"Sixteen"
Kembali ke masa sekarang...
Setelah mendengarkan cerita BoBoiBoy, suasana kembali hening untuk beberapa saat. Ailsa menatap sang adik begitu juga sebaliknya, keduanya hanya menghela nafas pelan.
"Tapi kenapa kitorang tak sedar bila Laksamana ni... Akak kepada BoBoiBoy?" tanya Yaya setelah keheningan.
"Korang kenal saya sebagai Ail, budak yang tak pandai kawal kuasa. Tapi sekarang saya dah beza dari 11 tahun lepas, saya dah berubah." jawab Ailsa berjalan ke arah BoBoiBoy dan menepuk kedua pundak adiknya.
"Saya pun bukan hanya Laksamana, tetapi Puteri kerajaan ni. BoBoiBoy pun sama, dia bukan hanya Kapten korang tetapi dia Putera Mahkota kerajaan." lanjut Ailsa dan keheningan terjadi kembali.
"Kau putera mahkota?" kejut kawan-kawan BoBoiBoy menatap sahabat mereka dengan tatapan tidak percaya.
"Ya, sebabkan aku anak lelaki pertama diantara keluarga ni. Zein lahir 1 tahun selepas aku, dan tiada lelaki lain selain kitorang berdua." balas BoBoiBoy menunjuk dirinya dan Zein yang duduk di dekat Maira.
"Lepas ni pun, Amato akan digantikan oleh BoBoiBoy. Sebabkan usia BoBoiBoy yang dah nak 20 dan dia dah cukup ilmu untuk pimpin kerajaan." sambung Airin.
"Jadi, BoBoiBoy tak akan jadi anggota Tapops lagi?" tanya Fang dengan wajah kecewa, begitu juga dengan yang lainnya. Menjadi raja berarti melepaskan tanggung jawab di Tapops.
BoBoiBoy menyadari raut wajah kekecewaan kawan-kawannya dan dia membulatkan keputusannya, "Aku tak akan keluar dari Tapops dan aku tak nak jadi raja. Aku hanya nak jadi BoBoiBoy, seorang superhero galaksi dan lindungi kawan-kawan aku." jawab BoBoiBoy tegas dan itu membuat semua orang di ruangan itu terkejut bahkan para penjaga dan pelayan yang berada di ruangan itu juga ikut terkejut.
Mereka belum terlalu mengenal BoBoiBoy, tapi selama beberapa hari di istana, BoBoiBoy menunjukkan ketulusan hatinya dan juga sifatnya yang memang layak menjadi penerus jika dipikirkan kembali.
"Apa maksud kau, Nak?" tanya Amato menatap putranya dengan serius. BoBoiBoy tahu jika dia berkata demikian, maka akan ada perseteruan antara dirinya dan keluarganya, terutama sang ayah yang kini menatapnya serius.
"BoBoiBoy dah fikirkan pasal ni selepas serangan Retak'ka, tugas BoBoiBoy ialah melindungi galaksi bukan hanya Planet Thousand, ras Han, dan rakyat."
"Tanggung jawab ni yang BoBoiBoy pegang dan BoBoiBoy tak dapat lindungi galaksi bila BoBoiBoy jadi raja. Zein lagi pantas untuk posisi ni, dia bertanggung jawab atas semua urusan istana dan kerajaan daripada saya." jelas BoBoiBoy tegas dan penuh keyakinan.
Ailsa dan Maira menatap BoBoiBoy dengan tatapan kagum, sesaat mereka melihat bayangan tak asing bagi mereka di belakang BoBoiBoy. 'Pakcik Amirul./Papa.' batin keduanya.
Ailsa dan Maira saling memandang kemudian mengangguk secara bersamaan. "Maafkan Ail Ayah, tapi Ail sokong keputusan Aidan. Ail tahu tujuan Aidan ni mulia dan tolong hargai keputusan tu." sambung Ailsa menepuk pundak sang adik yang duduk di sebelahnya.
"Akak.... / Ailsa...." Amato dan BoBoiBoy sama-sama bergumam. Keduanya terdiam cukup lama, membuat suasana menjadi canggung.
"BoBoiBoy nak balik bilik jap." BoBoiBoy meninggalkan ruangan tersebut dan meninggalkan kecanggungan yang terjadi akibat perdebatannya dengan Amato.
