"Twentysix"
'Hari yang tenang, tapi tsunami akan datang ketika laut surut.' batin Halim dengan wajah tenang.
Di sisi Ailsa dan BoBoiBoy, keduanya baru saja mendengarkan penjelasan dari 'Ceilo' mengenai rencananya.
"Aku ingat bila ni memang kewajiban salah seorang keluarga diraja tapi memang kau sorang yang pilihkan e." kata BoBoiBoy yang paham garis besar keadaan.
"Kebetulan je yang aku pilih ni semua keluarga diraja. Aku tak tahu sebab aku hanya awaskan dari kristal yang ada kat sini." jawab 'Ceilo' menyentuh kristal di dekatnya.
"Tapi bukan ke kawasan ni dah terlindungi dengan adanya kabut dan pelindung kat gua? Kenapa kena ada penjaga?" tanya Ailsa yang masih keheranan.
"Ini sebab Camil dan saudaranya. Maaf masa tu aku tak bagi tahu pasal diorang, BoBoiBoy. Aku terlampau terkejut bila Camilo masa tu ada kat Bumi." kata 'Ceilo' yang nampaknya menyesal.
BoBoiBoy tersenyum tipis dan bangkit dari duduknya. Ketika dia berada di depan 'Ceilo', BoBoiBoy memeluk sahabatnya.
"Tak pe, bukan sepenuhnya salah kau. Aku sekarang tahu bila dia dan saudaranya tu penjenayah lama yang bahkan maklumat pasal diorang tu sikit. Aku akan cari cara untuk buat diorang tu jera." kata BoBoiBoy dengan penuh rasa optimis.
"Terima kasih, BoBoiBoy. Kau memang sahabat baik aku. Oke! Jom berlatih dan korang akan gunakan sihir tu bukan hanya lindungi Kawasan Amount tapi juga galaksi." kata 'Ceilo' dengan api semangat yang membara.
BoBoiBoy juga sama-sama memancarkan api semangat yang membara sedangkan aIlsa hanya aura bunga yag tenang. 'Yah..., setidaknya diorang kembali ceria masa dah jumpa balik.' pikir Ailsa dan dia pun menyusul sang adik yang sudah melangkah terlebih dahulu.
'Agaknya yang lain tengah apa e masa ni, rindu pula dengan mereka tu.' pikir Ailsa menatap ke langit-langit gua yang menampilkan sinar kristal yang ada di sana.
Di sisi anggota Tapops dan Tempur-A, Amato dan saudaranya sedang berkumpul membahas hilangnya dua perwira Tapops.
"Jadi, kau nak siasat kat tebing kat mana Abang Amirul hilang tu?" tanya Maskmana setelah berdiskusi.
"Nak macam mana lagi? Hanya kawasan tu saja yang paling memungkinkan untuk jumpa Ailsa dan Aidan. Aku ingat lagi kat mana aku jumpa Abang untuk terakhir kalinya." kata Amato yang sudah mendinginkan kepalanya setelh emosi selama diskusi.
"Kau jumpa Abang masa tu? Kenapa kau tak cakap kat kitorang?" tanya Airin.
"Abang yang suruh. Dia cakap untuk tak bicarakan pasal ni kat korang sebab dia tahu bila korang akan paksa untuk cari dia." jawab Amato menundukkan kepalanya.
"Kat mana kau jumpa dia? Apa yang dia buat masa tu?" tanya Bella mencoba menguatkan suaminya.
"Aku tak tahu pasti kat mana tapi kawasan tu ada pelindung dan juga banyak kristal kat dalamnya." hening beberapa saat hingga Airin memukul meja di depannya.
"Aku ingat dulu Raja Zihan cakap kat sana dulu ialah kawasan asal ras kita dan kat sana ialah sumber dari sihir kita selama ni. Ada sebuah gua yang di lindungi oleh kuasa hebat dan kat dalam gua tu ialah kristal-kristal kuasa." Maskmana langsung mencari data tentang Planet Hundred beberapa abad yang lalu dan hasil pencariannya sama persis seperti yang di ceritakan oleh Airin.
"Mesti diorang kat gua tu. Abang hantar mesej untuk diorang dan tetiba saja diorang menghilang. Pasti diorang kat sana, aku yakin diorang ada kat sana." kata Bella tersenyum senang.
