"Fourteen"
"Lain kali jangan macam tu, Zein. Kau kena hormati cikgu kau walau suara dia macam lagu tidur. Eh Akak, Akak kata Mak ngan Ayah dah balik e?" Ailsa menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan BoBoiBoy dan yang bertanya hanya tersenyum saja tanpa memberitahu maksud lain.
Singkat cerita mereka pun sampai di rumah dan langsung membersihkan diri sebelum mereka makan malam dan sesuai makan malam, mereka berkumpul di ruang tengah bersama.
"Ayah, Mak, ada yang BoBoiBoy nak cakap dengan Mak Ayah." kata BoBoiBoy sedikit ragu.
"Apa dia anak Mak? Meh duduk sini." ucap Bella lembut dan menepuk sofa di sebelahnya.
"Lepas kelulusan, boleh tak BoBoiBoy pergi ke rumah Tok Aba?" tanya BoBoiBoy memainkan jarinya.
"Mestilah boleh, BoBoiBoy. Tapi kenapa tetiba minta ni?" jawab Bella mengelus kepala putranya.
"Um... takde apa, saja rindu Atok yang dah lama tak jumpa." balas BoBoiBoy menundukkan kepalanya, menyembunyikan ekspresinya dengan topinya.
"BoBoiBoy, kau masih sedih e pasal Ceilo?" tanya Ailsa yang peka dengan perasaan BoBoiBoy.
"Eh mana ada Akak, BoBoiBoy tak sedih pun. Ada ke BoBoiBoy nangis masa tu?" elak BoBoiBoy mengangkat kepalanya.
"Abang tak pandai tipu. Mata sembab lepas bangun tidur tu tak nangis ke?" balas Maira dengan polosnya.
"Tak menangislah!" protes BoBoiBoy dan itu cukup lucu di mata mereka.
"Dah tu, boleh je BoBoiBoy bila nak bercuti kat rumah Atok. Jaga Atok sekali e, kasian Atok sorang-sorang kat sana." ucap Amato menepuk kepala BoBoiBoy.
"Ail nak ikut boleh tak?" tanya Ailsa dengan tatapan berharap.
"Mestilah boleh, Mai ngan Zein tak nak ikut?" tawar Amato.
"Mai ada pelatihan dengan Pakcik, Ayah." jawab Maira lesu.
"Zein kena balik kat Planet Thousand. Temankan Mama." sambung Zein sedikit murung.
"Jadi korang berdua je yang pergi ke Pulau Rintis. Maaf bila Ayah ngan Mak tak dapat temankan." kata Bella kepada kedua anaknya.
"Takpe Mak, BoBoiBoy dengan Akak faham." balas BoBoiBoy tersenyum.
"Dah jam tidur, korang baik tidur dan esok Ayah nak cakap sesuatu sebelum korang pergi bercuti." kata Amato ikut tersenyum.
"Baik Ayah. Akak, ceritakan dongeng lagi." BoBoiBoy menarik tangan Ailsa menuju ke kamarnya di lantai atas.
"Oke oke, kuatnya adik Akak satu ni." kata Ailsa yang tertarik oleh BoBoiBoy.
"Mai pun nak dengar dongeng!" susul Maira berlari ke arah kedua kakaknya yang sudah ada di tangga.
"Zein pun!" dan akhirnya keempat anak itu pergi ke kamar, meninggalkan kedua orang dewasa di ruang kumpul keluarga.
Amato awalnya tersenyum ketika anak-anak masih berada di tangga namun setelah mendengar suara pintu kamar yang tertutup, wajahnya berubah menjadi sendu.
Bella menyadarinya dan dia menggenggam tangan Amato, "Semua akan oke, Abang. BoBoiBoy pasti faham alasannya dan dia dah 8 tahun, dah cukup besar untuk berdikari." dukung Bella yang mengetahui keresahan sang suami.
Amato membalas genggaman tangan itu dan tersenyum tipis, "Semoga saja ya. Agaknya dia jumpa power shpera tu ke?" kata Amato meletakkan dagunya di kepala sang istri.
"Pasti jumpa, kita hanya boleh bersabar terhadap masa. Kita pun kena fokuskan pelatihan Ailsa, Maira, ngan Zein. BoBoiBoy dah dapat kawal sihirnya, jadi kita tak payah risau." jawab Bella bersender kepada Amato.
"Kau tahu saja cara nak tenangkan aku, Bella." malam itu berlalu dengan damai seperti biasa dan 1 minggu pun berlalu, bertepatan dengan hari pertama libur sekolah, BoBoiBoy resmi lulus pasca sarjana jurusan teknik. Ya, BoBoiBoy hanya butuh waktu satu tahun untuk menyelesaikan pasca sarjananya.
Paginya adalah acara kelulusan, kemudian siangnya adalah makan besar untuk merayakan kelulusan BoBoiBoy, kemudian malamnya Amato mengantarkan BoBoiBoy dan Ailsa ke stasiun kereta.
Ailsa segera mengambil tas mereka dan berdiri di belakang garis kuning ketika kereta mulai melambat sebelum berhenti sempurna.
"Boy, Ail, jaga diri ye nanti." kata Amato sebelum mereka berpisah.