"Ail temankan Aidan kejap Ayah, Mak, Makcik." Ailsa keluar dari ruangan itu tak lama setelah BoBoiBoy keluar, Kaizo ikut keluar menemani Ailsa atas perintah Bella. Amato menghela nafas kasar dan mengusap wajahnya.
"Budak tu..., kenapa dia makin degil lepas 11 tahun aku suruh dia berdikari?" gumam Amato yang tidak habis fikir dengan putranya.
"Takpe lah, Amato. Hati budak tu tulus nak lindungi galaksi, biarlah dia jalankan apa yang dia nak. Masalah ahli waris tahta ni, Zein pun dah cukup." nasihat Airin menepuk pundak adik iparnya.
"Tapi aku tak nak dia bernasib sama dengan Abang." satu kalimat itu langsung membungkam kedua wanita di sebelahnya, atau mungkin satu ruangan yang tahu kisah kelam masa lalu Amato.
"Ayah, Mai yakin Papa tak kan biarkan Abang Boy bernasib sama macam Papa. Selama ni, Mai tengok bila Abang Boy senantiasa berlatih dan tak sengaja Mai tengok Papa kat dekat Abang. Papa senantiasa awasi Abang masa latihan, Mai yakin." kalimat panjang Maira membuat Amato membulat tidak percaya.
"Abang, kita bagi Aidan masa. Bila dia dapat lindungi galaksi, kita akan ubah hak waris tahta tu kat Zein je." Amato masih terdiam, dia teringat masa lalunya yang mirip dengan hari ini.
19 tahun yang lalu... Planet Thousand...
"Amato, tengok Formasi Bintang tu. Cantik kan?" seorang pemuda usia 26 tahun sedang duduk di pembatas balkon sembari menatap langit malam yang sedang menampilkan Formasi Bintang.
Di sebelahnya ada pemuda 21 tahun yang juga ikut mengamati langit di sebelahnya. Keduanya adalah Amirul dan Amato, anak-anak Tok Aba dan kelak salah satu dari mereka akan mewarisi tahta kerajaan Han.
Mereka juga anggota terbaik Tapops dan pangkat mereka saat ini adalah Laksamana Muda. Keduanya sama-sama berbakat dan digandrungi oleh para hawa di luar sana, baik di kerajaan maupun di Tapops.
"Cantik, Abang. Eh mana Bella, Akak Airin, Orion, ngan Mara?" tanya Amato setelah menyadari jika hanya mereka berdua yang ada di balkon itu.
"Diorang tengok tu kat bukit belakang. Kau temankan Abang je kat sini." Amato hanya mengangguk dan mereka berdua hanya mengamati dalam diam fenomena yang terjadi di langit planet mereka.
Setelah selesai, keduanya tiba-tiba dipanggil oleh Raja untuk menghadap ke ruang pertemuan keluarga. Keduanya bersiap-sedia dan langsung pergi menghadap raja.
"Salam kepada Tuanku Raja Zihan." kata Amirul dan Amato ketika mereka berada di ruang kerja raja. Sang Raja yaitu Zihan Han, melihat ke arah keponakan angkatnya dan dia menyuruh keduanya untuk mendekat.
"Amirul, Amato, kejap lagi Pakcik nak bagi tahta ni kat salah satu dari korang. Amirul, kamu sebagai putra tertua bersedia tak nak gantikan saya?" ucap Yang Mulia Raja Zihan dengan penuh kebijaksanaan dan ketegasan yang terpapang jelas di setiap inci wajahnya.
"Terima kasih Tuanku Raja Zihan, tapi maafkan patik sebab patik lagi suka dengan posisi saya sebagai Laksamana Tapops. Sekali lagi maafkan patik yang tak dapat teruskan tahta." jawab Amirul dengan keyakinan tinggi di matanya.
"Abang...." Amirul menatap sang adik dan hanya tersenyum menanggapi gumaman sang adik.
"Baiklah, saya akan hargai keputusan kamu. Amato, kau sedia? Bila kamu pun nak ikutkan jalan macam Amirul pun tak pe, saya tak akan paksakan." Amato terdiam, dia sedang berpikir tentang keputusannya nanti.
Amato sangat ingin menjadi seorang penerus tahta sesuai dengan permintaan sang ibu dulu. Tapi di sisi lain, dia cinta dengan petualangannya bersama sang kakak dan ingin berpetualang ke seluruh galaksi bersamanya.
