"Nineteen"

Sementara itu di sisi Yuuki bersaudara, setelah Sky memberi tahu jika mereka mendapatkan cuti ke Bumi, segera mereka langsung berangkat tanpa membawa barang-barang karena mereka bisa beli lagi.

"Sky, periksa mesin. Dek, lo yang pegang kemudi 2." perintah Liore tegas sembari menjalankan kursi rodanya ke kemudi utama dan tak lama setelah mesin di periksa, mereka berangkat.

Selama perjalanan, hanya heninglah yang menemani mereka. Ketiganya sudah terbiasa akan keheningan yang terjadi, dan mereka bisa diam seperti itu berjam-jam.

"Panggilan masuk dari Halim. Panggilan masuk dari Halim—*pip"

"Kenapa Lim?" Liore memulai pembicaraan dengan orang yang meneleponnya.

"Lo dapet cuti?" nampak pemuda 23 tahun dengan rambut merah maroon dan manik mata merah ruby menatapnya dengan tatapan berharap.

Dia adalah Halim Reqa Asy'ari, sepupu jauh Yuuki bersaudara dan juga tangan kanan Liore yang mengurus semua pekerjaan di Bumi.

"Dapet. Ni otw, kenapa?" kata Liore datar sembari mengoperasikan pesawat angkasanya.

"Gapapa, ni pemakamannya itu tanggal 7 jam 10 pagi. Semua kerabat, kenalan, klien, rekan bakalan dateng. Termasuk..." Halim menatap Liore dan Lyori secara bergantian, Sky yang tahu apa yang Halim maksud pun hanya bisa diam.

"Gapapa, Gue oke. Toh dia kan..., tunangan gue." Lyori dan Sky menatap Liore prihatin. Halim tahu jika sebenarnya Liore tidak ingin "orang itu" hadir di acara keluarga Yuuki.

Tetapi hubungan Liore dan "orang itu" bukan hanya sekadar teman masa kecil namun sudah masuk ke tahap pertunangan. Liore hanya menganggapnya sebagai teman, namun tidak dengan "orang itu" yang tergila-gila dengan Liore, bisa dibilang obsesif.

"Hah..., kalo lo emang ga suka sama 'dia', seharusnya lo ga usah terima tawaran pertunangan itu. Gue lebih khawatir sama lo, Mi." Liore hanya diam, tidak membalasnya dengan sepatah kata pun.

"Lim, nanti sambut kita di lapangan biasa. Gue rasa Kakak ga mau bahas lanjut soal 'dia'. Kita perkiraan sampai..., tanggal 6 jam 12 siang." kata Lyori menggantikan sang kakak.

"Oke, nanti gue suruh bodyguard buat kosongin lapangan tanggal 6." panggilan berakhir secara sepihak.

Lyori dan Sky menatap Liore dengan tatapan khawatir. "Tingkatkan kecepatan. Kita harus sampai sesuai janji." Sky meningkatkan kecepatan pesawat angkasa hingga mencapai kecepatan tertinggi.

Dan mereka sampai di Bumi, lebih tepatnya di Bogor, Jawa Barat. Sesuai tanggal dan jam yang di sampaikan sebelumnya.

Di lapangan mansion, pesawat angkasa dengan dominan biru dan perak itu mendarat dengan mulus kemudian selang beberapa menit, Liore, Lyori, dan Sky keluar dengan Sky yang mendorong kursi roda Liore.

"Selamat datang kembali, Nona Muda Hammy, Nona Muda Hima, Nona Muda Zeereshia."

Sambutan dari pelayan dan juga pengawal langsung terdengar jelas. Bahkan bukan hanya pelayan dan pengawal saja, melainkan beberapa kerabat pun ikut menyambut ketiganya.

"Kami pulang." kata Sky dengan ceria, sedangkan Liore dan Lyori hanya mengangguk kecil dan ketiganya pun turun dan menghampiri Halim yang ada di antara kerumunan.

"Selamat datang kembali Nona Muda. Nona Muda sekalian bisa langsung menemui dokter yang sudah siaga di kamar Nona Muda." kata Halim menunduk hormat.

