"Twentyfive"

"Selamat datang saya ucapkan kepada ahli sihir terhebat sepanjang sejarah, Aidan Adiputera bin Amato dan Ailsa Adiputeri binti Amato." Ailsa dan BoBoiBoy menoleh ke asal suara, mata mereka membulat tidak percaya.

"Tak mungkin..." gumam keduanya bersamaan ketika melihat sosok yang menyapa mereka.

Kembali ke sisi anggota Tapops dan Tempur-A, mereka masih berusaha untuk mencari keberadaan kedua ketua tim mereka. Sudah 3 jam mereka mencari dan masih belum ada perkembangan sama sekali.

'Ailsa, Aidan, kat mana korang ni?' batin Liore memperhatikan setiap jengkal layar yang ada di depannya.

"Dah 3 jam kita mencari dan tak de kesan apapun kat radar." lapor Yaya kepada Liore, pemimpin pasukan selama pencarian.

"Mungkin sebab medan magnet kat planet ni berbeza kut..., oke aku akan bagi 3 pasukan untuk cari Ailsa dan Aidan. 1 pasukan tetap cari guna radar, 2 pasukan lagi akan siasat langsung." titah Liore berdiri dari kursi kemudi dan mengambil pedang yang ada di sebelahnya.

"Kamu jadi pasukan 2?" tanya Halim pelan dan Liore langsung paham apa yang Halim inginkan.

"Aku kenal sama planetnya walau ga sedetail keluarganya Ailsa. Aku bakal balik habis semuanya selesai, kamu tunggu di sini sama Mima ya. Aku janji akan kembali cepat, aku tetep komunikasi kok sama tim radar." ucap Liore pelan sembari memeluk Halim.

"Janji untuk hati-hati. Usahain jangan sampe luka." Liore melepaskan pelukannya dan mencium pipi Halim sekilas.

"Aku ga bisa mastiin kalau luka, tapi aku bakal kembali sesuai janjiku tadi. Jangan khawatir, oke?" bisik Liore dan dia menepuk pelan pundak suaminya.

Halim tersenyum tipis melihat punggung Liore yang tegap, layaknya seorang pemimpin. 'Untuk apa aku khawatir? Kan dia pemimpin keluarga Yuuki terkuat, dia akan menepati janjinya.' pikir Halim ketika melihat Liore mulai memberikan perintah.

"Kaizo, Fang, Yaya, Maira, Rosa, Rey, Sky, korang akan jadi pasukan 2 dengan aku. Sisanya tetap kat sini dan awaskan radar. Kaizo, Yaya, Maira, ngan aku akan pasukan yang siasat sisi selatan dan sisanya sisi utara. Faham?" Liore bertitah setelah menenangkan suaminya dan pencarian kembali berlanjut.

Sementara di sisi BoBoiBoy dan Ailsa. Mereka masih tercengang dengan apa yang mereka lihat. Seolah mereka sedang berada dalam alam mimpi, namun sayang yang mereka lihat adalah kenyataan.

"Hei! Korang dah diam macam tu selama 3 minit, tak penat ke apa?" tanya orang yang menyapa mereka, atau lebih tepatnya anak kecil sekitar usia 8 tahun itu.

BoBoiBoy mendekati anak kecil itu dan menyamakan tingginya dengan anak itu. "Ada apa Aidan? Atau aku kena panggil kau BoBoiBoy." mata BoBoiBoy memanas dan dia langsung memeluk anak kecil itu.

"Akhirnya aku jumpa kau balik! Kau tahu berapa lama aku tunggu janji kau ni!" kata BoBoiBoy merengek seperti anak kecil yang ditinggalkan.

Ailsa tersenyum haru ketika melihat BoBoiBoy memeluk anak yang menyambut mereka. "Ceilo, lama tak jumpa. Terima kasih dah tepatkan janji kau dengan Aidan." ucap Ailsa mendekati BoBoiBoy dan anak itu yang ternyata adalah sosok 'Ceilo', sahabat pertama BoBoiBoy.

