"Twenty seven"

"Amir, saya dah berkawan dengan anak kau dan dia sangat nak jumpa dengan kau setidaknya sekali je. Tolong jumpai dia masa dia jemput Ailsa dan Aidan kemari." Amirul hanya diam dan 'Ceilo' pamit untuk meningkatkan kekuatannya lagi.

"Bukannya saya tak nak jumpa. Tapi, saya masih tak sedia. Takut kecewakan Maira." gumam Amirul menatap kristal berwarna putih di sebelah kristal jingga milik BoBoiBoy.

Di sisi para anggota Tapops, mereka akhirnya mendarat di padang rumput yang terdekat dengan tebing tujuan mereka. Satu persatu mereka turun dan berkumpul di satu tempat.

"Semua dah hadir kat sini?" tanya Amato yang memimpin misi.

"Sudah Laksamana." jawab Kokotaim, Double-T, dan Trio T bersamaan. Amato mengamati mereka satu persatu sebelum melanjutkan penjelasannya.

"Ingat kat sini, kita tak akan membagi pasukan sebab berbahaya bila kita terpisah. Lepas tu, saya nak Laksamana Liore menjelaskan sesuatu yang sepertinya ingin di bicarakan sebelum berangkat." seluruh pasang mata langsung melihat ke arah Liore yang diam di barisan paling belakang bersama saudari dan suaminya.

Liore menghela nafas pelan dan dia seperti meyakinkan dirinya sendiri untuk mengatakan sesuatu. Halim hanya bisa meyakinkannya dengan menggenggam tangan Liore sedikit lebih erat.

"Baik, maaf bila saya tak cakap dengan korang sebelum berangkat. Tetapi saya mendapatkan laporan ada penjenayah yang bergerak menuju kawasan ni. Saya tak tahu pasti siapa penjenayah tu dan..., maaf tak nemberitahu korang sebelum berangkat." jelas Liore dengan wajah serius.

"Kat mana sekarang penjenayah tu?" tanya Maskmana yang berada di dekatnya.

"Sekejap lagi agaknya, diorang akan sampai kat Kawasan Amount. Itu yang informan aku cakap." jawab Liore dan hal itu menyebabkan keheningan sejenak sebelum suara Maira mengudara.

"Apapun itu, kita akan hadapi bersama-sama. Prioritas kita ialah temukan Laksamana Ailsa dan Kapten BoBoiBoy, pasal penjenayah tu kita dapat lawan dia bersama-sama nanti." Amato, Bella, Zein, dan Liore menatap sedih Maira.

'Dia tak terima bila kita bahas masalah lain, selain pencarian Ailsa dan BoBoiBoy.' pikir mereka dan akhirnya sepakat untuk membagi pasukan.

"Baik, saya serahkan pasal penjenayah tu dengan Trio T dan Maskmana. Untuk sisanya, kita jalankan rancangan awal." titah Amato sebelum mereka bergerak dan pencarian pun di mulai.

Sementara di tempat Ailsa dan BoBoiBoy berada, mereka masih di dalam kristal dan masih berusaha untuk "berteman" dengan sihir mereka sendiri.

Amirul sebenarnya mulai khawatir, namun dia meyakinkan diri bahwa keponakannya akan baik-baik saja.

Beberapa jam kemudian, terhitung 10 jam sejak mereka berada di dalam kristal, akhirnya ada tanda-tanda jika salah satu dari mereka akan menyelesaikan pelatihan.

"Hah! Akhirnya dapat keluar! Pakcik! Oboi nak tidur jap e!" ya, yang keluar terlebih dulu adalah BoBoiBoy yang langsung berseru keras sebelum tertidur.

BoBoiBoy keluar dengan keadaan lelah dan langsung merebahkan diri begitu saja kemudian terlelap dengan sendirinya sebelum Amirul menjawab apa yang dikatakan BoBoiBoy.

