengorbankan cinta kita?!" protes David sambil mengguncang tubuh mungil Lauren.

Lauren menghela napas, kemudian menghempaskan tangan David dari kedua bahunya yang sempit. "Kedamaian orang banyak jauh lebih berarti bagiku. Dari awal aku hadir di pulau ini, takdir sudah menetapkan kalau aku harus menanggung tugas ini. Lagipula, baik Justin maupun Rylan, keduanya sudah mengatakan padaku agar aku bisa mengandalkan diri sendiri. Selama ini, mereka mungkin sudah sangat tertekan karena kehadiranku di sana. Oh, iya, selain kita berdua, Prince Thomas dan Rou juga harus mengorbankan cinta mereka. Jadi, kembalilah sekarang ke hotel dan katakan pada mereka jika aku baik-baik saja."

Saat David ingin protes lagi dengan pendapat yang Lauren lontarkan, tiba-tiba King Edward datang ke hadapan sepasang kekasih itu.

"Wow, lagi-lagi kalian berdua membuat keramaian. Apa kalian tak bosan untuk terus menjadi manusia pembuat onar?" ujar sang raja dengan riang.

King Edward lalu datang mendekati David dan langsung mengacak rambut pria itu. "Nak, hidupmu masih panjang. Pergilah dari sini dan simpan cintamu baik-baik. Kau tahu? Kedua kawanmu sudah melepaskan Lauren dan menginginkan kau kembali pada mereka. Apa kau tak senang ketika mengetahui fakta ini?"

David menatap tak senang pada sang raja, pria itu lantas merapikan rambutnya sambil menatap tajam sang raja. "Kau benar-benar licik, kau menggunakan kelemahan mereka demi meraih tujuanmu." Pria itu lantas mengalihkan pandangan ke arah gadis yang dia cintai. "Jagalah dirimu baik-baik di sini. Aku janji padamu untuk kembali lagi kemari dan membawamu pergi. Kalau perlu, aku juga akan merebut kekuasaan kerajaan ini. Aku pergi dulu dan jagalah diri baik-baik."

Lauren menatap David yang kini tengah pamit padanya dengan mata yang memanas. Gadis itu bahkan membiarkan sang kekasih mengecup keningnya sebelum benar-benar pergi. Seperti biasa, David selalu terlihat terang-terangan untuk menunjukkan cintanya kepada Lauren. Apakah pria itu tak sadar jika ucapannya barusan telah membuat orang-orang di dalam istana menatapnya dengan tajam?

Setelah David melangkah pergi dari hadapan Lauren, raut wajah senang sang raja langsung berubah menjadi sendu. Pria itu yang semula mengabaikan tatapan orang-orang di dalam kerajaan, kini meminta mereka semua untuk meninggalkannya bersama Lauren sementara waktu.

"Kau adalah gadis terakhir yang akan mengorbankan kisah cintanya demi ramalan mengerikan milik kerajaan ini. Lauren, aku harap kau akan tetap baik-baik saja di tempatmu yang baru. Aku ingin mengatakan sesuatu yang sangat penting padamu. Kau harus mendengarkan baik-baik ucapanku, kau paham?" Lauren menganggukkan kepala, walau ragu dengan ucapan sang raja.

"Lauren, dalam kerajaan yang terlihat nyaman dan mewah ini, tersembunyi banyak hal juga di sini. Sesuatu itu terdengar merepotkan sekaligus mengerikan. Karena itu aku ingin kau berhati-hati dengan orang-orang yang ada di tempat ini. Kau tak bisa mempercayai para penghuni kerajaan ini secara sepenuhnya. Jadi, percayalah pada kemampuan sendiri dan cobalah untuk menjadi sosok yang kuat. Dalam beberapa hal, kau bahkan tak bisa untuk percaya pada orang-orang yang terlihat baik di matamu. Kau harus ingat ucapanku baik-baik, kau paham, 'kan?"

Lauren mengangguk pelan, "Apa itu artinya jika kau juga termasuk orang yang perlu kuhindari?"

King Edward terkekeh geli ketika mendengar pertanyaan dari Lauren. "Bukan menghindari, tapi aku tak menyarankan padamu untuk terlalu dekat dengan orang-orang di kastil ini. Kecuali calon suamimu sendiri. Kau tahu? Dia adalah pria yang sama-sama naifnya denganmu. Kalaupun kau ingin mengatakan semua keluhanmu, kau bisa merundingkan ini dengannya."

Lauren mengerutkan dahi dan menatap bingung sang raja. "Kenapa harus dengannya? Bukankah kau lebih dewasa untuk dapat mengerti apa yang aku rasakan? Kau juga sudah lama ada di tempat ini dan pasti tahu banyak hal."

King Edward tersenyum tipis, lantas menggelengkan kepala. "Thomas adalah suamimu dan sudah sepatutnya kau percaya padanya. Aku jamin kalau pria itu akan melindungimu. Lagipula, kita tak tahu bagaimana kehidupan kita di masa mendatang."

King Edward lantas pamit pergi dan meninggalkan Lauren untuk menemui putranya. Pria itu juga sudah mengizinkan orang-orang untuk kembali menghias daerah sekitar singgasana.

Dalam keramaian itu, Lauren menatap satu persatu orang-orang penting yang rupanya terlihat mulai memasuki kastil.

Marquis Leo dan Count Levie yang datang untuk mengecek segala persiapan penobatan dan pernikahan.

Viscount Edo yang tengah sibuk memberi perintah kepada Baron Jhon.

Kelima knight terpilih yang tengah sibuk membantu para penghuni kastil untuk memasang berbagai macam pernak-pernik di langit-langit kastil.

Prince Thomas yang terlihat sedang mendengarkan ucapan King Edward.

Nanny Eve yang sedang sibuk mondar-mandir untuk memerintah para pelayan untuk membawakan bunga yang lebih banyak lagi.

Terakhir, Hanson yang baru saja datang sambil membawa buket bunga edelweis. Walau orang-orang terlihat begitu kaget saat mendapati kehadiran pria itu, ia tetap cuek saat menghampiri Prince Thomas untuk memberikan buket bunga itu.

"Kehidupan macam apa yang akan terjadi padaku nanti? Bahaya macam apa yang sebenarnya tersembunyi di dalam kerajaan ini? Bisakah aku mengerjakan tugas ini? Lalu, apa sebenarnya hubungan Hanson dan juga para warga kerajaan? Kenapa dia tiba-tiba datang ke tempat ini sambil memberikan sebuket bunga kepada pangeran?"

*****

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top