"Lama tak jumpa, Akak cantik. Terima kasih juga dah jaga Aidan masa Cei tak de." jawab 'Ceilo' tersenyum lembut kepada Ailsa.

"Akak je yang kau sapa. Sapaan aku tak nak kau balas ke apa?" keluh BoBoiBoy melepaskan pelukannya dan memasang wajah cemberut.

"Ahahaha...., siapa yang lagi tua kat sini. Macam budak kau ni, BoBoiBoy. Hah..., apa kabar? Kau nampaknya dah jumpa banyak benda baru e." BoBoiBoy kembali tersenyum dan memeluk 'Ceilo' sejenak.

"Banyak perkara yang nak aku ceritakan kat kau. Tapi pertama, kitorang masa ni kat mana?" senyuman hangat 'Ceilo' berubah sendu dan 'Ceilo' mengajak kedua kakak-beradik itu ke suatu tempat.

"Maaf dah seret korang kemari. Aku dan penjaga ku butuhkan bantuan korang kat sini, mungkin penjaga ku dah hantar mesej kecemasan kepada korang." Ailsa dan BoBoiBoy langsung memahami alur yang sedang terjadi.

"Maknanya ni ialah..." langkah 'Ceilo' terhenti dan dia mengangguk pelan.

"Betul. Korang masa ni tengah ada kat Gua Kristal yang ada kat Planet Hundred, planet asal ras kita. Kau dah baca semua mesej tu ke? The Master of Elemental Magical." tatapan BoBoiBoy menjadi serius dan dia mengangguk yakin.

"Saya telah baca ke semua mesej yang anda hantar." jawab BoBoiBoy menunduk hormat dan 'Ceilo' tersenyum mendengar jawaban bbb.

'Ceilo' berganti melihat ke arah Ailsa yang masih memproses keadaan walau dirinya sudah tahu jika dirinya "diundang" oleh 'Ceilo' walau secara "kasar".

"Tak payah nak formal sangat. Sepatutnya saya yang berperilaku hormat sebab Tuan Putera dan Tuan Puteri ialah orang terpenting kat ras kita." kata 'Ceilo' menunduk hormat dan mereka melanjutkan perjalanan mereka dengan penuh keheningan.

2 Minggu berlalu dan pasukan Kokotaim, Double-T, dan Trio T masih belum menunjukkan perkembangan sedikitpun dari pencarian kedua ketua pasukan.

"Ada perkembangan?" tanya Liore saat sudah tiba kembali di pesawat angkasa milik Double-T yang di gunakan untuk memeriksa radar.

Liore langsung menghampiri Halim dan menyenderkan diri kepadanya, lelah. Lyori dan Sky yang melihat keduanya itu hanya bisa menghela nafas, maklum pasutri baru.

Tim lapangan mencari ke setiap celah yang memungkinkan di Planet Hundred, namun hasilnya nihil. Ailsa dan BoBoiBoy seolah hilang tertelan begitu saja.

Ketiga tim sudah berusaha keras untuk mencari keberadaan keduanya. Bahkan berkali-kali Maira mencoba mencari jejak dengan menggunakan kuasanya dan sihirnya, namun tetap hasilnya nihil.

"Tak ada perkembangan." kata Rosa melaporkan pencarian timnya.

Tim radar sudah menyerah sehari sebelum mereka berkumpul karena memang tidak ada jejak sama sekali, padahal mereka juga sudah menggunbakan radar dari tiga pesawat angkasa yang berbeda teknologinya.

"Kita kena laporkan masalah ni kat Laksamana Amato, ini dah lebih dari 2 minggu." kata Kaizo tenang, walau aslinya dia khawatir dengan Ailsa dan BoBoiBoy.

"Baiklah, mari kita balik untuk sementara." titah Liore duduk di kursi kemudi dan setiam pasukan kembali ke pesawat angkasa masing-masing.

"Mi, kamu yakin ga mau cek tebing yang ada di sisi timur?" tanya Halim ketika anggota pasukan lainnya sudah kembali.

