"Twenty two"
"Aidan, walau perjodohan kau dengan bangsawan Starla batal. Ayah ngan Mak dah sediakan opsi lain untuk calon kau nanti." suasana hati BoBoiBoy langsung memburuk ketika mendengar suara ayahnya, lebih tepatnya berita yang sang ayah bawakan.
"Ayah, perempuan mana lagi sekarang? Ayah dah jodoh kan Aidan dengan ramai perempuan tau, mulai dari kerajaan jiran, sektor sebelah, anak kawan ayah, sekarang mana lagi?" kata BoBoiBoy dengan nada mengeluh karena bukan sekali atau dua kali sang ayah menjodohkannya dengan seseorang.
Awalnya dia akan dijodohkan dengan putri dari kerajaan tetangga namun sang putri sayangnya meninggal di usia muda.
Kemudian pernah juga dengan putri bangsawan yang kebetulan berada di sektor jagaan Amato, namun gagal karena putri tersebut membenci BoBoiBoy karena dianggap menghancurkan rencananya untuk kabur dari rumah.
Pernah juga BoBoiBoy akan dijodohkan dengan anak teman lama Amato, tapi anak itu menghilang dan ditemukan meninggal dunia 2 bulan setelah menghilang.
Lalu yang terakhir ini adalah seorang putri mahkota dari salah satu planet di sektor jagaan Bella, gagal karena memiliki orang yang dicintai.
BoBoiBoy dijodohkan dengan alasan dia adalah seorang putra mahkota dan harus memiliki seorang ratu yang mendampinginya ketika kenaikan tahta nanti.
BoBoiBoy sudah bosan dijodohkan karena akhir dari perjodohan itu selalu sama, antara meninggal dunia, hilang, benci, atau sudah memiliki lelaki lain.
"Dia dekat dengan Aidan dan dia pasti faham akan sifat Aidan sejak pertama kali jumpa. Aidan dah tahu kan siapa yang Mak maksud?" BoBoiBoy membulatkan matanya tidak percaya dan dia mengangguk lemah.
"Esok dia akan datang kemari untuk jumpa Aidan balik. Baik-baik kat hadapannya tau." BoBoiBoy hanya diam ketika Bella mengelus kepalanya dan kedua orang tuanya pun kembali masuk ke dalam istana tanpa mengatakan apapun lagi.
"Boy, siapa kali ni?" tanya Ailsa perlahan, takut menyakiti perasaan adiknya.
"Kawan lama Boy yang masih kat Kota Hilir dan dia..., juga anggota Tapops. Akak tak payah tahu lagi sebab pasti dah agak siapa yang Boy maksud. Boy nak masuk bilik jap, penat." BoBoiBoy berlari masuk ke istana tanpa menunjukkan raut wajahnya kepada Ailsa yang menatap kepergiannya dengan tatapan khawatir.
"Siapa yang korang bincangkan?" akhirnya Kaizo pun mengangkat suaranya setelah diam sejak tadi. Ailsa menundukkan kepalanya dan menyenderkan diri kepada Kaizo.
"Calon BoBoiBoy kali ini, dia ialah kawan lama Boy selepas Alm. Ceilo dan kabarnya dia ialah junior BoBoiBoy masa kat Tapops. Budak tu sering sangat ungkit Ceilo kat dia yang sebabkan BoBoiBoy sering melamun kat bilik." jelas Ailsa melihat ke jendela kamar BoBoiBoy yang tertutup rapat menandakan pemiliknya sedang mengurung diri.
"Darimana kau tahu pasal tu?" tanya Kaizo yang tahu akan masalah individual BoBoiBoy di Tapops.
"Ochobot bagi tahu banyak hal pasal BoBoiBoy selama 11 tahun ni walau tak semua sebab BoBoiBoy tak cerita secara lengkap." jawab Ailsa dan dia memutuskan untuk ke ruangan Amato untuk negosiasi dengan sang ayah yang terkenal dengan keras kepalanya.
Keesokan harinya, BoBoiBoy keluar ke taman sendirian seusai pemeriksaan dan dia duduk di bangku dekat air mancur, melamun.
"Kenapa termenung je ni, Tuan Putera?" BoBoiBoy menoleh ke asal suara dan dia langsung berpapasan dengan manik mata coklat yang tak asing baginya langsung menyapanya.
