"Twenty eight"
*duar!
"Ahahahaha...terharunya..., maaf lah dah kacau momen korang tetapi terima kasih sebab dah hilangkan pelindung tu." BoBoiBoy dan 'Ceilo' yang kenal dengan suara tersebut langsung berusaha bangkit untuk melihat sosok yang mengacaukan momen tadi.
"Ughh..., kau..., kenapa kau kembali?" seru BoBoiBoy marah ketika dia dapat melihat siapa sosok yang datang tak diundang.
"Aku lupa kalau kau..., berusaha untuk..., dapatkan tempat ni." kata 'Ceilo' berusaha bangkit walau seluruh tulangnya seperti patah.
"Aahhahaha..., lama tak jumpa Tuanku. Saya, Camil, dah lama nantikan masa ni untuk jumpa Tuanku." rahang BoBoiBoy dan 'Ceilo' ketika sosok itu mulai menampakkan diri dari kumpulan asap.
"Buat apa kau kemari!" seru BoBoiBoy berusaha untuk berdiri dengan bantuan kristal di dekatnya.
"Saja nak jumpa dengan Tuanku, dan jumpa adik aku ni." jawab Camil dengan senyuman yang tentunya licik walau terlihat manis.
"Sampai bila-bila pun aku tak akan jadi adik korang! Baik kau, Camilo, ataupun adik korang tu!" jawab BoBoiBoy tegas.
"BoBoiBoy..." BoBoiBoy merasa namanya dipanggil pun menoleh ke arah teman-temannya yang perlahan sadar.
"Korang..." gumam BoBoiBoy dan dia langsung menatap tajam Camil yang masih berbincang dengan 'Ceilo' di depannya.
"Saya sudah meminta dengan sopan, Tuanku. Saya hanya nak satu kristal je dari ke semua kristal yang ada kat gua ni, hanya Kristal Sihir tu je." kata Camil yang sampai di telinga BoBoiBoy.
"Tak akan! Aku tak akan serahkan Kristal Sihir tu kat kau! Kristal tu hanya untuk seseorang yang pantas! Dan kau bukan orang itu." ucap 'Ceilo' tegas.
"Tuan..." panggil Amirul yang bangkit dibantu Ailsa.
"Amirul, kau jaga diorang." kata 'Ceilo' tanpa menoleh sedikitpun ke belakang.
"Tapi Tuan..." gumam Amirul mencoba berdiri sendiri.
"Ini perintah!" potong 'Ceilo' tegas dan itu membuat Amirul mengangguk pelan, dirinya masih ragu untuk meninggalkan 'Ceilo' sendirian.
"Ceilo, boleh aku tolong kau?" tanya BoBoiBoy mencoba membujuk sahabat kecilnya.
"Maaf BoBoiBoy, tapi kau dan Ailsa ada tugasan lebih penting daripada ikut aku lawan dia. Pergi dapatkan adik-adik kau, BoBoiBoy." kalimat terakhir 'Ceilo' membuat BoBoiBoy tersentak sebelum dirinya mengangguk yakin.
"Tapi Tuan, saya tak dapat biarkan Tuan lawan dia seorang diri." Amirul masih mencoba membujuk Tuan yang sudah ia jaga selama nyaris 20 tahun lamanya.
"Amirul, aku dah lama tahan diri untuk tak keluarkan semua kuasa yang aku ada. Kau tak payah risau, Amirul. Lagipun, aku tak sendiri." tiba-tiba dari arah belakang, Camil terkena sebuah tembakan panah yang langsung hilang begitu tertancap di punggungnya.
Ailsa langsung tersenyum ketika melihat 4 siluet yang tidak asing. BoBoiBoy juga tersenyum tipis ketika melihat siluet tersebut.
"Korang!" panggil Ailsa ketika keempat siluet itu menampakkan diri mereka.
"Korang ni buat kitorang risau je." kata BoBoiBoy tersenyum lembut.
"Maaf dah buat korang risau, ye kawan-kawan. Tuanku Ceilo, maafkan saya tak dapat halang dia kat permukaan." siluet pertama yang terlihat adalah Liore, lengkap dengab sebuah pedang yang terbuat dari kristal.
"Santai saja, Nyonya Yuuki. Saya paham, jadi sebelum dia merebut Kristal Sihir, maka tugas kita adalah..." jawab 'Ceilo' tersenyum.
"Menghalanginya." jawab Yuuki bersaudara bersamaan dan Trio T langsung memposisikan diri disisi 'Ceilo'.