"Resikonya gede, Lim. Aku udah liat arsip lama dan di tebing itulah, Tuan Amirul menghilang. Sebab aku ga mau ambil resiko ada yang hilang lagi, makanya aku skip wilayah itu. Kaizo juga sadar dan mungkin Maira juga. Mesin siap?" jawab Liore memeriksa kerja mesin pesawat angkasa dan setelah dirasa siap, pesawat angkasa Trio T lepas landas terlebih dahulu dan disusul dua pesawat sisanya.

'Aku ga yakin sebenarnya kalau hilangnya Ailsa sama BoBoiBoy itu kasusnya sama kayak Tuan Amirul. Tapi kalau lihat detail kejadiannya itu sama, cuma aku ga bisa mutusin gitu aja.' pikir Liore sembari dirinya mengontrol panel pengendali.

Kembali ke sisi BoBoiBoy dan Ailsa, setelah berjam-jam mereka berjalan. Ketiganya akhirnya sampai di suatu tempat yang di penuhi oleh kristal berbagai bentuk dan warna.

Di antara kristal-kristal tersebut, ada seorang pria duduk di sebuah kristal jingga dan membaca buku.

"Amir! Tengok siapa yang kau bawa dari permukaan." kata 'Ceilo' dengan santainya menghampiri pria yang sedang duduk.

"Tuan, saya dah cakap jangan sembarangan bawa sesuatu dari permuka--Keponakanku!" BoBoiBoy dan Ailsa terkejut dengan apa yang menyapa mereka ketika melihat wajah pria tersebut.

"Pakcik Amirul!" seru keduanya bersamaan dan mereka berlari menuju ke arah pria yang ternyata adalah Amirul, paman keduanya, ayah kandung dari Maira, dan juga seorang penjaga Kristal.

"Ail rindu Pakcik! Kenapa dah tak datang mimpi Ail lagi?" kata Ailsa setelah puas memeluk pamannya.

"Maaf lah, Pakcik ada tugasan yang tak dapat tinggal. Oboi, apa kabar kau? Kau tak gaduh kan dengan Maimai?" kata Amirul mengelus kepala keduanya lembut.

"Oboi tak pernah gaduh dengan Maimai." bantah BoBoiBoy yang seketika berubah kepribadiannya menjadi anak usia 5 tahun.

Ailsa dan 'Ceilo' tercengang jika BoBoiBoy dapat merubah kepribadiannya 180 derajat jika di depan Amirul. 'Dia berubah macam budak kat depan Amir/Pakcik. Rasanya dulu tak macam ni dia.' pikir keduanya.

"Akak Ail, dia adik kau kan?" tanya 'Ceilo' yang tidak percaya dengan apa yang dirinya lihat di depan mata.

"Ahh..., ya. Dia masih adik aku lagi, memang perangainya macam tu." jawab Ailsa sweatdrop.

"Ahh..., korag dah paham garis bsar kenapa korang kat sini kan?" tanya Amirul yang kembali ke topik awal yang seharusnya mereka bahas.

"Aidan faham secara..., hampir kesemuanya. Yang masih Aidan tak faham adalah kenapa kuasa elemental Aidan pun kena ikut." jawab BoBoiBoy dengan cepat merubah kepribadiannya, seolah tadi Duri yang mengambil alih dan langsung berganti ke Halilintar.

"Ailsa masih tak faham detail je, sebab yang betul-betul faham keadaan hanya Aidan je." sambung Ailsa yang ikut serius juga. 'Ceilo' yang masih tercengang di tinggal begitu saja di tempatnya.

"Baik, Pakcik akan terangkan semua yang korang tak faham. Tapi sebelum tu, Aidan. Kau dapat keluarkan semua kuasa elemental kau, kan?" pinta Amirul menyentuh pundak BoBoiBoy.

BoBoiBoy mengangguk lalu dia memegang jam kuasanya dan beberapa saat kemudian, ketujuh kuasa elemental keluar dari dalam diri BoBoiBoy.