"Lebih fokuskan keadaan Kakak. Kami berdua baik-baik saja, Gue mau tidur dulu. Mima duluan ya, Kak." Lyori langsung pergi begitu saja setelah memeluk sang kakak yang terdiam di kursi rodanya.

Sky menyerahkan kursi roda kepada salah satu pelayan kemudian dia ikut pamit, "Gue serahin Amy ke lo pada. Jangan sampai sa—maksud gue 'Tuan Muda' dekat dengan Amy." kata Sky sebelum pergi dari tempatnya, tentu ia sempatkan memeluk Liore.

"Halim, gue ga mau ketemu dia kecuali di acara pemakaman besok. Selain itu, jangan biarkan dia memasuki kamar Gue." kata Liore datar ketika kursi rodanya akan berjalan.

Halim menunduk hormat dan Liore, yang di dorong oleh pelayannya, pergi dari lapangan meninggalkan orang-orang yang ada di sana. Halim mengangkat kembali kepalanya dan menghela nafas panjang.

"Bang? Tu Kakak Hammy beneran gapapa kalau 'orang itu' kesini? Keadaan mental Kakak kan pasti hancur gara-gara denger kematian Paman sama Bibi, bukannya hadir'nya' bakal nambah hancur, ya?" Halim menatap ke arah pemudi 20 tahun di sebelahnya, dengan surai dan manik mata yang sama namun tatapan yang berbeda.

Pemudi itu adalah adik perempuan Halim, Dhiane Rezqa Ramadhani. Seorang mahasiswa semester 4 di sebuah universitas ternama dan menempuh jurusan di fakultas hukum. Dhiane adalah adik satu-satunya yang Halim miliki setelah sebuah insiden masa lalu.

"Abang juga ga tau, Dek. Tapi kita ga tau gimana isi hati dan pikiran dari mereka bertiga, terutama Amy." Halim dan Dhiane saling menatap sebelum membubarkan massa yang tetap terdiam di tempatnya walau tokoh utamanya sudah tidak ada lagi di tempat itu.

Di kamar Sky, dia langsung diperiksa kesehatannya oleh dokter yang sudah disewakan dan seusai pemeriksaan, Sky langsung meerebahkan diri di pulau kapuk kesayangannya. Sky menatap langit-langit kamarnya kemudian dia bangun dan menatap keluar jendela.

"Gue bakal pastiin Amy ga bakal ketemu sama sampah masyarakat itu." gumam Sky dan dia seketika tertidaur karena sudah terlalu lelah.

Sementara di kamar Lyori, dia juga diperlakukan hal yang serupa dan setelah usai, Lyori langsung menuju ke meja komputernya kemudian menakses seluruh CCTV yang ada di mansion.

Matanya bergulir mencari sesuatu dan ketika dia memeriksa kamera 31, dia menemukan objek yang di cari kemudian mendengarkan pembicaraan yang berlangsung sembari di rekam.

"Kakak ga bakal nikah sama modelan tikus selokan kek lo. Gue bakal bikin hidup lo menderita lebih dari yang Kakak rasain." gumam Lyori dengan senyuman licik dan melanjutkan aktivitasnya.

Di kamar Liore sendiri, karena keadaan sebelumnya yang lebih parah daripada 2 saudarinya, pemeriksaan Liore lebih lama dan baru selesai 2 jam kemudian. Liore langsung merebahkan diri di kasur dan menatap langit-langit kamar dengan sendu.

"Papa, Mama, haruskah Mimi nikah sama 'anak itu'? Mimi ga mau, Pa, Ma. Dia bukan laki-laki yang baik." gumam Liore dan dia seketika menangis dalam diam hingga tertidur.

Besok pagi, tepat pukul 10 pagi, nampak acara pemakaman orang tua Liore dan Lyori di laksanakan sesuai dengan protokol dan baru selesai pukul 12 siang.

Banyak kenalan, kerabat, rekan, dan juga klien yang memgucapkan berbela sungkawa kepada kakak-beradik itu.