"Korang! Cepat pergi dari sini! Aku dengan adik-adik aku akan halau dia!" titah Liore dengan tegas.
"Tolong jaga Ceilo, Liore! Terima kasih!" BoBoiBoy dan rombongannya pun pergi dari tempat itu meninggalkan 'Ceilo' dengan Trio T bersama dengan musuh mereka.
"Ayo akhiri apa yang sudah kau mulai di generasi ke-8, Camil." kata Lyori yang mulai bersiap dengan kuda-kuda andalannya.
"Hoo..., kau ni..., generasi muda Yuuki e? Dah generasi berapa sekarang ni?" tanya Camil penasaran.
"Generasi 15. Mima! Zee! Formasi 3!" Liore memberi perintah dan yang dipanggil langsung bergerak sesuai perintah yang diucapkan.
"Kombinasi! Panah Racun!/Racun Cobra!" Sky dan Lyori memulai serangan kemudian pertempuran pun terjadi di mulut gua.
Sementara rombongan BoBoiBoy, mereka menjauh ke dalam gua dan berhenti setelah cukup jauh dari area pertempuran.
Amirul yang awalnya dipapah oleh BoBoiBoy pun mencoba berdiri sendiri dan berjalan ke depan beberapa langkah.
"BoBoiBoy, Ailsa, maafkan Pakcik tapi korang kena ambik semua kuasa yang ada kat sini. BoBoiBoy, kau pergi ke lorong sana dan ambik semua yang kau dapat." BoBoiBoy memahami situasi dengan cepat dan langsung melesat ke arah yang ditunjukkan oleh Amirul.
"Ailsa, kau pergi ke ujung sana. Pastikan kau dapatkan semua yang ada kat sana, Tuan Ceilo percayakan semua kat kau sekarang." Amirul
"Tapi Pakcik, kenapa mesti Ailsa? BoBoiBoy lagi pantas untuk dapatkan sihir dan kuasa tu. Ailsa tak semestinya dapatkan semua tu, BoBoiBoy yang lagi pantas." kata Ailsa dengan tatapan tidak percaya.
"Ailsa, kau dengan adik kau punya jalan yang berbeza dan perlu kau tahu, jalan yang dia ambil ni lebih berbahaya daripada jalan yang kau ambik." Amirul menatap Ailsa dengan mata penuh keyakinan dan harapan.
"Semua ni dah berjalan semestinya, kau tak payah risaukan yang lainnya kecuali diri kau sendiri. Pergilah sebelum Camil dapat lalui Tuan Ceilo dan Keluarga Yuuki." Ailsa menatap semua orang yang masih ada di sana dan dia langsung berlari ke arah yang di tunjukkan Amirul.
"Sekarang...., kita kena bertahan kat sini. Kita tak boleh biarkan Camil tu dapatkan kuasa yang dia nak." ucap Amirul dengan tatapan serius.
Amato menepuk pundak sang kakak dan dibalas anggukan dari Amirul. "Kita kena bertahan dan Abang masih hutang penjelasan ke kita tau." perkataan sang adik membuat Amirul mengembangkan senyumannya.
"Papa juga berhutang banyak sama Maimai." perkataan sang putri itu membuat hati Amirul menghangat perlahan.
"Baiklah. Selepas masalah ni selesai, akan Abang ceritakan semua dan akan Papa bayar semua hutang Maimai. Jom lindungi diorang dan selamatkan galaksi." terlihat di wajah mereka, semangat yang membara dan beberapa saat kemudian terjadi ledakan disusul tawa seseorang.
Di sisi Ailsa, dia akhirnya sampai di ujung lorong dan di sana ada 2 kristal berbeda warna yang bersebelahan. Ailsa menetralkan nafasnya sebelum berjalan mendekatkan diri ke kedua kristal di hadapannya.
"Jom Ailsa. Bila BoBoiBoy boleh, kau pun boleh. Kau pasti boleh Ailsa, aku percaya kat kau." gumam Ailsa sebelum dia duduk bersila di depan kedua kristal yang merupakan Kristal Sihir dan Kristal Inti Ras Han.
Sedangkan BoBoiBoy, ketika dia sampai di tempat yang ia tuju. Matanya awalnya menatap terkejut dengan apa yang ia lihat saat ini, tapi beberapa saat kemudian senyumannya mengembang lebar.
"Masanya beraksi, adik-adik ku." kata BoBoiBoy dengan senyuman mengembang.
"Baik Abang!" dari depan BoBoiBoy tiba-tiba saja muncul cahaya dan berkeliling di sekitaran BoBoiBoy.