"Tuan!"

"Duri, Blaze, Taufan jangan lari! Nanti jatuh!"

"Ice kau jangan tidur kat sini."

"Berhenti sentuh pipi aku, Solar."

"Korang boleh tak diam sekejap je? Tujuan aku keluarkan korang bukan untuk gaduh lah!"

*bong!

"Baik Tuan."

Ailsa, Amirul, dan 'Ceilo' langsung sweatdrop melihat kelakuan elemental BoBoiBoy yang memiliki sebuah kepribadian, yang seharusnya tidak dimiliki oleh kuasa manapun.

"Hah..., maafkan diorang e. Perangainya memang..., unik sikit." kata BoBoiBoy menunduk maaf kepada Ailsa, Amirul, dan 'Ceilo', diikuti para elemental.

"Takpe. Dah sedia ke?" BoBoiBoy melihat ke arah elemental nya dan ketujuhnya menganggukkan kepala mereka bersamaan.

"Ingat akan pilihan korang e. Abang akan tunggu kat sini." Para elemental merasa terharu ketika BoBoiBoy mengatakan "Abang" kepada mereka.

Ketujuh elemental itu langsung memeluk BoBoiBoy dan setelah cukup puas, mereka langsung diantar Amirul ke suatu tempat.

"BoBoiBoy, sejak bila kuasa kau ada perangai ni?" tanya 'Ceilo' mengutarakan rasa penasarannya. BoBoiBoy yang awalnya menatap kepergian para elemental beralih menatap 'Ceilo'.

"Entah, dari awal aku dapatkan mereka. Diorang dah berperangai macam tu, terutama Tanah, Petir, ngan Angin. Tapi masa aku bincang-bincang lagi dengan diorang, diorang cakap bila aku tanpa sengaja tuangkan emosi aku kat diorang." jelas BoBoiBoy mengingat masa-masa awal dia mendapatkan kuasanya.

"Hmm..., patutlah. Tapi..., aku baru tahu ada orang yang dapat kawal kuasa dia macam ni. Kau guna teknik apa?" jawab 'Ceilo' berjalan melewati BoBoiBoy dan dirinya duduk di salah satu kristal.

"Teknik yang sama masa aku tengah kawal sihir. Kenapa?" 'Ceilo' terdiam sejenak dan tak lama dirinya tertawa. BoBoiBoy dan Ailsa terheran-heran dengan tingkah 'Ceilo' yang tiba-tiba tertawa.

"Hah..., kau memang pantas untuk dapatkan title 'The Master of Elements Magical'. Aku ingat kau hanya budak mentah yang tak tahu apapun pasal kuasa atau sihir." ucap 'Ceilo' dengan sedikit sindiran kepada BoBoiBoy.

"Sedap betul kau cakap e, Ceilo. Aku ingat kau hanya budak yang bahkan jadi ekor aku setiap masa." balas BoBoiBoy yang menyindir 'Ceilo' juga dan mereka berakhir dengan berdebat dengan Ailsa sebagai penontonnya.

'Diorang ni rasanya dulu akrab je. Kenapa sekarang macam ni? Terbalik betul bila dengan Fang.' pikir Ailsa yang lelah dengan perdebatan kedua laki-laki di depannya.

"Dah cukup, tak akan ada habisnya bila korang bergaduh macam tadi. Ceilo, sebagai ganti Pakcik, boleh kau terangkan maksud kau jemput kitorang kemari?" kata Ailsa melerai keduanya dan 'Ceilo' langsung kembali ke sifat aslinya.

"Maaf, dan ya, aku akan terangkan apa yang mungkin korang belum faham lagi. Baik korang duduk, penjelasan aku akan panjang." Ailsa dan BoBoiBoy mencari tempat ternyaman lalu 'Ceilo' pun mulai menjelaskan maksudnya.

Di sisi kawan-kawan dan keluarga dua orang yang sedang duduk nyaman sembari mendengarkan penjelasan, mereka sampai di markas pusat Tapops dan melaporkan tentang hilangnya keduanya secara tiba-tiba.

