"Nine"
'Apekah waktunya dah tak lama lagi?' pikir BoBoiBoy dan Ailsa di waktu yang bersamaan.
Ailsa, Maira, dan Zein pun sampai di depan pintu kamar BoBoiBoy. Ailsa mengetuk pintu kamar, memanggil sang pemilik kamar.
*tok tok tok
BoBoiBoy yang baru saja keluar dari kamar mandi langsung disapa oleh ketukan pintu, "Akak, Mai, Zein, masuk la." kata BoBoiBoy dari dalam.
Ketiganya masuk dan Zein tiba-tiba saja berlari kemudian memeluk BoBoiBoy, "Abang!" rengek Zein.
"Zein, kenapa ni?" tanya BoBoiBoy kebingungan.
"Ciptaan Zein hancur! Padahal Zein nak tunjukkan kat Abang!" kata Zein merengek selayaknya anak kecil yang menjatuhkan es krimnya.
'Dah agak dah.' pikir Ailsa sweatdrop melihat kelakuan sepupunya yang tiba-tiba saja menjadi anak balita.
BoBoiBoy sweatdrop dan mengelus kepala Zein, "Tak pe, kau nak buat apa? Lepas ni Abang tolong." ucap BoBoiBoy menenangkan Zein.
"Nah blue print dia. Abang boleh ke bantu Zein?" kata Zein menyerahkan blue print ciptaannya dan menghapus sisa air matanya.
"Macam kat hadapan kau ni orang lain. Mestilah boleh, bila ada masa akan Abang tolong. Tapi nampaknya diorang tak sedar lagi masa nampak Akak." jawab BoBoiBoy berjalan ke kasurnya dan merebahkan diri secara kasar, lelah berpikir.
"Tak pe, Akak tak kesah pun. Bukan ke tu yang Boy nak?" kata Ailsa yang ikut duduk di kasur BoBoiBoy.
"Untuk sementara je. Boy—ah bukan, maksudnya... Aidan tak nak identiti asli Aidan terbongkar sebelum masanya." jawab BoBoiBoy merubah posisinya menjadi duduk.
"Akak faham, lepas ni nak kat desa tak? Kawan lama kau mesti rindu tengok kau." tawar Ailsa mengelus kepala BoBoiBoy lembut, menyalurkan semangat.
"Maksud Akak tu O'Belix dengan duo Yuuki tu ke?" tanya Maira dengan mata berbinar.
"Siapa lagi yang Akak maksud selain diorang. Kawan Aidan masa tu hanya diorang je, kau nak?" jawab Ailsa tersenyum lebar.
"Mesti lah nak, Akak. Tapi masa jam tidur saja e, Aidan tak nak diorang tahu." kata BoBoiBoy tersenyum lembut.
"Zein ikut ye, Abang." ucap Zein tiba-tiba memeluk perut BoBoiBoy.
"Semua je ikut, kau pun dah lama tak jumpa Lyori kan?" jawab BoBoiBoy tertawa pelan melihat kelakuan Zein yang berbeda ketika bersamanya.
"Yeay!" seru Zein mengangkat tangannya.
"Boleh ke kitorang ikut kau, Boy?" tanya Ailsa.
"Mestilah, kawan Aidan kawan korang juga." jawab BoBoiBoy tersenyum lebar dan mereka tertawa bersama.
Mereka menghabiskan waktu bersama hingga jam tidur datang. Ketika semua orang di istana telah terbuai dalam alam mimpi mereka masing-masing, ke-empat orang yang merencanakan untuk pergi itu pergi keluar dari istana lewat lorong bawah tanah.
Fungsi awal dari pembangunan lorong sebenarnya untuk tempat pertahanan jikalau terjadi serangan musuh dan mereka bisa melarikan diri lewat lorong tersebut hingga sampai di suatu tempat yang telah terhubung dengan lorong tersebut.
"Akak, Aidan dengar bila O'Belix dengan duo Yuuki ni sebenarnya ialah anggota Tempur-A dan Tapops. Betul ke?" tanya BoBoiBoy ketika berjalan.