"Cepatnya dia tidur ni..." gumam Amirul dan dia pun memindahkan BoBoiBoy ke tempat yang memang di sediakan untuk istirahat.

Saat akan beranjak untuk memindahkan BoBoiBoy, kristal milik Ailsa bersinar dan Ailsa keluar dengan kondisi yang sama dengan sang adik. Ailsa hanya tersenyum lemas sebelum tertidur, Amirul hanya mampu sweatdrop melihat keadaan kedua ponakannya.

"Tak adik, tak kakak sama saja. Hah..., macam mana aku nak pindahkan diorang ni? Tak mungkin lah aku angkat keduanya, boleh patah pinggang aku ni." gumam Amirul meletakkan BoBoiBoy dan mencoba mencari cara.

"Kenapa kau tak cipta katil dari pokok? Lagi senang macam tu daripada pindahkan budak tu kat bilik rehat." Amirul langsung menepuk kedua tangannya setelah mendengar saran dari 'Ceilo' yang entah sejak kapan berada di dekatnya.

"Tuan memang best lah. Kenapa saya tak terfikirkan benda macam tu e?" kata Amirul dengan wajah berbinar.

"Kau terlalu risau akan diorang. Dah jom biarkan diorang rehat, kita ada banyak tugasan lagi tau." kata 'Ceilo' pergi terlebih dahulu dan setelah Amirul memastikan keponakannya nyaman, dia pun menyusul 'Ceilo'.

Di sisi anggota Tapops, mereka masih menelusuri lembah yang perlahan semakin gelap dan aura yang di pancarkan pun semakin pekat.

"Berapa lama lagi kita kena jalan ni, Laksamana?" keluh Ryan yang sudah malas berjalan dan memilih untuk memakai hoverboard miliknya.

"Kita dah berjam-jam berjalan, bila nak sampai lagi ni?" sambung Rey yang juga memakai hoverboard miliknya dan tiba-tiba...

*bong!

"Korang guna hoverboard! Tak payah nak mengeluh!" seru Zein dan Rosa bersamaan setelah memukul kepala kembar R.

"Korang diam boleh tak? Korang akan lagi penat bila bergaduh tau tak!" seruan Maira langsung membuat keempatnya terdiam dan suasana kembali hening.

"Korang dah penat ke?" tanya Kaizo kepada Kokotaim yang sedari masuk ke lembah terdiam dan hanya mengikuti kemana mereka akan pergi.

"Kitorang oke Kapten Kaizo. Mungkin..., penat sikit. Tapi selebihnya oke, kan Ying, Gopal, Fang?" jawab Yaya mewakili teman-temannya.

"Betul tu Kapten. Kitorang masih dapat lanjut berjalan." sambung Fang yang antusias. Kaizo tersenyum tipis di balik topengnya dan diam-diam menepuk pelan kepala Yaya dan Fang.

'Kapten/Abang tepuk kepala aku.' pikir Yaya dan Fang bersamaan, di pipi mereka terdapat semu merah tipis dan perjalanan mereka masih di temani oleh keheningan.

Sementara itu di permukaan, Liore dan saudarinya dengan penuh kewaspadaan tinggi mengawasi sekitaran. Halim juga ikut mengawasi namun dari pesawat angkasa, mengawasi radar.

"Kakak, yakin kita cuma jaga gini aja? Maksud Mima tuh, kenapa kita ga keliling aja?" tanya Lyori yang berjalan ke arah tepian tebing.

"Si 'Itu' bilangnya cukup tunggu di tebing aja. Soalnya musuh yang ke sini tuh sebenarnya bukan ngincar kita. Kita cuma jadi tameng di sini." jawab Liore melihat ke atas langit.

"Terus siapa yang musuh incar, Kak? Kita aja di sini cuma jadi tameng, berarti kita ga bakal dianggap serius sama musuh. Kecuali kalau kita ngehalangi rencana musuh." tanya Sky duduk di salah satu bebatuan yang dekat dengan pinggir tebing.