Kemudian setelah acara selesai, beberapa dari tamu sudah kembali ke kediaman masing-masing kecuali orang-orang terdekat keduanya yang memilih untuk menginap demi menghibur mereka.

"Lim, Gue mau ke kamar istirahat. Lo tangani tamunya. Mima, Zee, kalian juga istirahat." ucap Liore sebelum ia pergi ke kamarnya.

Suasana hati Liore benar-benar buruk sejak mendengar kabar kematian orang tuanya. Sempat saja mereka tidak bisa pulang karena misi, tetapi beruntung Amato mengizinkannya.

"Hima, Zee, kalian istirahat aja. Biar gue sama Dhiane yang urus tamu dan lain sebagainya." Lyori hanya mengangguk patuh dan berjalan menuju kamarnya yang ada di sebelah kamar sang kakak.

"Req, Rez, gue boleh ikut kalian ketemu tamu ga? Gue pengen beritahu langsung keadaan Amy sama Hima." Halim mengangguk dan ketiganya pun berjalan ke aula di mana para tamu berada.

Alasan Sky ingin menemui para tamu bukan hanya sekadar memberitahu secara langsung keadaan 2 saudari angkatnya, tetapi juga ingin melihat seseorang.

Sky bukanlah saudara kandung atau saudara satu darah seperti Halim dan Dhiane, melainkan saudari angkat yang ditemukan didepan kediaman Yuuki yang ada di Swiss.

Saat itu hanya ada Tuan dan Nyonya Yuuki yang ada di kediaman keluarga Yuuki karena saat itu Liore dan Lyori sedang berada di Jepang untuk melanjutkan pendidikannya.

Ketika Tuan Nyonya Yuuki dan Nona Muda Yuuki itu pulang ke Indonesia, Sky kecil yang ikut dibawa tidak sengaja bertemu dengan keduanya saat di taman utama mansion.

15 tahun yang lalu...

"Sky, nanti kalau kau bertemu dengan anak-anak kami. Sapa dan perkenalkan diri, oke?" kata Tuan Yuuki mengelus kepala Sky kecil. Ketiganya saat ini masih berada di pesawat pribadi keluarga Yuuki dan masih dalam perjalanan menuju ke Indonesia.

"Tapi, apakah mereka nanti akan menerima saya?" tanya Sky dengan wajah khawatir, khawatir jika anak-anak Tuan Yuuki tidak menerimanya.

"Tidak apa Sky, mereka anak baik kok. Mereka pasti senang kalau Sky jadi saudari mereka." jawab Nyonya Yuuki lembut.

"Baik, Mama." Tuan dan Nyonya Yuuki tersenyum ketika berhasil meyakinkan Sky dan setelah beberapa jam di pesawat, ketiganya turun dan langsung di sambut oleh bodyguard yang sudah berjejer rapi.

"Selamat datang kembali, Tuan Besar, Nyonya Besar, Nona Muda. Nona Muda Hammy dan Nona Muda Hima sudah menunggu di kediaman." ucap Bodyguard yang membukakan pintu mobil yang akan di naiki untuk sampai ke kediaman utama.

"Ayo Sky, masuk. Saudarimu sudah menunggu." ketiganya masuk ke dalam mobil, meninggalkan area bandara menuju ke kediaman utama.

Ketika sampai di kediaman utama, ketiganya tidak menemukan tanda-tanda dua putri mereka menyambut ketiganya. Sky diantarkan ke kamar yang akan ditempati oleh pelayan sedangkan Tuan Nyonya Yuuki mencari keberadaan dua putri mereka.

"Nona Muda Sky, senang bertemu dengan anda. Saya Amethyst, pelayan pribadi anda. Sebaiknya Nona membersihkan diri sebelum turun untuk makan malam. Saya sudah menyiapkan air mandi dan pakaian anda." kata pelayan bernama Amethyst dengan senyuman.