"Tapi, buat apa diorang kat sana? Diorang kan bukan penjaga macam Abang." heran Airin memasang pose berpikir.
"Diorang mungkin sesuatu yang lagi istimewa dari penjaga. Aidan selama ni di awasi dan dijaga oleh Kristal Sihir tu sendiri dan Ailsa ialah ahli sihir terkuat." jawab Amato menarik garis besar kejadian.
"Jadi, lokasi diorang dah pasti. Bila kita nak pergi?" kata Maskmana menanyakan keputusan akhir.
"Biarkan yang lain rehat dulu. Kita tak boleh gegabah pasal ni dan untuk jumpa lokasi tu perlukan masa juga. Baik kita siapkan diorang dalam kondisi prima." keputusan mereka bulat dan mereka memutuskan untuk beristirahat.
Di sisi Kokotaim, mereka kini berada di ruang kumpul yang biasa dipakai jika sedang santai atau membahas tentang misi mereka selanjutnya. Tapi kini, mereka berkumpul di ruangan itu tanpa kehadiran sosok yang memimpin mereka.
"Hah..., kat mana agaknya BoBoiBoy pergi? Dah nak 1 bulan kita cari tapi tak de petunjuk apapun." kata Gopal merebahkan diri di sofa.
"Sabarlah Gopal. Laksamana Liore pun dah berusaha bantu kita tau, aku yakin kita akan jumpa dia." jawab Yaya mencoba tersenyum seperti biasa walau hatinya sebenarnya gundah karena hilangnya BoBoiBoy.
"Betul apa kata Yaya, lor. Kita juga kena siapkan diri untuk jumpa BoBoiBoy, ma..." balas Ying menambah suasana hangat yang sempat hilang.
"Betul Gopal. Kita selalu je berlindung kat bawah BoBoiBoy dan atasan, kita masih belum kuat lagi. Macam mana kalau kita berlatih lagi? Macam yang pasukan Double-T ajarkan kat kita." usulan Fang di tanggapi baik oleh ketiga temannya dan mereka pergi ke tempat latihan.
Sisi Double-T sendiri, hanya Maira dan Ryan, mereka melakukan pencarian atas ketua mereka dan juga BoBoiBoy yang mungkin tersembunyi. Dengan kemampuan Ryan, mereka mencoba untuk menerobos beberapa file yang memiliki keamanan ekstra.
"Macam mana Ryan? Jumpa apa-apa tak?" tanya Maira selaku wakil ketua. Ryan masih mengetikkan jarinya di layar monitor dan beberapa saat kemudian, sebuah data yang mereka cari muncul di depan mereka.
"Salin data tu kat komputer kita, Ryan. Aku akan panggil yang lainnya kejap." kata Maira serius dan Ryan menurutinya. Maira keluar dari ruangan tersebut dan menghampiri anggota Double-T yang lain.
Ryan yang menyadari perubahan kepribadian Maira hanya bisa diam mengawasi karena jika Maira sudah merubah kepribadiannya, maka yang bisa merubahnya hanyalah BoBoiBoy seorang.
Faktor perubahan kepribadian Maira bisa dari berbagai hal. Amato dan Bella sendiri tidak bisa membujuk Maira, jadi benar-benar hanya BoBoiBoy yang bisa merubahnya kembali seperti semula.
Karena hanya BoBoiBoy seorang yang bisa mengembalikan kepribadian asli Maira, teman dan keluarganya hanya bisa mengawasi karena perubahan Maira bisa menjadi senjata untuk Maira melukai diri sendiri.
'Semoga Abang dan Akak selamat.' pikir Ryan kembali fokus ke layar monitor di mata ada berbagai data yang baru pertama kali mereka ketahui.
Tak berselang lama, Maira bersama anggota Double-T yang lainnya datang dan mengelilingi Ryan yang sedang membaca sebuah dokumen yang membuatnya penasaran.
"Apa maklumat yang kita dapatkan?" tanya Maira dengan nada datar. Ryan masih fokus dengan bacaannya untuk beberapa saat sebelum dia menjelaskan apa yang dirinya dapatkan.
"Aku dapat maklumat pasal Abang Aidan yang ternyata tak ada kat mana-mana." kata Ryan mengetikkan jarinya di layar monitor dan memunculkan inti informasi yang ia baca.