Di sisi anggota Tapops, ledakan yang terjadi ternyata bukan hanya melemparkan debu kepada mereka tetapi juga beberapa orang.
"Ahahahaha..., saya kira Tuanku ni masih kuat macam pertama kali kita jumpa. Tapi ternyata..., menghampakan." suara Camil yang pertama kali terdengar setelah ledakan terjadi, kemudian di susul oleh suara seseorang dari belakangnya.
"Aquarius!" air datang dari tebasan pedang milik Liore dan hal itu membuat Camil lengah sejenak.
Waktu yang sempit itu di gunakan Lyori menyelamatkan 'Ceilo' dan membawanya ke Amirul.
"Jaga Tuan Ceilo sementara kami halau musuh dari kawasan ni." kata Sky yang membantu Lyori untuk membawa 'Ceilo'.
"Kami akan tolong." kata Fang mewakili dan Lyori hanya bisa menghela nafas pelan. Tak lama kemudian, Halim tiba dengan membawa alat-alat medis.
"Mima, biar Abang yang jaga sisi belakang sambil rawat Tuan Ceilo. Jangan khawatirin kita di sini." kata Halim dengan tatapan serius.
Halim memang dilatih tidak pernah takut akan situasi apapun dan meskipun tidak memiliki kekuatan apapun, dirinya memiliki kemampuan beladiri dan berpedang yang setara dengan Liore.
"Lyori, biar aku ikut berjaga kat belakang. Percayakan yang terluka kepada kami." kata Maira maju satu langkah dari tempatnya.
"Zee bakal bantu Bang Halim dan Maira." Lyori menatap adik angkatnya dan setuju dengan menempatkan keduanya di bagian belakang.
"Jom lindungi diorang." pertarungan pun kembali terjadi. Camil tetap tenang walaupun dirinya diserang dari berbagai arah, seolah mereka bukan tandingan untuk Camil.
Pertarungan masih berlanjut setelah 4 jam berlalu dan kebanyakan dari mereka sudah mulai kehabisan tenaga.
Sky, Maira, dan Halim berkali-kali kewalahan karena luka yang dialami oleh teman mereka yang bertarung bukanlah luka kecil biasa, beberapa bahkan ada yang mengenai titik vital.
Garda petarung jarak jauh juga mengalami luka yang cukup parah walau tidak separah yang benar-benar di garda depan; Amato, Liore, Yaya, Ying, dan Kaizo.
2 jam berlalu dan mereka sudah berada di batas mereka masing-masing, hanya tinggal Liore, Amato, dan Kaizo saja yang masih berdiri.
"Memang betul korang ni ialah pasukan kebanggan Tapops. Tapi sayang korang akan bernasib sama dengan kawan-kawan korang yang berani melawanku." Camil memasang kuda-kuda dan tangan kanannya mengepal dengan aura hitam yang menyelimutinya.
"Ada kata-kata terakhir?" tanya Camil tersenyum miring. Awalnya ketiganya hanya diam, sebelum ketiganya juga memasang senyuman miring bersamaan dengan angin kencang yang datang dari kedua ujung lorong.
"Ini bukan kata-kata terakhir kami..." Amato menurunkan tinjunya dan mulai bersikap santai.
"...tugas kami sudah cukup sampai di sini..." kata Kaizo menyarungkan kembali pedangnya dan membuka topengnya.
"...ada kata-kata terakhir?" tanya Liore terakhr sebelum sebuah kilat mengenai Camil.
"Tak mungkin..." belum juga Camil berkata lagi, dirinya terlempar ke sisi dinding gua yang nyaris hancur oleh sebuah api biru.
Camil berusaha berdiri lagi tapi lagi lagi dirinya terlempar oleh angin yang mirip seperti badai es kemudian mengenai jaring yang mirip dengan bentuk ketupat kemudian dirinya terjebak oleh gundukan tanah sebelum tiga cahaya mengenainya.
"Lambatnya korang ni, ada masalah ke?" tanya Liore yang akhirnya tumbang, dengan Halim yang menangkapnya.
"Maaf dah buat korang tunggu lama. Kerja bagus Izo, kau dapat rehat sekarang." Kaizo tersenyum tipis dan dia akhirnya tumbang dan Fang langsung sigap menangkap sang kakak.
"Serahkan dia kepada kami, Ayah. Korang baik rehat dan pulihkan diri, jom bertarung adik-adik." debu-debu pun mulai turun dan mereka akhirnya tahu apa yang terjadi.