Karena lorong tersebut berdiameter 5 m saja, mereka berjalan satu persatu.
Urutan mereka berjalan adalah Ailsa di depan dengan sebuah lentera kemudian baru di susul Maira, BoBoiBoy dan yang terakhir adalah Zein yang juga memegang sebuah lentera.
"Betul, diorang bentuk pasukan bertiga dan sepatutnya diorang sekarang ni tengah bercuti panjang sebabkan Liore cedera sebab misi terakhir diorang dan tengah dalam masa pemulihan, jadi diorang cuti lah." jawab Ailsa memperhatikan langkahnya.
Lorong tersebut sudah ratusan atau bahkan ribuan tahun usianya dan sebenarnya rawan ketika dilewati karena potensi runtuhnya mencapai 65%. Ailsa memperhatikan langkahnya agar tidak menimbulkan getaran yang menyebabkan lorong tersebut bergetar.
"Eh apa misi diorang terakhir?" tanya Maira penasaran.
Hening sejenak sebelum Ailsa menghela nafas panjang, dirinya tahu jika jawabannya nanti akan membuat seseorang merasa bersalah.
"Misi terakhir pasukan diorang ialah... evakuasi penduduk Planet Gur'latan, masa penyerangan Retak'ka." jawab Ailsa dengan suara pelan, namun masih terdengar jelas ditelinga mereka.
*deg
BoBoiBoy terhenti ketika mendengar jawaban kakaknya. Zein yang di belakangnya langsung tahu jika jawaban Ailsa membuat BoBoiBoy mengingat bagaimana kejamnya Retak'ka dahulu.
'Abang...' Zein melihat tangan BoBoiBoy yang mengepal dan sedikit bergetar. Zein menyentuh tangan BoBoiBoy, menyalurkan ketenangan.
"Dia cedera masa Retak'ka sedut elemen kat planet tu. Liore nak serang, namun Retak'ka langsung serang dia guna kuasa Voltra dan dia koma selama 6 bulan." jelas Ailsa yang masih dengan suara pelan.
"Nasib baik dia dapat pertahankan diri di masa akhir, bila tak... Akak tak yakin kita akan jumpa dia." sambung Ailsa berhenti dan menoleh ke arah BoBoiBoy yang masih terdiam di belakang.
"Aidan agaknya kena minta maaf kepada diorang lepas ni." kata BoBoiBoy menunduk sampai tidak ada yang tahu ekspresinya.
"Akak yakin kau pasti akan kena pukul dengan O'Belix." jawab Ailsa mendekat ke arah BoBoiBoy dan menepuk pelan kepalanya.
"Eh? Kenapa pula?" heran BoBoiBoy dan Ailsa hanya tersenyum kemudian kembali berjalan hingga mereka sampai di sebuah tangga besi yang menyambungkan ke permukaan.
"Kau akan tahu lepas ni, ah dah sampai pun." Ailsa naik ke tangga yang mengarah ke permukaan, di susul BoBoiBoy, Maira, dan yang terakhir adalah Zein.
Ketika mereka sudah sampai di permukaan, mereka muncul di sebuah pemukiman yang masih asri dengan model rumah Eropa tahun 1800-an.
"Tak berubah e, harap-harap diorang belum tidur lagi." kata Ailsa berjalan dari pintu lorong yang nampak seperti saluran air nawah tanah.
"Tapi kenapa desa ni nampak sunyi senyap je. Rasanya dulu ramai, kenapa Akak?" tanya BoBoiBoy ketika sudah di permukaan.
"Sebab serangan Retak'ka juga. Retak'ka mendarat kat desa ni dan berakhir macam ni, nasib baik elemen kat planet ni belum diambilalih oleh dia." jawab Ailsa menyusuri jalanan sepi.
"Retak'ka lagi? Nak aku hapuskan je tu elien tamak, berani betul pijakan kaki dia kat planet ni." gumam Zein memijat keningnya.
"Tak pe, dia dah dapat balasan setimpal. Boy pun dah ambik semua kuasa dia kan, jadi kau tak payah risau. Dah sampai, agaknya diorang belum tidur lagi." Ailsa mengetuk pintu dan tak berselang lama, seseorang membukakan pintu dan memunculkan batang hidungnya.