"Tidak perlu bagi jawabannya masa ni juga, Amato. Baik fikirkan dulu dan saya akan tunggu sampai jawaban kamu tepat macam yang kamu inginan. Baliklah kat bilik dan tidur, esok korang kan kena balik kat stesen Tapops untuk misi." Amirul dan Amato pamit undur diri dan kembali ke kamar mereka.
Keduanya hanya diam, tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing. Hingga suara perempuan mengalihkan pemikiran mereka dan menciptakan senyuman di wajah keduanya.
"Baru balik?" tanya Amirul mendekat ke arah Mara Star, istrinya. Mara adalah alien yang berasal dari ras Star yaitu alien yang memiliki kuasa atas bintang.
Mara adalah keturunan terakhir setelah Retak'ka menyerang planet itu 100 tahun yang lalu walau di planet yang ditinggali oleh para bangsa Star tidak terlalu memiliki energi kuasa elemental.
Mara diselamatkan oleh Amirul yang sedang dalam misi untuk mencari power sphera Starbot dan Moonbot. Awalnya memang hanya teman biasa namun benih cinta tumbuh dan keduanya menikah 2 tahun yang lalu.
"Dah 10 minit lepas. Abang kemana tadi dengan Mato?" jawab Mara dengan nada cerianya yang khas dari seorang Mara.
"Kitorang tadi kena panggil dengan Pakcik Zihan dan macam biasa. Lepas tu, boleeh tak berhenti panggil aku macam tadi? Rasa macam kau panggil aku tomato lah!" jawab Amato dengan protes diakhir.
"Eh? Tapi Mato tu comel tau nama dia. Kau tak suka ke?" Mara mulai berkaca-kaca dan itu membuat Amato panik.
"Eh? M-Mara, janganlah nangis. Kau boleh panggil aku sesuka kau, jadi berhentilah nangis." bujuk Amato dengan panik karena sekalinya Mara menangis, maka akan sukit berhenti dan Mara bisa menjauhinya selama berminggu-minggu.
"Oke~" Mara kembali ceria dan Amato bernafas lega.
"Kau panik bila Mara merajuk, tapi aku tak?" goda Bella yang ada di sebelahnya pura-pura marah dengan kelakuan Amato yang sudah menjadi suaminya 3 tahun yang lalu.
Amato dan Bella menikah karena faktor perjodohan yang dilakukan Zihan dan juga Tok Aba. Seharusnya Bella bersama dengan Amirul tetapi amirul mengatakan jika dia sudah memiliki calon.
"Eh bukan tu maksus Abang, sayang. Janganlah merajuk, nanti adik Ail jadi tak suka dengan ayahnya." kata Amato kembali panik lagi.
Amato sudah memiliki Ailsa yang masih berumur 1 tahun dan beberapa hari yang lalu Bella ketahuan hamil lagi dan sudah beberapa minggu.
"Jaga-jaga bila ibu hamil ni lagi garang tau, amato." kompor Airin dengan wajah jahilnya.
"Airin, jangan goda amato macam tu." Amato sesaat menatap suami airin dan adik Mara, Orion Star, dengan tatapan berbinar.
"Tapi cakap je bila nanti anaknya tak kan terlampau suka dengan ayahnya." Amato kembali pundung ketika Orion mengejeknya juga seperti Airin.
"Korang ni memang sesuai." gumam Amato pundung.
Keenamnya tertawa ketika melihat Amato berhasil dijahili oleh kakak-kakaknya. Mereka tetap akrab walau mereka sering bertengkar untuk masalah sepele tanpa ada yang tahu jika ada dari mereka yang akan pergi.
Beberapa hari kemudian, keenamnya yang merupakan satu pasukan diberi misi untuk mencari maklumat pasal Planet Hundred.
"Alamak, macam mana ni? Ayah kan kata tak boleh masuk kat planet tu." kata Airin panik.
"Aku dah hubungi ayah dan dia akan bantu kita untuk tuntaskan misi kali ni." kata Bella meletakkan kembali alat komunikasinya.
"Cepat betul kau negosiasi dengan ayah." komentar Airin menatap kagum adiknya.
"Bila Akak cakap sesuai dengan realiti, ayah akan dengarkan bahkan bantu kita. jom kat istana jap untuk jumpa ayah." singkat cerita mereka ke Planet Thousand terlebih dahulu sebelum ke Planet Hundred.
Di istana, mereka mendapatkan cukup banyak informasi tentang Planet Hundred yang tertutup.