"Macam mana diorang boleh hilang?" seru Amato panik, bahkan sampai memukul meja di depannya. Kondisi para Laksamana saat mereka melaporkan kejadian yakni sedang rapat.

"Ma-maafkan saya Tuan Amato! Saya dah cuai untuk jaga amanah Tuan untuk jaga Ailsa dan Aidan." kata Liore walau sedikit gugup di awal, kondisi marah Amato sama seperti mendiang sang ayah.

'Serem, kek Papa sama Paman Ketiga.' pikir Liore keringat dingin.

"Amato, tenanglah sikit. Diorang kan belum jelaskan apapun lagi, dah duduk sini." kata Bella menenangkan suaminya dan Amato menurut.

'Kayak Mama, cuma Mama lebih ke mukul dulu baru di tenangin.' pikir Lyori yang seketika teringat mendiang ibunya.

"Laksamana Liore, tolong terangkan macam mana korang dapat kehilangan diorang bahkan sampai tak jumpa diorang selama 2 minggu." kata Maskmana menggantikan Amato yang masih marah.

Liore menceritakan keseluruhan cerita dan keadaan ruang rapat itu seketika hening. 'Macam hilangnya Abang.' pikir para Laksamana dan mereka melakukan kontak mata satu sama lain.

"Baik, korang sekarang rehat dan kita akan cari selepas korang rehat 3 hari. Oh dan Laksamana Liore, selamat atas pernikahan anda." kata Amato dan Liore hanya mengangguk pelan kemudian ketiga pasukan itu kembali ke kamar masing-masing untuk istirahat.

Di sisi Trio T, mereka memang memilih untuk di jadikan satu kamar saja karena hanya mereka bertiga saja. Mereka berkumpul di tengah kamar yang sengaja mereka buat luang agar ada ruang bebas.

"Kak, Kakak beneran mau pensiun abis masalah ini selesai?" tanya Lyori tiba-tiba dan Liore yang sedang bercanda dengan Halim langsung menjadi serius.

"Ya, kakak kan harus urus perusahaan keluarga dan segala hal merepotkan lainnya. Kalian jangan pensiun sekarang karena kalian belum ada penerus." kata Liore serius.

"Siapa juga yang mau pensiun cepet, Mima mah pengen keliling galaksi lagi. Berurusan sama kertas dokumen itu bukan kesukaan Mima." kata Lyori sedikit menyindir dan Liore langsung mengeluarkan belati yang entah dari mana munculnya kemudian mengejar sang adik.

"Kalian ini bisa tenang sehari ga? Capek Zee liat kalian gelut mulu tiap hari." keluh Sky yang lelah dengan kedua kakaknya.

"Hm? Siapa juga yang suruh liat." ucap duo Yuuki bersamaan dan berakhir dengan kejar-mengejar antara Sky dan kakaknya.

Lalu bagaimana dengan Halim? Dia hanya memperhatikan dengan tenang sembari meminum teh yang entah darimana datangnya.

'Hari yang tenang, tapi tsunami akan datang ketika laut surut.' batin Halim dengan wajah tenang.

~𝙽𝙴𝚇𝚃~
2232 word
08/06/2023

☆Note from Amy :

Hai hai, balik lagi nih Amy. Oke di sini Amy cuma pengen promosi Ig sih, bagi yang belum tahu nama ig-nya Amy bisa cek di @Hammy.M.1997

Kedepannya bakal ada update tentang..., tentang apa ya..., hehe rahasia dulu deh. Ga seru nanti kalau di kasih tahu sekarang^∇^

Chapter "Twentysix" spoiler

"Mereka bakal balik kan sama Aidan?" - BoBoiBoy

"Mereka hanya milikmu, Aidan. Kuasa terhebat kat alam semesta ni tak mungkin salah pilih Tuan. Diorang akan kembali pada masa yang tepat." - Amirul

See you again in the next chapter~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top