"Cari siapa?" tanya orang, atau lebih tepatnya perempuan, yang membukakan pintu, Skyla Zeereshia O'Belix atau biasa dipanggil Sky.
"O'Belix!" seru Maira muncul dari belakang Ailsa.
"Syifa!" Sky dan Maira pun saling berpelukkan, melepaskan rindu.
Maira dan Sky memang bersahabat sejak lama. Sejak Sky ikut duo Yuuki untuk misi dan Maira juga sudah menerima banyak misi individu, keduanya tidak lagi bertemu hingga detik ini.
"Korang ke ni? Apa kabar? Sila masuk. Liore! Lyori! Ada tetamu!" kata Sky tersenyum lebar dan mengajak mereka masuk ke dalam rumah.
"Terima kasih, O'Belix." ucap Zein mewakili yang lain, kemudian mereka pun masuk ke dalam rumah.
"Siapa tetamu tu, Sky?" tanya perempuan lain yang keluar dari salah satu ruangan, Lyorine Hima Yuuki atau biasa di panggil Lyori atau Hima oleh sang kakak.
Lyori adalah bungsu Yuuki dan juga sahabat pertama BoBoiBoy. Keduanya sering bersama hingga BoBoiBoy menetap di Pulau Rintis.
"Kawan lama, sila duduk." jawab Sky langsung pergi ke dapur dan visual BoBoiBoy akhirnya terlihat oleh mata Lyori.
"Aidan!" seru Lyori saat melihat BoBoiBoy.
BoBoiBoy merasa terpanggil dan dia melihat ke Lyori, "Lyori!" keduanya pun berpelukkan dan tertawa bersama.
"Lama tak jumpa, kau sihat ke?" kata Lyori melepaskan pelukannya.
"Sihat, kau pun nampaknya baik e." jawab BoBoiBoy menghapus air mata yang sempat keluar karena tertawa.
"Luka aku dah pulih, tinggal Akak Amy je yang masih dalam masa pemulihan." jawab Lyori pergi ke arah suatu kamar dan keluar bersama sang pemilik kamar yang duduk di kursi roda.
"Lama tak jumpa, Ailsa, Aidan, Maira, Zein." jawab perempuan yanv duduk di kursi roda, Liore Hammy Yuuki atau biasa dipanggil Liore atau Amy, kakak dari Lyori.
"Amy! Kawan tersayang ku! Kau masih guna kerusi roda lagi ke?" seru Ailsa mendekat ke arah Liore dan memeluknya pelan.
"Masih, kaki aku belum pulih lagi. Tapi sekejap lagi mungkin aku dah boleh ambik misi lagi." jawab Liore lembut.
"Jemput minum. Korang kenapa baru datang sekarang ni?" kata Sky membawakan beberapa gelas minuman dari dapur.
"Sibuk macam biasa. Aidan kan dengan pasukannya, kitorang ada misi perseorangan, dan kitorang baru je sampai tadi pagi." jawab Ailsa duduk di sebelah BoBoiBoy.
"Macam tu.... Lepas tu... Aidan, kenapa kau tak nak guna nama sebenar kau masa kat Tapops? Lyori sampai tak kenal kau masa nama kau kena sebut." kata Liore menyenggol lengan adiknya.
"Sengaja, aku tak nak bila musuh keluarga kitorang serang Tapops dan Tempur-A yang tak tahu-menahu pasal masa lalu kitorang. Terutama lagi aku." jawab BoBoiBoy dengan senyuman lembutnya.
"Baru ingat bila musuh Boy lagi banyak daripada kitorang, bahkan lebih daripada Ayah." sambung Ailsa menepuk kedua tangannya seolah mengingat sesuatu.
"Lepas tu... 11 TAHUN NI KEMANA SAJA KAU?" Lyori langsung menjitak BoBoiBoy dan korbannya hanya bisa pasrah.