"Musuh lama keluarga kita sebenarnya, cuma sekarang incaran mereka bukan kita lagi. Tapi orang yang ada di bawah sana." balas Liore berjalan ke pinggir tebing dan duduk di pinggirannya, membiarkan kakinya melayang di ketinggian tebing.

"Musuh lama..., katanya tinggal sisa yang pertama sama ketiga ga sih? Yang kedua katanya tewas gara-gara salah sasaran." tebak Lyori dan itu diangguki oleh Liore.

"Entah salah sasaran atau ga sih, soalnya yang si 'Itu' bilang kalau waktu nyerang, musuhnya malah bangkitin kekuatan. Padahal prediksinya itu bakal diambil sebelum bangkit gitu, sama temannya musuh tu katanya sosm tidak terduga tapi jujur Kakak ga tau detailnya." jelas Liore melihat ke baah tebing yang gelap dan pekat.

"Kok bisa lho. Kan yang selama ini nerima informasi kan Kakak, kok bisa ga tau detailnya?" protes Sky menepuk dahinya.

"Ya manalah Kakak tau! Orang si 'Itu' kalo ngasih informasi cuma setengah doang, sisanya suruh nyari sendiri. Kalian kira inofrmasi yang Kakak kasih itu emang udah detail dari sana-nya? Oh tentu tidak adik-adik ku sayang, Kakak nyarsi sendiri detailnya." jelas Liore sedikit emosi, emosi kepada informannya.

"Udah, udah, gelut mulu kalian ini. Musuh 2 jam lagi sampai lho., udah ada di sektor sebelah masalahnya." kata Halim menghentikan perdebatan istri dan adik-adiknya yang memang jarang bisa akur seharian.

"Cepat kali. Perasaan terakhir itu masih di sektor punya Sky deh, kok udah sampe sektor sebelah aja." kata Liore bangkit dari duduknya dan hampir saja jatuh ke tebing jika Halim tidak memegang tangannya.

"Kayaknya pesawat mereka udah di perbarui deh. Sama kan kayak punya kita, bahkan punya kita lebih cepet ga sih?" kata Lyori yang sudah siap dengan pedangnya walau pun masih menunggu 2 jam.

"Siap buat ngelindungi yang lagi cari Ailsa sama Aidan! Walau prediksinya 2 jam, tapi kita harus siap dari sekarang." titah Liore menjauh dari pinggiran tebing dan mengeluarkan senjatanya. Lyori dan Sky maju ke sisi Liore dengan memegang senjata mereka masing-masing.

Halim di belakang mereka bertiga, menjadi pendukung. 'Mimi bener-bener serius soal yang ini. Mungkin gara-gara kejadian lama kali ya.' pikir Halim melihat punggung tegap Liore yang sudah bersiap.

Di sisi lain, Ailsa baru bangun dari tidurnya dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah BoBoiBoy yang sedang melakukan pemanasan.

BoBoiBoy hanya memakai t-shirt putih tanpa lengan dan jaketnya ia letakkan di salah satu kristal bersama topinya. Ailsa sendiri terpesona dengan adiknya yang sudah semakin kuat dan tampan.

'Kacaknya..., kalau Boy bukan adik aku ni..., aku dah minta Ayah kawinkan.' andai Ailsa yang pipinya sedikit merona.

BoBoiBoy yang menyadari jika sang kakak bangun pun langsung menyapanya. "Pagi Akak!" sapa BoBoiBoy melambaikan tangannya.

"Pagi adik Akak. Awalnya kau olahraga ni, tak penat ke badan kau?" kata Ailsa melambaikan tangannya, mengisyaratkan untuk mendekat dan BoBoiBoy langsung mendekat.