"Panggil saya Zee saja. Aku lebih suka dipanggil nama tengah daripada nama depanku. Terima kasih, Amethyst." Sky pun pergi ke kamar mandi dan selang beberapa menit, dirinya sudah keluar dengan dress coklat muda selutut.

"Woah..., Nona Zee cantik sekali. Tidak kalah cantik dengan Nona Muda Amy dan Nona Muda Hima." kata Amethyst ketika melihat kecantikan Sky.

"Nona Muda Amy dan Nona Muda Hima? Siapa mereka Ame?" tanya Sky kebingungan.

"Mereka berdua juga lebih suka di panggil dengan nama tengah seperti Nona Zee. Mari saya rias, Nona. Lalu apakah anda memanggil saya Ame?" kata Amethyst menarik Sky ke meja rias dan mulai menyisiri Sky.

"Karena namamu terlalu panjang, jadi saya singkat saja." jawab Sky asal.

"Baiklah kalau itu mau Nona. Baik sudah selesai, apakah Nona ingin berkeliling? Saya akan antarkan anda jika berkenan." Sky nampak berpikir dan dia menggeleng.

"Tunjukkan saja kemana arah taman. Saya ingin menghirup udara segar." Amethyst mengantarkan Sky ke taman dan pamit untuk melalukan pekerjaan lainnya.

Sky berjalan di taman itu dengan tatapan kagum dan sesekali berhenti di beberapa bunga favoritnya.

Ketika dia berada di air mancur yang ada di tengah taman, pandangannya tidak sengaja bertemu dengan salah satu dari dua anak perempuan yang kelihatan kembar.

"Hai, lo mesti Sky. Kenalin gue Amy, salam kenal ya. Gue udah denger kabar lo dari Papa sama Mama, gue seneng kalau lo mau jadi adik gue." kata anak yang nampak lebih tinggi dari anak lainnya, dia adalah Liore Hammy Yuuki, anak sulung Tuan Nyonya Yuuki.

"Sa-salam kenal, Nona Muda." gugup Sky ketika Liore mengajaknya berjabat tangan.

"Panggil gue Amy. Gue ga suka dipanggil sama sebutan itu. Lagian lo kan adik gue." kata Liore tersenyum lima jari. Sky terpukau dengan senyuman Liore yang menghangatkan dan juga tetap berwibawa.

Sang adik, Lyori Hima Yuuuki, sadar jika sang kakak sedikit jaih darinya dan memutuskan untuk menghampirinya yang sedang berbincang dengan gadis lain.

"Kak, dia siapa?" tanya Lyori menghampiri sang kakak.

"Coba gih kenalan." kata Loire mendorong Lyori ke depan Sky.

"Hai, gue Hima. Salken ya, nama lo?" kata Lyori menjulurkan tangannya dan di sambut gugup oleh Sky yang masih tidak menyangka akan bertemu dengan anak kandung Tuan Nyonya Yuuki secepat ini.

"Sky..., Skyla Zeereshia O'Belix." kata Sky gugup.

"O'Belix?" Lyori menatap sang kakak dengan tatapan 'Apakah aku tidak salah dengar?' dan diangguki oleh Liore.

"Ah..., itu Lo. Hihihi..., panggil Gue Mima aja gapapa. Ini kakak kalau mau di panggil Kak Mimi juga gapapa." kata Lyori mengakrabkan diri dan sedikit demi sedikit Sky terbiasa dengan sifat dua Nona Muda Yuuki itu yang sedikit unik.

Suatu ketika, Sky sedang belajar di perpustakaan, dia kejutkan oleh suara ledakan yang berasal dari taman. Sky panik dan dia berlari kecil ke asal ledakan.

Saat ia berada di taman, raut wajah khawatirnya berubah menjadi datar. "Yeay..., akhirnya senjataku berhasil!" seruan pertama yang Sky dengar ketika dia sampai di taman berasal dari Liore.

"Kak! Setengah taman nyaris habis, lho! Kalau Mama tau, Mima ga bakal ikut tanggung jawab." keluh Lyori yang sudah lelah dengan kelakuan kakaknya.