"Erghh balik...Bumi...temankan Tok Aba kat sana." jawab BoBoiBoy menghindari kontak mata dengan Lyori.
"Kau ni...buat kitorang risau la. Ingatkan kau kena culik ke apa, ternyata balik kampung. Lepas tu, macam mana kau dapat kuasa elemental?" kata Lyori kembali seperti semula.
"Dari Ochobot, panjang ceritanya bila korang nak dengar." kata BoBoiBoy meminum air yang di sediakan.
"Penjangkan." ucap Sky, Lyori, dan Liore secara bersamaan.
BoBoiBoy sweatdrop mendengar jawaban kompak dari sahabat lamanya, "Erghh...ahh....baik, aku ceritakan mula dari aku balik Bumi lagi bersama Ayah."
Bbb bercerita tentang dirinya dari dia kembali ke Pulau Rintis hingga penyerangan Ejo jo, hal-hal yang terjadi di Pulau Rintis, kedatangan Panglima Scammer, kedatangan Kapten Kaizo, pertarungan dengan Borara, pertemuan kembali dengan Koko Ci, bergabung dengan Tapops, pertarungan dengan Junglenut, serangan Kapten Vargoba, hingga pertarungan Retak'ka, dan terakhir adalah petualangannya mencari kuasa tahap ketiga.
Bbb bercerita dengan lengkap dan detail, hingga tak terasa mereka menghabiskan jam tidur dengan mendengarkan cerita hidup BoBoiBoy selama 11 tahun belakangan.
"Tak sangka kau banyak lalui cubaan. Tapi hebat bila kau masih bertahan." komentar Liore dengan mimik wajah tidak percaya.
"Gila cool la Aidan!" seru Sky dengan mata berbinar.
"Mestilah, Abang kesayangan Mai yang buat." kata Maira menyombongkan sang kakak.
"Mai...dah la tu. Masa jam tidur dah nak habis e, bila korang nak, pintu istana terbuka luas untuk korang." ucap Ailsa melihat keluar jendela di mana sinar kehangatan mulai muncul.
"Eh tak payah la, lagipun aku masih lemah lagi. Bila-bila masa je la." jawab Liore menolak secara halus.
"Kalau macam tu kitorang balik dulu, Makcik risau bila tak jumpa kitorang kat bilik. Bye korang." kata Ailsa mewakili saudaranya berpamitan.
"Bye, jumpa lagi." jawab Sky mewakili.
Ke-empat saudara itu kembali ke istana melalui jalan yang sama seperti saat mereka ke desa itu, meninggalkan tiga perempuan yang masih mematung di depan pintu.
"Aidan udah sebesar itu, yakin ga mau confess, Dek? Keburu dia suka ma yang lain." ucap Liore ketika sudah memastikan BoBoiBoy dan saudaranya menjauh dari kediaman mereka. Bahasa yang digunakan mereka saat ini adalah bahasa Indonesia.
"Santai, Kak. Aidan anggap gue adek, begitu juga gue yang anggap dia abang. Lagian, gue lebih penasaran sama Zein." jawab Lyori dengan santai.
"Oh jadi ubah haluan nih ceritanya?" sindir Liore.
"Lu sendiri gimana, Mi? Kan inceran lu dah ada tunangan." tanya Sky heran.
"Single itu enak, bos. Ga usah mikir cinta-cintaan, jadi alpha girl tu enak." jawab Liore yakin.
"Bilang aja masih gantengan husbu lu kan?" kata Sky dengan wajah datar.
"Sial, ketahuan." gumam Liore.
"Lu terlalu terlihat ya mencintai karakter 2D itu." kata Sky memalingkan wajahnya.
"Ya biarin lah. Dah masuk yok, sarapan." kata Liore mendorong sendiri kursi rodanya ke dalam.
"Kak, Lyori aja yang masak." seru Lyori bersemangat berlari ke dapur.
"Serah lu aja. Yang penting enak, gue mau ke kamar ganti perban dulu." jawab Liore mengarahkan kursi roda ke kamarnya.
"Gue bantu." kata Sky membantu mendorong kursi rodanya.