"Yaya, jangan panggil aku macam tu lah. Panggil je macam biasa, meh duduk sini." kata BoBoiBoy langsung tersenyum cerah dan menggeserkan diri untuk memberi ruang kepada Yaya untuk duduk di sebelahnya.
"Tak pe ke aku panggil bukan nama sebenar kau?" tanya Yaya ragu. BoBoiBoy tersenyum dan menarik Yaya untuk segara duduk di sebelahnya.
"Tak pe, Yaya. Atau kau boleh panggil aku macam keluarga aku buat, 'Boy' atau tak 'Oboi'." jawab BoBoiBoy dengan senyuman lebar dengan arti dia tidak mempermasalahan hal kecil itu.
"Siapa yang panggil kau 'Oboi' tu? Lawak lah." kata Yaya tertawa pelan ketika mendengar nama panggilan BoBoiBoy.
"Mak aku, nama panggilan awal aku memang 'BoBoiBoy' tapi Mak aku suka panggil 'Oboi' sebab comel. Akak ngan Ayah pun juga sama dulu panggil aku 'Oboi', tapi lama-lama sebab malu juga, 'Boy' lah yang jadi nama panggilan aku." jelas BoBoiBoy memandang langit dan tawa Yaya langsung menyapa telinganya.
"Kenapa nak malu? Comel lah panggilan tu. Aku panggil Oboi ye?" kata Yaya setelah tertawa.
"Tak pe, asal kau tak bagi tau kawan-kawan lain sebab malu aku. Terutama lagi landak ungu tu." kata BoBoiBoy dan Yaya mengangguk setuju.
Keduanya berbincang ria sembari ditemani oleh angin musim semi dan juga beberapa kupu-kupu khas Planet Thousand. Karena mereka berdua terlalu asik berbincang ria hingga tidak tahu adaa beberapa pasang mata yang melihat mereka.
"Abang, boleh ke bincang denga perempuan lain macam tu ke? Mai ingat Abang ni tak suka perempuan." heran Maira yang melihat aksi BoBoiBoy dengan Yaya dengan beberapa orang.
"Zein rasa pun macam tu. Apakah Abang suka dengan budak Yaya tu e?" sambung Zein sembari mengangguk perlahan.
"Bagus lah bila macam tu, BoBoiBoy tak akan dipasangkan lagi dengan puteri kerajaan lain." kata Rosa dengan kobaran api semangat yang terlihat jelas di matanya.
"Ah...., macam tu e. Adik kesayangan aku dah besar ternyata, kena bagi tahu Atok pasal ni." kata Ailsa yang diam-diam memotret momen indah adiknya dengan mata bersinar terang.
"Ail..., dah lah tu. Kau dah ambik gambar adik kau dari kita tiba kat sini." nasihat Kaizo sweatdrop melihat tingkah kekasihnya.
"Oh pasal ni kena bagi tau Mak Ayah kan, Akak?" kata Maira menengok ke arah Ailsa yang masih memotret sang adik.
"Kenapa korang kat sini?" suara Amato langsung masuk ke telinga kelima orang yang sedang memata-matai BoBoiBoy dan mata Amato langsung melihat ke arah objek yang sedang di mata-matai oleh kelima orang tersebut.
"Siapa yang bersama BoBoiBoy tu, Ail?" tanya Bella yang muncul dari belakang Amato.
"Oh dia kawan satu pasukan BoBoiBoy, Mak. Yaya nama dia dan agaknya..." Ailsa melirik ke arah BoBoiBoy yang masih berbincang dengan Yaya tanpa memperdulikan mereka yang sedang melihat aksinya.
"Padahal Ayah dah bawakan dia perempuan yang pasti. Meh sini, Ria." Ailsa terkejut dengan sosok perempuan yang muncul di tengah-tengah Amato dengan Bella.
Perempuan dengan manik mata coklat gelap dan surai pirangnya tergerai. Dengan menggunakan dress sederhana berwarna biru muda di sertai hiasan kepala yang berbentuk bunga mawar putih, membuat sosok itu sempat menjadi perhatian untuk sejenak hingga suara BoBoiBoy masuk ke telinga mereka.
"Kenapa korang kat sini?" mata BoBoiBoy langsung tertuju kepada permpuan itu dan tatapan yang awalnya hangat itu langsung kembali mendingin seperti saat ia datang ke taman tadi.
"Saya memberikan salam kepada cahaya baru kerajaan, Tuan Putera Aidan." kata perempuan itu menunduk hormat kepada BoBoiBoy dengan kesopanan selayaknya anggota bangsawan.