"Gapapa, kan udah ijin. Kalo Mama marah kan tinggal suruh maid buat bantu bangunin taman lagi lah." balas Liore dengan senyuman tanpa dosa.

"Kak Mimi, Kak Mima, kalian bisa ga berhenti bikin ledakan? Maid butler ikut panik lho." Sky akhirnya bersuara setelah melihat pertengkaran kakak-beradik itu.

"Zee, panggil gue Mima aja. Ga usah pake embel-embel 'kakak' karena umur gue ga beda jauh sama lo." protes Lyori.

"Lha? Bukan kembar?" heran Sky dan kedua saudarinya langsung berseru keras kepadanya.

"Kita ga kembar!" keduanya berseru secara bersamaan. Sky melihat keduanya ini memang seperti anak kembar, mulai dari garis wajah, bentuk mata, postur tubuh, tipe suara, bahkan kelakuan mereka ini sama seperti anak kembar.

"Kukira kalian kembar, ternyata bukan toh?" kata Sky menggaruk tengkuknya.

"Gue beda 2 tahun sama ni anak dan walau tanggal lahir kami sama, gue sama dia beda dua tahun. Inget itu baik-baik." jelas Liore dengan penekanan karena di sebut kembar oleh Liore.

"Betul tuh, gue sama Kakak tuh beda 2 tahun. Jangan mentang-mentang gue sama Kakak tu hampir sama di kesemua hal, biar gue tekanin sekali lagi kalo gue sama Kakak itu bukan kembar." Sky bergidik ngeri ketika kedua saudari angkatnya dengan kompak mengeluarkan hawa gelapnya.

'Mau disebut kembar ga bisa, tapi kalo disebut saudara biasa juga ga bisa gara-gara sinkron banget.' pikir Sky sweatdrop.

Ingatan masa lalu itu terus teringat  seperti ingatan baru walau sudah 15 tahun berlalu. Lamunan Sky teralihkan ke kenyataan saat pintu ke aula terbuka dan riuh suara tamu masuk ke dalam gendang telinga Sky.

"Nona Muda Skyla masuk ke dalam aula." suara seorang pengawal yang membukakan pintu aula bergema dan mengundang berbagai pasang mata yang langsung teralihkan kepada Sky.

"Saya mewakili kedua kakak saya yang sedang sakit mengucapkan terima kasih telah hadir dalam acara pemakaman orang tua kami. Maaf bila orang tua kami memiliki salah yang disengaja maupun tidak disengaja." pidato singkat itu langsung membuat tamu-tamu yang ada langsung menunduk hormat kepada Sky.

"Nona Muda Skyla, tadi anda mengatakan jika kedua kakak anda sedang sakit. Jika boleh tahu apakah penyakit apa yang di derita keduanya?" Sky terdiam sejenak dan dia menarik nafas untuk menenangkan diri.

"Ada sebuah kejadian yang membuat keduanya terluka parah dan kondisi kedunya memburuk ketika mendengar kematian orang tua kami." jelas Sky dengan penuh kewibawaan.

"Kenapa gue ga pernah denger kabar Amy dari kalian? Gue kan tunangannya, calon suaminya. Katakan kenapa gue ga tau beritanya, Skyla." Sky mengalihkan perhatiannya dari ramainya tamu yang ada ke salah satu pemuda yang berjalan ke arahnya.

"Maafkan kami Tuan Muda Caesar, pekerjaan kami memaksakan kami memutus kontak dengan keluarga atau kenalan kami. Sekali lagi, kami minta maaf." ucap Sky menunduk untuk meminta maaf kepada pemuda itu, Caesar Ruby.

~𝙽𝙴𝚇𝚃~
2374 word
14/05/2023

☆Note from Amy :

Chapter "Twenty" spoiler

"Tuan Muda Caesar, walau anda adalah tunangan Nona Muda Hammy. Atas perintahnya kami berhak menghalangi anda." - pengawal

"Gue ini tunangannya! Gue berhak tau keadaannya!" - Caesar

"Caesar! Cukup!" - Liore

See you in the next chapter~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top