22 -- Pengakuan

Ara mendengar banyak kabar mengenai sahabatnya yang sudah lama tak bertemu dengannya sejak dia jatuh dari tebing Nobes Montem. Ia tak pernah tahu jika sahabatnya ikut terdampar di Elm Island. Sudah terasa lumayan lama dan ia semakin kaget setelah mendengar kabar bahwa Lauren adalah wanita terpilih yang rencananya akan dinikahkan dengan pangeran dari Elm Island.

"Kau terlihat tidak baik-baik saja, Ra. Apa kau memikirkan sahabatmu lagi? " Jia tiba-tiba masuk ke dalam toko sambil membawa keranjang yang berisi buah cokelat yang baru saja dia beli dari wanita gemuk majikan Lucky, si anjing nakal yang suka berkeliaran di dekat toko mereka.

"Lauren sampai bersembunyi di sebuah tempat bersama kekasihnya dan berita ini sudah sampai di telinga orang-orang Elm Island. Bagaimana mungkin aku tak memikirkan nasibnya sekarang, Lady. Aku terlalu bodoh karena baru sadar jika selama ini dia ada di dekatku. Dia selalu mengalami hal sulit jika sudah bersamaku. Jika saja waktu itu kami tak mendaki bukit. Jika saja ...."

Jia meletakkan keranjangnya di dekat sofa, lantas duduk di dekat Ara. "Sahabatmu pasti akan bisa melewati hal ini, Ra. Kau bilang dia adalah gadis yang kuat, 'kan?"

Ara menoleh ke arah Jia, kemudian mengangguk setuju dan tersenyum pada wanita itu.

"Kau sendiri, apa kau baik-baik saja ketika mendengar kabar ini? David adalah kekasihmu sebelum kalian berdua berpisah di pulau ini," tanya Ara tiba-tiba.

Jia tercekat ketika mendengar pertanyaan Ara, wanita itu terdiam sebentar dan senyum miring pun muncul dari bibirnya. "Takdir membuat kami berdua terpisah. Sekalipun aku masih mengharapkan pria itu, aku tidak akan melakukan kebodohan lagi untuk selalu menantikannya kembali padaku. Aku sudah menikah dengan Jey dan berkat kau, aku jadi sadar kalau tak seharusnya aku mengkhianati suamiku demi masa laluku. Jika waktu itu kau tak pergi ke hadapan Rylan untuk meminta keadilan, mungkin sampai saat ini aku akan terus mengharapkan cinta dari David."

Ara menatap sedih wanita yang selama ini sudah seperti kakaknya sendiri. Dia menepuk-nepuk punggung Jia sambil tersenyum lembut.

"Walau itu terdengar sulit, tapi aku yakin jika cinta yang membuatmu sedih ini akan segera berlalu. Kau akan berhasil untuk melewati masalah ini, Lady."

Jia mengangguk pelan, "Kau benar, Ra. Semuanya akan segera berlalu, tapi hal apa yang akan terjadi padaku jika suatu saat aku kembali ke tempat asalku? Apa Jey akan baik-baik saja?"

"A-apa?"

"Jey akan baik-baik saja, 'kan?" ulang Jia.

"I-itu ...."

.
.
.
.

Prince Thomas dan King Edward menatap David yang sudah ada di depan gerbang istana dengan wajah yang datar.

King Edward mendekati David dan tersenyum miring ketika melihat tatapan tajam dari 'pengacau' yang sudah membuat Lauren tak bisa menikah dengan putranya.

"Bagaimana kabarmu, Kid? Apa kau sudah lelah untuk bersembunyi dari kami?" sapa King Edward main-main.

David tak menjawab pertanyaan sang raja dan justru mendecih ketika mendengar suara lembut yang terdengar menggelikan di telinganya.

"Kau pria yang tak tahu diri! Kau merebut tahta yang seharusnya merupakan milik orang lain! Kau menjijikkan!" serapah David.

Raut wajah King Edward berubah, wajah putih pria itu sampai memerah padam karena menahan amarah di depan para prajuritnya.

"Knight! Bawa bocah tengik ini di penjara bawah tanah sekarang juga!" teriak sang raja tiba-tiba.

Auva dan Jey tersentak kaget, lalu mengangguk dan buru-buru membawa David pergi dari hadapan raja mereka.

King Edward menghela napas, lantas menatap wajah putranya yang masih saja terlihat datar.