Ketiga perempuan itu kembali menjalani aktivitas mereka seperti biasa. Kembali ke tokoh utama yang baru saja kembali ke istana dan mereka langsung ke kamar masing-masing untuk membersihkan diri.
Di sisi Ailsa, dia baru saja masuk ke kamarnya dan ingin langsung ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Tapi niat itu tertunda karena sebuah bingkai foto lama di nakas sebelah tempat tidurnya.
Ailsa mengambil foto itu dan mengenang masa-masa di foto itu, "Hanya 1 tahun bersama Pakcik Amirul, bukan kenangan yang buruk. Andai je Aidan dan Maira dapat rasakan kasih sayang Pakcik, diorang pasti akan senang." gumam Ailsa dan dia kembali meletakkan bingkai foto itu dan melakukan niat awalnya.
Beberapa saat setelah Ailsa masuk ke kamar mandi, seseorang masuk ke kamarnya dan itu adalah Airin. Dia beniat membangunkan Ailsa namun mendengar suara air dari kamar mandi pun langsung membuat Airin tersenyum.
"Dia dah bangun, bagus la macam tu. Diorang dah bangun pagi-pagi, masanya bangunkan tetamu." gumam Airin tersenyum seperti biasa.
Airin tidak tahu jika keempatnya bukan tidur saat jam tidur, melainkan pergi dan baru kembali.
BoBoiBoy baru saja selesai mandi ketika Airin datang ke kamarnya. "Pagi Aidan." sapa Airin.
"Makcik, selamat pagi. Yang lain dah bangun ke?" jawab BoBoiBoy yang ikut tersenyum.
"Saudara kau dengan pasukannya dah, tinggal pasukan kau je." kata Airin masuk ke dalam kamar BoBoiBoy dan membantu mengeringkan rambut BoBoiBoy.
"Kalau macam tu, Aidan saja yang bangun kan. Kitorang akan tiba di ruang makan tepat pada masanya." balas BoBoiBoy saat rambutnya sudah selesai di keringkan.
"Baiklah, oh dan Amato kejap lagi nak kemari. Ada apa-apa yang kena siapkan?" ucap Airin berjalan keluar kamar BoBoiBoy.
"Aidan rasa tak." gumam BoBoiBoy namun masih terdengar.
"Baik kalau macam tu. Jangan lupa kejutkan kawan-kawan kau e, Makcik permisi." Airin pun keluar dari kamar BoBoiBoy dan meninggalkan sang pemilik kamar.
Singkat cerita, seusai sarapan dan waktu senggang selama 1 jam, kini Kokotaim dan Double-T sudah berada di lapangan yang ada di halaman belakang istana.
"Hari ini latihan korang akan di bimbing oleh Kapten Rosa. Jangan sampai buat diorang masuk bilik kesihatan, Rosa." kata Ailsa ketika semua pasukan sudah ada di lapangan.
"Aku tak kan setega itu lah kat diorang." bantah Rosa.
"Suka hati kau." gumam Ailsa yang hanya di dengar oleh Rosa.
'Sabar je lah. Memang nasib punya Kapten pasukan macam dia...' batin Rosa tersenyum tertekan.
~𝙽𝚎𝚡𝚝~
2264 word
15/03/2023
☆Note from Amy :
Tada~Amy muncul dalam cerita~//gaya ala-ala supersentai
Bbb : dua tokoh lain tu siapa?
Oh Sky tu kawan Amy NadiNanaDila
Terima kasih sudah mau berpartisipasi atas book ini zeyeng kuh.
Ailsa : Lyori tu...betul-betul adik kau ke?
Emm tak OC je tu. Tapi kat real life memang ada adik.... Lelaki... Ehe
Maaf ye lambat update, sebab...tugasan lagi...ehe dan mungkin akan sama lambat update untuk chapter seterusnya.
Chapter "Ten" spoiler
"Apa yang dah berlaku?!" - Fang
"Siapa kau?!" - Ailsa
"Kita berjumpa lagi budak. Wahahhahahaha..." - someone
"Tak mungkin..." - BoBoiBoy
See you in the next chapter~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top