"Tak, BoBoiBoy rasa makin ringan. Macam mana keadaan Akak? Ada apa-apa yang sakit? Nak minum ke? Atau lapar? Boy panggilkan Pakcik ye?" Ailsa yang diserbu dengan pertanyaan dari sang adik hanya bisa menghela nafas dan ia menepuk pelan kepala sang adik.

"Akak okey. Penat je semalam, tapi sekarang dah tak pe. Terima kasih dah risau kan Akak e, Oboi." pipi BoBoiBoy merona dan dia melepaskan diri dari elusan kepala.

"BoBoiBoy nak latihan lagi, Akak bila nak makan ada kat sebelah Akak tu. Bila nak mandi, BoBoiBoy panggilkan Pakcik." kata BoBoiBoy berbalik arah, menyembunyikan rona merah pipinya.

'Lucunya adik aku ni. Pasti perempuan yang dia suka ni tak menyesal dapat lelaki macam Boy.' pikir Ailsa dan dia memakan makanan yang sudah di sediakan.

"Ail dah sedar rupanya. Sebabkan korang dah berhasil "berkawan" dengan sihir korang, korang boleh lanjut berehat atau mungkin nak berlatih lagi, boleh. Amboi..., semangat betul Oboi ni." kata Amirul yang tiba-tiba datang.

"Mestilah kena semangat, Pakcik. Kan Oboi nak lindungi keluarga, kawan-kawan, dan galaksi. Jadi, Oboi kena lebih kuat dari siapapun!" ucap BoBoiBoy dengan api semangat yang membara di belakangnya.

"Semangat betul kau ni. Oh dan jom ikut Pakcik kejap." BoBoiBoy tidak banyak bertanya dan hanya diam mengikuti langkah Amirul yang sudah mendahuluinya.

"Macam mana kabar diorang e? Dah sampai sini ke belum? Ah..., aku ada idea." Ailsa duduk bersila di tempatnya dan mulai menyebarkan semacam aura abu-abu.

"Sihir Pelacak." aura sihir Ailsa menyebar dan dia tersenyum setelah menemukan hal yang dia cari.

"Ah..., macam tu. Diorang dah nak sampai kat mari." gumam Ailsa menonaktifkan sihirnya dan memilih melatih sihirnya, sembari tiduran.

Berganti lagi ke sisi anggota Tapops, mereka akhirnya menemukan sebuah cahaya setelah berjalan berjam-jam di lorong yang gelap dan sunyi itu.

Setelah menyesuaikan cahaya, akhirnya mereka melihat pemandangan yang sudah mereka harapkan sejak memasuki lembah.

"Abang! Akak! Papa!" panggil Maira ketika melihat 3 sosok di balik sebuah pelindung.

"Korang!" Ailsa dan BoBoiBoy yang mendengar suara adik kecil mereka pun berlari ke arah pelindung di mana keluarga dan temannya berada.

"Alhamdulillah! Akhirnya Mai jumpa Akak ngan Abang!" seru Maira menempelkan diri di pelindung dan menangis haru.

"Korang kemari rupanya. Maafkan kitorang e, Mai." kata Ailsa tersenyum lembut kepada mereka.

"Abang..." Amirul yang merasa terpanggil pun mendekat ke arah Amato dan menempelkan tangannya di pelindung.

"Lama tak jumpa, Amato, Bella, Orion.... Maaf ye, Abang hilang tanpa kabar dan tak bagi kabar apapun ke korang." Bella menangis haru dan mendekatkan diri ke pelindung.

"Maaf, saya tak dapat jaga Mara. Saya..." Amirul hanya menggeleng pelan dan meletakkan dahinya di pelindung.

"Tak pe, itu bukan salah kau. Mara memang dah takdirnya pergi." mata Amirul sekilas melihat ke tatapan sang anak yang melihatnya.

"Maira..., anak Papa." tangis Maira langsung menjadi dan dia mendekat ke arah sang ayah walau terhalang.