"Segera persiapkan pasukanmu sekarang, Thomas. Kita akan pergi ke villa milik Rylan. Aku akan masuk dulu ke kastil untuk makan," titah King Edward serius.

Prince Thomas mengangguk hormat, lantas pergi dari hadapan ayah angkatnya untuk mencari Count Levie.

.
.
.
.

Duke William menatap pasukan khusus yang akan berangkat menuju kediaman Rylan dengan tajam. Pria itu mengepalkan kedua tangannya dan reflek meninju tembok di sampingnya hingga berdarah.

"Ramalan gila itu telah menghancurkan kehidupan banyak manusia dan hari ini jalan menuju kehancuran sudah terbuka. Shit!" dumel Duke William.

Nanny Eve yang ada di sampingnya hanya bisa menghela napas saja ketika melihat suaminya yang kembali menunjukkan amarah.

"Duke, apa sebaiknya kita menyingkir saja dari tempat ini? Aku sudah tak ingin bekerja lagi di tempat ini dan melihat lebih banyak orang mati sia-sia karena ramalan dari wanita tua penghuni asrama gaib," ucap Nanny Eve.

Duke William menoleh ke arah istrinya dan mendelik tak percaya. "Permintaanmu agar kau tetap menjadi pelayan pribadi pangeran itu sudah kuturuti. Aku tetap membiarkan dirimu bekerja mengurus dapur dan perpustakaan kerajaan. Apa sekarang kau ingin membuatku kecewa? Jangan mengeluh karena perjalanan kita masih banyak."

Duke William kemudian meninggalkan Nanny Eve sendirian di balkon kamar mereka berdua.

"Ramalan itu muncul dan membuat ayahmu menikahi wanita yang dia cintai. Namun, karena keserakahan ayahmu, orang-orang harus mati dengan sia-sia termasuk juga ibumu. Jika saja ayahmu tak tergiur untuk mempraktikkan sihir terlarang, mungkin kerajaan ini akan baik-baik saja sekarang."

.
.
.
.

Jey menyeret David sampai di penjara bawah tanah sambil mengomeli pria itu. Sementara Auva hanya mengikuti langkah kedua orang itu sambil menguap lebar.

"Sekarang kau takkan bisa lagi untuk mengacaukan rencana pernikahan ini! Kau tahu? Kau sangat merepotkan bagi kami!" omel Jey sambil memasukkan David ke dalam penjara.

David tersenyum miring ketika melihat Jey yang terlihat begitu kesal padanya. "Kau terlihat sangat kesal padaku karena Jia, bukan?"

Napas Jey tercekat, pria itu reflek menendang besi penjara dengan kasar. "Ya, karenamu Jia harus menikahiku! Dia mencoba bertahan ketika kau mencampakkannya dan pergi bergabung dengan Rylan! Aku mencintai dia yang bahkan sampai sekarang masih mencintaimu! Kau tahu?! Dia sangat terluka ketika mendengar kabar ini! Kau dengar?!" pekiknya.

Auva menahan tubuh Jey agar tak mencoba untuk memukul David. Sementara 'tersangka dari kemarahan' Jey hanya tersenyum miring ketika melihat Jey yang jatuh terduduk.

"Sejak awal aku dan dia menjalin hubungan karena terpaksa. Kedua orang tuanya mencoba untuk menikahkanku dengannya karena keluargaku adalah keluarga saudagar kaya! Sejak awal hubungan ini sudah toxic! Memangnya kau tahu apa?!"

Jey terengah-engah dan kembali mencoba untuk menghajar David hingga membuat Auva kewalahan. "Kau bisa menolak itu dari awal kalau kau memang pria sejati! Apa kau takut?!"

Auva meminta beberapa penjaga penjaga untuk membantunya menarik Jey agar keluar dari penjara. Butuh waktu sedikit lama dan itu membuatnya semakin kesal.

Setelah Jey berhasil diseret keluar dari penjara bawah tanah, Auva menatap David dengan wajah yang serius.

"Tak ada gunanya bagi kalian berdua untuk saling menyalahkan karena kalian berdua sama-sama bodoh. Kau terlalu bodoh karena tak bisa menegaskan keinginanmu yang sebenarnya dan Jey juga bodoh karena menyangkutpautkan masa lalu dengan masa depan sampai seperti tadi."

Auva lantas pergi dari penjara dan membuat David jatuh terduduk.

"Kau memang benar, Va. Aku adalah pria yang bodoh. Ya, aku memang benar-benar bodoh. Aku bodoh! Arggghh!"

*****

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top