"Abang Aidan sebelumnya ialah ahli tekno kat stesen Tempur-A sebelum Laksamana Amato letakkan Abang kat uji coba sarana pelatihan. Selain tu, pelatihan yang Abang buat ni ialah bentuk asli dari pelatihan kita." Ryan terus mengetikkan jarinya di layar monitor dan matanya menelusuri layar di depannya dengan teliti.
"Abang Aidan dapat berbahasa kuno dan berkomunikasi batin dengan haiwan-haiwan kat Planet Thousand."
"Sihir Abang Aidan pun termasuk sihir murni yang hanya diturunkan kat 'The Master' sahaja. Banyak lagi maklumat tentang Abang Aidan, bahkan kat sini ada potongan memori Abang. Nak tengok ke?" mereka menoleh ke arah Maira yang sedari tadi diam memperhatikan.
"Aku pun penasaran dengan memori Abang. Kita tengok, tapi jangan sampai yang lain tahu bila kita dapat tengok memori Abang." Rosa dan Rey langsung sigap menutup semua jalur keluar-masuk, sebelum Ryan memainkan kilasan memori BoBoiBoy.
"Hachim!--Hah..., ada yang bicarakan aku ke apa ni?" heran BoBoiBoy yang sedang menghindari serangan dari 'Ceilo' dan Ailsa.
"Iya kut..., jangan turunkan kewaspadaan korang!" kata 'Ceilo' melayangkan sebuah tendangan kepada keduanya dan dengan lincah menghindari serangan yang datang.
Mereka sudah berlatih segala hal, mulai dari kepekaan indra, reflek diri, sihir, dan fisik. Mereka benar-benar dilatih keras oleh 'Ceilo' yang tidak di sangka memiliki stamina dan kekuatan fisik yang melebihi keduanya.
"Cukup! Tuan, baik anda berehat. Biar saya yang akan urus kedua budak ni." kata Amirul dan 'Ceilo' langsung pergi begitu saja.
"Pakcik, kenapa kitorang dapat title 'The Master'? Kitorang kan tak kuasai sihir macam 'The Master' sebelumnya." tanya Ailsa mengutarakan kebingungannya.
"Ail, Ai, korang dah terpilih bahkan sebelum korang sadari bila korang ada bakat. Masa Pakcik dulu pertama kali kat gua ni, Pakcik tengok kristal-kristal yang dimana korang akan selamatkan dan lindungi galaksi ni dari penjenayah." Ailsa dan BoBoiBoy semakin kebingungan, dan Amirul menyadari hal itu.
"Jom ikut, Pakcik." keduanya mengekori Amirul yang berjalan entah kemana tujuannya dan berhenti ketika mereka berada di 10 kristal yang berbeda warna berjejer rapi.
"Ini..." gumam BoBoiBoy mencoba mendekatkan diri ke kristal berwarna jingga dan kristal tersebut langsung bersinar terang.
"Ya, ini ialah kristal yang terbentuk dari keseluruhan sihir korang. Yang warna pink ruby tu, Ailsa punya." Ailsa mendekat ke arah kristal yang di tunjukkan Amirul dan kristal itu bersinar terang, sama seperti yang jingga.
"Maknanya, yang ini Aidan punya lah. Tapi 8 kristal tu, siapa punya?" kata BoBoiBoy melihat ke-8 kristal yang berdekatan dengan miliknya.
"Yang warna putih tu, Maira punya. 7 kristal sisanya, kuasa elemental kau. Diorang ada kat dalam, bila Aidan nak tengok diorang." BoBoiBoy langsung mendekati salah satu kristal terdekat dan melihat ke dalamnya.
"Woah..., luasnya kat dalam ni. Macam kat dalam jam kuasa lah. Hali!" kata BoBoiBoy dengan penuh semangat, bahkan sampai melambaikan tangannya.
'Macam budak tadika.' pikir Ailsa dan Amirul bersamaan.
"Mereka bakal balik kan sama Aidan?" tanya BoBoiBoy tiba-tiba berubah menjadi sendu.
"Mereka hanya milikmu, Aidan. Kuasa terhebat kat alam semesta ni tak mungkin salah pilih Tuan. Diorang akan kembali pada masa yang tepat." jawab Amirul tersenyum dan mengelus kepala BoBoiBoy perlahan.
"Aidan, Ailsa, latihan korang lepas ni ialah 'berkawan' dengan sihir. Korang akan Pakcik masukkan ke dalam kristal dan keluarlah selepas korang 'berkawan' dengan sihir korang." Ailsa dan BoBoiBoy langsung meneguk ludah mereka berat.