"Papa! Maimai rindu Papa!" Amirul ingin sekali memeluk langsung putrinya walau hanya sekali.

"Semua, ketepi jap!" seru BoBoiBoy dan tiba-tiba pelindung itu menghilang. Amirul terkejut dan nyaris tersulut amarah jika 'Ceilo' tidak membuka suaranya.

"Aku yang suruh, Amir. Jangan marah." Amirul mulai tenang dan dia langsung diserbu sebuah pelukan dari Maira.

"Papa!" Amirul membalas pelukan itu dan Maira semakin menangis karena impiannya akhirnya terwujud, memeluk langsung sang ayah walau hanya sekali.

"Ailsa! Aidan!" bukan hanya Amirul saja yang diserang oleh pelukan, Ailsa dan BoBoiBoy juga diserang pelukan dari Bella.

"Hah..., korang okey? Mak risau masa dengar korang hilang." kata Bella ketika memeluk kedua anaknya dengan tangisan haru.

"Kitorang oke, Mak. Maaf dah buat korang semua risau, maafkan kitorang Mak, Ayah." Amato yang awalnya hanya melihat dari jauh pun mendekat dan ikut memeluk kedua anaknya dan istrinya.

"Maafkan Ayah yang selalu keras kat korang e. Ayah hanya tak ingin korang jadi macam Pakcik korang." akhirnya Amato mengungkapkan maksud aslinya dan itu mengundang haru Ailsa dan BoBoiBoy.

"BoBoiBoy maafkan Ayah. BoBoiBoy tahu maksud Ayah hanya nak lindungi BoBoiBoy dan Akak tapi BoBoiBoy marah dengan Ayah. Maafkan BoBoiBoy juga e, Ayah." kata BoBoiBoy di sela tangisnya.

"Itu bukan kesalahan kau, sayang. Ini salah Ayah yang tak pernah ungkapkan maksud Ayah." suasana haru menyelimuti mereka dan itu membuat yang lainnya ikut terharu.

*duar!

"Ahahahaha...terharunya..., maaf lah dah kacau momen korang tetapi terima kasih sebab dah hilangkan pelindung tu." BoBoiBoy dan 'Ceilo' yang kenal dengan suara tersebut langsung berusaha bangkit untuk melihat sosok yang mengacaukan momen tadi.

"Ughh..., kau..., kenapa kau kembali?" seru BoBoiBoy marah ketika dia dapat melihat siapa sosok yang datang tak diundang.

"Aku lupa kalau kau..., berusaha untuk..., dapatkan tempat ni." kata 'Ceilo' berusaha bangkit walau seluruh tulangnya seperti patah.

"Aahhahaha..., lama tak jumpa Tuanku. Saya, Camil, dah lama nantikan masa ni untuk jumpa Tuanku." rahang BoBoiBoy dan 'Ceilo' ketika sosok itu mulai menampakkan diri dari kumpulan asap.

~𝙽𝙴𝚇𝚃~
2158 word
19/06/2023

☆Note from Amy :

Akhirnya..., tinggal arc terakhir dari S1. Siapa ga sabar buat terbit S2?

BoBoiBoy : jangan macam book lama tau, Amy.

Iya iya, tak akan. Oh dan..., hmm..., pengen Amy kasih tau sekarang aja deh. Kalau nunggu sampe series book ini tamat, kelamaan.

Hehe..., ada yang ingat atau tau soal book fanfic pertama Amy dari fandom idolish7 yang judulnya "I Can Do It" ?

Bakal akan Amy adaptasi ke novel asli karangan Amy. Tenang bakal sama kok alurnya, cuma mungkin bakal sedikit lebih panjang dan ini baru tahap awal.

Jadi tunggu aja ya✧(。•̀ᴗ-)✧

Chapter "Twenty eight" spoiler

"Masanya beraksi, adik-adik ku." - BoBoiBoy

"Baik Abang!" - ???

See you in the next chapter~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top