"Ayah macam pernah kat sana bila tengok dari cara ayah cerita." komentar Airin melirik tajam ke Zihan yang notabene adalah ayah kandungnya sendiri.
"Memang pun. bukan cuma Ayah, tapi Amirul dengan Mara pun pernah kat sana untuk berlatih." sontak semua mata di ruangan itu menoleh ke arah pasutri yang sedari tadi hanya diam memperhatikan sembari membaca beberapa buku.
"Abang..., Akak..., korang pernah kat planet hundred?" tanya Orion menatap kedua kakaknya tidak percaya.
"Hm? oh ya, masa tu kitorang tengah berlatih dan Abang Mirul tak sengaja teleport kan kitorang kat sana." jawab Mara santai kemudian membalik halaman buku yang sudah ia baca.
"Lepas tu, apa yang korang nampak kat sana? Sama macam yang Ayah cakap bukan?" tanya Bella dengan mata berbinar karena rasa penasaran yang tinggi.
"Sama, tapi aku nak tambahkan sikit lagi maklumat tu." suasana di sekitar mulai tegang karena Amirul mulai menampakkan sisi seriusnya yang hanya berlaku ketika menurutnya masalah yang sedang dibicarakan adalah masalah yang serius.
"Masa tu, kitorang berada kat sebuah gua yang dalam agaknya sebabkan masa kitorang cari jalan keluar tu menanjak tinggi sangat. Kat gua tu, banyak sekali kristal yang bercahaya dan tempat tu betul-betul indah." Amirul menjeda sejenak penjelasannya untuk mengambil nafas.
"Tapi bagiku, tempat tu macam pelik sikit. Aku tak tahu apa perkara yang buat tempat tu pelik semacam dan aku rasa tempat tu..., untuk bangsa Han. Tu je yang aku nak bagi tahu dan aku nak minta Amato berjaga-jaga." suasana menjadi tegang untuk beberapa saat hingga seorang pengawal masuk dan memberitahukan sesuatu kepada Zihan.
"Tuanku Raja Zihan, sebuah sinyal asing dari Planet Hundred dan sinyal power shpera dari planet yang sama." lapor pengawal itu menunduk hormat kepada 7 orang di hadapannya.
"Power sphera apa?" tanya Amato dengan nada tegas.
"Timebot, Roombot, dan sebuah power sphera tak dikenali." para pangeran dan putri itu terkejut bukan main.
"3 sekali?" tanya Airin tidak percaya.
"Kau pasti maklumat tu betul datang dari Planet Hundred?" tanya Orion dengan tatapan menyelidik kepada pengawal itu.
"Patik pasti Tuan Putera Orion, patik sendiri sudah memastikan berulang kali sebelum patik laporkan kepada Tuanku sekalian." jawab pengawal itu tetap menunduk hormat, takut dengan tatapan Orion yang bisa membunuh seseorang.
"Aku baru dapat message dari atasan, kita kat sana bukan saja untuk cari maklumat tapi juga cari 3 power shpera yang dia dah sebut tadi. Jadi, macam mana?" keenam orang itu menatap ke arah Zihan yang tidak ikut dalam pembicaraan.
"Hah..., korang boleh pergi. Tapi saya harap korang dapat balik utuh berenam, faham?" keenam itu langsung hormat Tapops dan berjalan meninggalkan ruang kerja Zihan.
"Tuanku yakin biarkan Putera dan Puteri untuk pergi kat Planet tu? Terutama Putera Amirul dan Putera Amato." Zihan berdiri dari kursinya dan mendekat ke arah jendelauntuk melihat kepergian anak, menantu, dan keponakannya.
"Kalaupun diorang tak kembali dalam kondisi macam diorang pergi, ini dah ketentuan yang bangsa Han kehendaki. Kita hanya dapat menunggu." pesawat angkasa melakukan lepas landas dan Zihan kembali ke kesibukannya sebelum keenamnya datang.
~𝙽𝙴𝚇𝚃~
2072 word
01/05/2023
☆ Note from Amy :
Chapter "Seventeen" spoiler
"Kau pergi je lah. Abang tak boleh keluar dari dalam ni." - Amirul
"Amato cuba hancurkan kristal tu ya, Abang. Mechablaster!" - Amato
"Uhuk! Amato berhenti!" - Amirul
"Tapi Abang..." - Amato
"Amato pergi! Kau tak dapat hancurkan tempat ni!" - Amirul
See you again in the next chapter~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top