"Akhirnya korang berjaya, Ailsa, Aidan." gumam Amirul ketika melihat 9 orang yang berdiri tegap di depan mereka.
"Mestilah Abang Boy hebat, dia ni pandai dan kacak macam naku jadi Abang Boy berjaya." ucap orang yang menyerang dengan cahaya, Solar tahap 2.
"Abang Oboi ni memang hebat." ucap orang yang membuat jaring daun, Duri tahap 2.
"Abang BoBoiBoy memang orang yang pantas sebab dia baik dan kuat." sambung orang yang membuat angin menjadi badai salju, Ice tahap 2.
"Abang Boy memang kuat! Tak de yang dapat buat Abang Boy kalah!" lanjut orang yang membuat api biru, Blaze tahap 2.
"Betul apa kata Blaze. Abang tak akan kalah semudah itu!" seru orang yang membuat angin, Taufan tahap 2.
"Saya setuju dengan diorang. Lagipun hanya Tuan—ah maksud saya Abang BoBoiBoy yang pantas untuk kuasa ni." ucap orang yang menjebak Camiln dengan tanah, Gempa tahap 2.
"Betul, saya pun setuju dengan Gempa dan yang lainnya." ucap orang yang menyerang Camil pertama, Halilintar tahap 2.
"Korang ni melebih-lebihkan je. Akak Ail pun hebat lah, bukan aku saja. Lepas tu jangan panggil aku 'Oboi'!" kata orang sedari tadi dipuji-puji, BoBoiBoy yang penampilannya berubah layaknya seorang raja.
"Kau yang paling hebat, Oboi. Akak bangga dengan kau. Lagipun lucu nama panggilan tu, kenapa kau tak suka?" ucap wanita yang ada di sebelah BoBoiBoy, Ailsa yang memiliki penampilan layak seorang ratu.
"Ma-macam mana korang dapat kuasa tu? Hah! Kenapa korang yang dapatkan kuasa dari Kristal Sihir!" Camil tidak terima dan amarah yang meluap itu membuat sekitarnya muncul kabut hitam.
Tapi tak berselang lama kabut tersebut dinetralkan oleh kekuatan gabungan milik Taufan dan Ice.
"Jangan pengaruhi fikiran diorang dengan sihir hitam kau, Camil. Tak akan kitorang biarkan kau sentuh diorang lagi." Camil merasa dipermainkan oleh "bocah" dihadapannya.
"Korang dah berjuang, akan aku hantar korang ke kapal angkasa. Berehatlah dan jangan risaukan kitorang." Ailsa menjentikkan jarinya dan teman beserta keluarganya tiba-tiba saja sudah berada di kapal angkasa milik Double-T.
"Betul ke kita tak payah risaukan diorang?" tanya Maira khawatir dengan kedua kakaknya.
"Tak payah risaukan akak dengan abang kau, sayang. Diorang kena buat tugas diorang yang telah leluhur kita bagi kepada diorang, lagipun diorang kan kuat." Maira memeluk sang ayah dan terisak pelan, hanya Amirul yang tahu jika Maira menangis.
'Semoga korang selamat, Ailsa, Aidan. Kitorang tunggu kat sini.' batin Amirul melihat keluar jendela di mana hari ternyata sudah malam.
Beberapa jam dalam keheningan, hingga mereka merasakan getaran dari tanah kemudian dari arah tebing, muncul 3 siluet yang saling menyerang kemudian di susul 7 siluet lainnya.
Yang hanya bisa di lihat oleh mereka hanyalah siluet yang bergerak ke sana kemari karena kecepatan yang tidak bisa diikuti oleh mata biasa.
Siluet itu berhenti bergerak setelah 3 jam dan menampilkan sosok yang sedari tadi bertarung. Nampak musuh mereka, Camil, sudah babak belur sedangkan pihak mereka hanya menerima beberapa goresan saja.
"Menyerahlah Camil. Kau sudah tak de hal untuk kau lindungi atau kau kuasai, maaf saja tapi adik tersayang kau ternyata memilih untuk mengakhiri hidup dia." kata BoBoiBoy dengan tatapan serius.
Bagaimana dia bisa tahu? Berkat informan terpercaya miliknya yang bisa mengirim pesan lewat jam miliknya kapanpun dan dimanapun.
"Ini semua sebab kau! Bila kau menurut je dengan Camilo, semua tak akan macam ni!" teriak Camil tidak terima dan Camil menyerang dengan membabi-buta.