"Salam diterima. Kenapa kau ada kat sini, Ria?" jawab BoBoiBoy dengan datar. Mereka jujur terkejut jika BoBoiBoy bisa berbicara sedatar itu dengan seseorang terutama ke perempuannya.
"Aidan, bersikaplah lembut kepada Ria. Dia ialah calon isteri kau." tegur Amato. BoBoiBoy mengeratkan genggaman tangannya dengan Yaya, tapi tidak sampai menyakitinya.
Ya, sedari tadi tangan keduanya bergandengan secara tanpa sadar dan hanya beberapa orang yang menyadarinya, bahkan ada yang memotretnya.
"Tak apa Tuanku, saya paham dengan sifat BoBoiBoy yang masih labil ini. Saya akan cuba bujuk dia untuk setujui perjanjian ni." kata Ria, perempuan itu dengan sopan dan lembut selayaknya perempuan bangsawan.
Ria adalah teman lama BoBoiBoy setelah kematian Ceilo, namun dalam sudut pandang BoBoiBoy, Ria bukanlah sosok yang lembut, baik, perhatian seperti yang ditujukkan kepada keluarga BoBoiBoy.
Justru Ria adalah sosok yang manipulatif dan dia sering sekali mengungkit kematian Ceilo dengan berbagai kemungkinan bahkan pernah mengatakan dengan santai jika kematian Ceilo adalah akibat atas perbuatan BoBoiBoy yang terlalu terbuka dengan orang lain.
"Baiklah, Aidan jaga Ria sampai wali dia datang. Yang lain kembali ke kegiatan masing-masing." titah Amato tegas dan seperginya Amato dan Bella, keenam orang lainnya ikut pergi.
Namun diam-diam, BoBoiBoy membisikkan sesuatu kepada Yaya dan hanya di sadari oleh Ria saja. 'Kenapa budak tu dapat perhatian lebih dari BoBoiBoy?' heran Ria ketika melihat Yaya pergi menjauh bersama lima orang lainnya.
"Buat apa kau kemari?" tanya BoBoiBoy datar dan dia perlahan berjalan kembali ke tempat duduk awalnya.
"Aku hanya datang untuk sapa kau je setelah lama tak jumpa. Kau dah tumbuh e selepas terakhir kita jumpa, Abang Oboi." sebuah pedang halilintar langsung muncul di dekat Ria dan itu cukup membuat Ria diam.
"Jangan panggil aku macam tu lagi, atau aku tak ragu untuk arahkan pedang ni kat kau lagi." kata BoBoiBoy dingin seperti halilintar, ditambah matanya yang berkilat merah.
"Ba-baik BoBoiBoy—" belum juga Ria selesai berbicara, BoBoiBoy langsung memotong kalimatnya.
"Panggil aku Tuan Putera bila kat istana dan panggil aku Kapten masa kat Tapops. Jangan sekali-kali merasa dekat dengan aku." BoBoiBoy menghilangkan pedang halilintarnya dan berjalan masuk ke istana, meninggalkan Ria berdiri terdiam kaku di tempatnya.
"Oh dan bila kau cakap apapun pasal aku kat Mak Ayah, kau akan tengok buah atas ucapan kau nanti. Dan jangan kira aku akan terpedaya dengan ucapan manis kau tu sebab aku dah ada perempuan lain yang aku suka." itulah kalimat terakhir sebelum BoBoiBoy benar-benar meniggalkan taman istana.
"Pasti budak perempuan dengan tudung tu. Aku kena cari tahu pasal dia dan hapuskan dia dari hidup BoBoiBoy." gumam Ria kemudian di pergi dari taman itu tanpa tahu jika gerak-geriknya di lihat oleh seseorang.
"Kena bagi tahu BoBoiBoy ni." kata orang itu dan dia pergi untuk menemui BoBoiBoy yang sedang berada di kamarnya.
Beberapa hari kemudian, BoBoiBoy mulai kembali latihan untuk memulihkan staminanya. Dia berlatih bersama Double-T dan Kokotaim yang sedang pemanasan untuk latihan mereka kali ini, yaitu silat yang akan langsung di latih dari Ailsa yang memang ahli dalam silat.
Namun sayangnya, ketika akan memulai latihan, Amato dan Ria masuk ke dalam arena latihan. Tentu saja mereka sontak menghentikan aktivitas mereka dan memperhatikan Amato.