Daripada latihan yang menggunakan alam bawah sadar, mereka merasa jika latihan kali ini bukan hanya sekedar "berteman" dengan sihir mereka.
"Ni sekedar 'berkawan' kan, Pakcik?" tanya Ailsa ragu.
"Tak, korang kena 'berkawan' dengan cara bertarung dan kalahkan sihir korang." Ailsa dan BoBoiBoy semakin berkeringat dingin.
"Korang sedia? Bila tak dapat kalahkan, korang tak akan dapat keluar sampai korang menang dan tak ada jeda dalam pertarungan." Ailsa hanya tertawa hambar sedangkan BoBoiBoy sudah terdiam kaku di depan kristalnya.
"Sedia ke tak?" Ailsa dan BoBoiBoy saling menatap sebelum memutuskan keputusan.
"Baik, kami bersedia." Amirul tersenyum dan dalam sekejap mata, mereka sudah berpindah ke dalam kristal mereka masing-masing.
"Semoga sesuai dengan yang di harapkan Tuan." gumam Amirul kemudian ia duduk di salah satu kristal sembari memegang sebuah buku.
Di sisi anggota Tapops, setelah mereka beristirahat selama 5 hari. Mereka akhirnya berkumpul untuk membahas pencarian Ailsa dan BoBoiBoy di dek utama.
"Semua dah berkumpul? Kita akan bahas pasal misi pencarian Laksamana Ailsa dan Kapten BoBoiBoy. Apakah korang ada yang tahu kat mana diorang terakhir menghilang?" kata Amato memulai pembahasan.
"Sekitar tebing yang gelap." jawab Maira cepat dan Amato langsung menatap Maskmana dan Bella dengan tatapan "sudah kuduga".
"Baik, sebab tebing tu sangat berbahaya. Kita tak akan pecahkan kumpulan dan langsung siasat bersama, jangan ada yang berpecah."
"Saya, Laksamana Bella, dan Maskmana akan sertai misi kali ni untuk mempercepat pencarian, semua faham?" titah Amato tegas.
Setelah melakukan beberapa persiapan, baik barang, fisik, dan juga informasi. Mereka sudah siap di pesawat angkasa masing-masing dan setelah beberapa kata dari Amato, mereka akhirnya kembali ke Planet Hundred.
Sementara di gua kristal, Amirul masih duduk diam mengawasi kristal selama 3 jam. Sesekali dirinya melihat ke dalam kristal untuk mengawasi lebih dekat dan kembali duduk di tempatnya semula.
"Macam mana latihan diorang?" tanya 'Ceilo' yang tiba-tiba saja datang dari belakang. Amirul hanya mengangguk kecil sebagai jawaban.
"Kau berharap lebih dengan diorang e. Anak kau akan kemari, kau tak nak jumpa dia ke?" kata 'Ceilo' yang duduk di sebelah Amirul.
"Entahlah, Tuan. Saya belum sedia nak jumpa langsung dengan Maira, entah kenapa saya tak merasa pantas untuk menjadi seorang ayah." jawaban Amirul benar-benar membuat 'Ceilo' sedih.
'Ceilo' hanya sedikit mengenal Maira, tetapi dia tahu keinginan Maira untuk bertemu sang ayah secara langsung sangatlah besar. Siapa juga yang tidak ingin bertemu dengan orang tuanya yang tidak pernah dilihat sedari lahir, Maira sangat ingin bertemu setidaknya sekali saja.
"Amir, saya dah berkawan dengan anak kau dan dia sangat nak jumpa dengan kau setidaknya sekali je. Tolong jumpai dia masa dia jemput Ailsa dan Aidan kemari." Amirul hanya diam dan 'Ceilo' pamit untuk meningkatkan kekuatannya lagi.
"Bukannya saya tak nak jumpa. Tapi, saya masih tak sedia. Takut kecewakan Maira." gumam Amirul menatap kristal berwarna putih di sebelah kristal jingga milik BoBoiBoy.
~𝙽𝙴𝚇𝚃~
2041 word
14/06/2023
☆Note from Amy :
Chapter "Twenty seven" spoiler
"Abang! Akak! Papa!" - Maira
"Korang!" - Ailsa dan BoBoiBoy
See you in the next chapter~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top