Tentu saja keduanya bisa menghindari dengan mudah bahkan Ailsa bisa melumpuhkan Camil. Camil yang di tahan pun menggeram kesal dan BoBoiBoy mendekatkan diri ke Camil.
"Maaf, tapi aku tak akan serahkan kuasa dan sihir yang telah aku dapatkan dengan susah payah kepada orang yang tak aku kenali. Maaf tapi kisah korang akan berakhir kat sini..." BoBoiBoy mendekatkan tangannya ke Camil, tapi terhenti karena suara seseorang.
"Kejap BoBoiBoy! Aku nak bincang kejap dengan Camil!" BoBoiBoy dan Ailsa menatap ke arah suara dan terlihat di pintu masuk kapal angkasa Double-T, 'Ceilo' yang berdiri dibantu oleh Maira.
"Ceilo, kau tak pe ke?" tanya BoBoiBoy khawatir.
"Aku tak pe, BoBoiBoy. Aku ada hal yang nak aku katakan kepada Camil." BoBoiBoy memberikan ruang kepada 'Ceilo' dan berdiri di sebelah Maira.
Awalnya hanya hening tapi 'Ceilo' tiba-tiba saja menundukkan kepalanya kepada Camil dan menggumamkan satu kalimat yang bisa membuat Camil terkejut.
"Kau..." 'Ceilo' mengangkat kepalanya dan tersenyum kepada Camil. Tentunya hal itu membuat ketiga saudara itu terkejut bukan main.
"Maaf tak menyadarinya, tapi ambisi itu ternyata mengambil alih pikiran korang. Maaf lambat sadar dan tak pernah cuba untuk bujuk korang." kata 'Ceilo' dengan nada sendu.
"Bukan salah kau juga, Ceilo. Ni salahku, jadi jangan merasa bersalah." ketiga saudara itu kembali terkejut lagi karena Camil bisa berkata selembut dan setenang itu.
"Terima kasih. BoBoiBoy, Ailsa, korang dapat lakukan tugas korang." BoBoiBoy dan Ailsa mendekat kemudian kedua tangan mereka saling bertemu.
Cahaya muncul dari tangan keduanya dan ketika cahaya tersebut redup, Camil yang berada dibawah jagaan Ailsa langsung bersinar bak cahaya kemudian berubah menjadi debu cahaya.
"Semoga kau tenang kat sana, Abang Camil." gumam 'Ceilo' dan tiba-tiba saja dia terbatuk darah.
"Ceilo!" BoBoiBoy yang mendengar suara batuk langsung melihat ke arah sahabatnya dan langsung menangkap 'Ceilo' yang akan terjatuh.
"Maaf BoBoiBoy, aku dah tak boleh bertahan. Kali ni memang masanya aku untuk pergi." kata 'Ceilo' pelan. BoBoiBoy menggeleng dan menggenggam tangan 'Ceilo', menyalurkan sihir penyembuhan.
"Aku mohon, Ceilo. Aku tak nak jauh dari kau lagi, kita baru je jumpa. Kenapa kau kena pergi lagi?" kata BoBoiBoy dengan air mata mengalir. Ailsa dan Maira hanya bisa diam, bahkan Maira sampai memeluk Ailaa agar isaknya tidak di ketahui yang lainnya.
"Maaf BoBoiBoy, tapi memang aku hanya bertahan sampai korang selesaikan tugas korang dan tugas korang dah tuntas." air mata BoBoiBoy mengalir semakin deras dan tubuh 'Ceilo' tiba-tiba berubah menjadi debu cahaya sama seperti Camil sebelumnya.
"Maaf dah tinggalkan kau lagi, tolong jaga kuasa tu dan galaksi, terima kasih dah buat hidupku berwarna. Selamat tinggal." 'Ceilo' berubah sepenuhnya menjadi debu cahaya dan terbang mengikuti angin, bersamaan dengan terbitnya matahari pagi.
~𝙽𝙴𝚇𝚃~
2547 word
11/07/2023
☆Note from Amy :
Hai semuanya—
All chara : APESAL LAMBAT UPDATE NI!
Ughh..., maaf lah. Tak de idea tetiba ni dan maaf baru update... Hehe...
Oke, selanjutnya bakal banyak penjelasan jadi mungkin bakal panjang jadi siap-siap untuk baca chap selanjutnya ya. Kalian bakal tahu asal usul Camil dan Ceilo di sana nanti.
Oh dan mulai dari chapter berikutnya sampai series berikut tidak akan ada spoiler seperti biasa. Oke~
See you in the next chapter~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top