"Aidan, apakah betul kamu menagarhkan pedang kat Ria?" tentu saja mereka semua yang ada di ruangan itu langsung terkejut, bahkan BoBoiBoy sendiri juga terkejut. Setahu mereka, BoBoiBoy tidak akan mengarahkan pedangnya kepada siapapun bahkan kepada perempuan kecuali jika itu musuhnya.
"Betul, kenapa Ayah? Apakah Aidan salah bila melakukan hal tersebut?" kata BoBoiBoy tegas dan itu cukup membuat mereka kembali terkejut.
"Adab seorang lelaki terutama bangsawan ialah tidak mengarahkan pedang kat sekutu, kawan, atau saudara, terutama kepada perempuan. Tapi kau dah langgar hal itu dan Ayah akan hukum kau yaitu lari 5 km tanpa kuasa dan buat benda tu setiap hari." tentu saja Ailsa, Maira, dan Zein langsung membentengi BoBoiBoy.
"Ayah dah melampau, Aidan baru je pulih dan Ayah tega buat Aidan macam tu?" kata Ailsa membentengi adiknya.
"Ini ialah hukuman kepada adik kau dan kau tak payah masuk dalam perkara adik kau ni." kata Amato tegas.
"Masalah Aidan masalah kitorang juga. Aidan tak payah buat perkara macam tu bila hanya kepada Ria." kata Ailsa tak kalah tegas dari sang ayah.
"Ria ialah calon Aidan dan pakah pantas seorang calon suami buat hl macam tu kepada calon isteri dia? Tak pantas dan patut dikenakan hukuman." Amato dan Ailsa saling debat tentang perkara yang sama hinggab tidak menyadari Bella juga datang setelah mendengar pertikaian di ruang latihan.
"Aidan! Minta maaf kepada Ria sekarang." ucap Amato meninggikan suaranya dan BoBoiBoy yang mulai muak dengan ayahnya pun mulai bersuara lagi.
"Ayah! Aidan tak nak ikut apa kata Ayah lagi!" kata BoBoiBoy yang ikut meninggikan suaranya dan itu cukup membuat mereka kembali terdiam untuk beberapa saat.
"Aidan! Berani kau tinggikan suara kau kat Ayah?" tanya Amato berjalan mendekati BoBoiBoy. BoBoiBoy dengan wajah santai hanya melihat Amato seolah itu bukan ancaman.
"Ya! Dan satu perkara lagi, Aidan akan cabut gelar Putera Mahkota dan Aidan nak jadi penduduk Bumi macam manusia biase." kata BoBoiBoy mencabut pin yang menandakan jika dia adalah putra mahkota dan membuangnya begitu saja.
"Aidan!" Bella, Ailsa, Maira, dan Amato tentu tidak percaya jika dengan santainya BoBoiBoy melepas gelarnya dan..
*plak!
"Jangan muncul kat hadapan Ayah lagi." kata Amato setlah menampar BoBoiBoy. seumur hidupnya, belum pernah ia menampar seseorang terutama darah dagingnya sendiri.
"Ahahaha..., baik kalau itu mau Ayah dan satu perkara lagi. Ria bukanlah sekutu melainkan musuh, bila tak percaya korang boleh tanyakan kepada Fang." BoBoiBoy langsung berlari pergi tanpa memperdulikan panggilan dari teman-temannya.
"Fang apa yang dimaksudkan BoBoiBoy tadi?" Kaizo mengambil alih topik dan Fang pun menjadi pusat perhatian sekarang. Fang menghela nafas dan dia menggangguk pelan.
"Betul, saya tengok dengan mata kepala sendiri dan kau jangan anggap boleh kabur masa aku tengah cerita." Fang langsung menangkap Ria yang berusaha lari.
"Erghhh..., lepaskan aku budak!" kata Ria berusaha lepas dari jeratan tali bayang Fang.
"Tak akan sebab kau kaki tangan musuh BoBoiBoy." suasana menjadi tegang dan kilatan mata tajam langsung mengarah ke Ria yang terikat dengan kuasa Fang.
~𝙽𝙴𝚇𝚃~
2048 word
27/05/2023
☆Note from Amy :
Chapter "Twenty three" spoiler
"Kau..., rupanya itu kau! Aku dah agak kau ni bukan budak biasa." - BoBoiBoy
"Apa maksud kau ni BoBoiBoy? Aku tak faham lah." - Ria
"Jangan buat pura-pura tak tahu!" - BoBoiBoy
See you in the next chapter~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top