"Baik Ayah. Ayah, bila korang akan balik?" jawab BoBoiBoy.
"Belum tahu lagi anak Ayah. Kitorang akan cuba balik secepat mungkin ye?" balas Amato membenarkan pakaian kedua anaknya.
"Balik cepat tau. BoBoiBoy rindu Ayah." kata BoBoiBoy memeluk Amato dan di balas pelukan itu oleh Amato.
"Ayah pun akan rindu BoBoiBoy. Ail, jaga adik kau nanti e." Ailsa menganggukkan kepalanya dan ikut memeluk Amato.
"Ayah pun jaga diri. Ail akan susul lepas cuti sekolah." keduanya pun berpelukan, sebelum berpisah lagi.
"Mechabot, jaga Ayah elok-elok tau." kata BoBoiBoy menepuk bagian atas mechabot.
"Selamat tinggal, jangan nakal-nakal." Mechabot melemparkan bola yang akan di bawa BoBoiBoy.
Suara pengumuman terdengar jika kereta akan segera berangkat, BoBoiBoy dan Ailsa menyalami Amato dan mereka berdua masuk ke dalam kereta.
"Berdikari ye, jangan susahkan Tok Aba tau." kata Amato mengelus kepala kedua anaknya sebelum mereka masuk ke kereta.
Mereka berpamitan dan kereta pun berjalan menuju ke tujuannya. Tak berselang lama, sebuah kapal angkasa turun dan Amato pun menaikinya.
Sementara di sisi BoBoiBoy dan Ailsa, awalnya BoBoiBoy masih bersemangat namun beberapa menit kemudian dia tertidur dengan pundak Ailsa menjadi sandarannya. Ailsa hanya tersenyum tipis ketika melihatnya dan dia ikut terlelap.
Singkat cerita mereka akhirnya sampai dan sedikit ada kejadian lucu yaitu BoBoiBoy yang salah memeluk orang, Tok Aba juga salah memeluk orang. Ailsa yang melihatnya hanya bisa menahan tawanya ketika keduanya menyadari.
"Kau lupa macam mana rupa Atok ke?" ejek Ailsa menyenggol BoBoiBoy dengan lengannya.
"Akak pun kenapa tak bagi tahu BoBoiBoy." protes BoBoiBoy menggembungkan pipinya.
"Sengaja. Assalamu'alaikum Tok, Atok sihat?" Ailsa bersalaman dengan Tok Aba di susul dengan BoBoiBoy.
"Wa'alaikumsalam, Atok sihat. Kau pun nampaknya makin tinggi e, Ail dengan BoBoiBoy." kata Tok Aba mengelus kepala kedua cucunya.
"Mestilah kitorang tambah tinggi, Atok." kata Ailsa dan BoBoiBoy bersamaan.
"Dah jom balik. Korang penat lepas semalam kat kereta." singkatnya mereka pergi ke rumah Tok Aba dan keduanya dengan kompak tertidur.
Saat terbangun, BoBoiBoy tidak mendapati siapapun di rumah itu termasuk sang kakak. Hingga dirinya menemukan catatan dari Tok Aba dan melakukan apa yang diperintahkan di catatan tersebut hingga dia tiba di kedai Kokotiam Tok Aba.
"Eh Boy, selamat pagi adik Akak yang comel. Penat ke?" sapa Ailsa yang sedang membantu membersihkan kedai Kokotiam.
"Akak dah sampai sini dulu? Tak penat ke jalan hari-hari kemari ni, Tok?" kata BoBoiBoy dengan nafas terengah-engah, lelah.
"Alah tak penat, lagipun Atok bawa motor. Jaraknya pun dekat je, tu..." Tok Aba menunjukkan ke arah rumahnya yang terlihat dari kedai. BoBoiBoy hanya bisa menganga tidak percaya ketika mendengar fakta tersebut.
"Ahahaha... kasiannya adik Akak satu ni. Nah air koko, kau mesti suka." Ailsa menyodorkan minuman dan langsung diminum sampai tandas oleh BoBoiBoy.
"Hai BoBoiBoy, penat... kan kan kan?" kata Yaya yang tiba-tiba saja muncul di sebelah BoBoiBoy dan hanya dibalas palingan muka dari BoBoiBoy.
"Tu lah, orang nak tunjukkan tak nak." lanjut Yaya.
"Bukan tak nak, malu lah Mimi." balas BoBoiBoy.
"Mimi? Aku Yaya lah." protes Yaya karena BoBoiBoy tidak mengingat namanya.
"Oh ye ke, ehe... ingatkan Mimi tadi." kata BoBoiBoy menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Ahahaha... maklum lah ye, adik Yaya. BoBoiBoy ni memang susah bila nak ingat nama orang, pelupa sama macam ayah dia." kata Ailsa yang kini duduk di sebelah BoBoiBoy.
"Akak cantik ni siapa pula?" tanya Yaya penasaran.
"Terima kasih, adik Yaya pun cantik. Perkenalkan nama Akak ni... Ail, akak kepada BoBoiBoy." ucap Ailsa mengelus kepala BoBoiBoy.
"Akak kenapa tak guna nama lengkap je?" bisik BoBoiBoy.
"Ayah ngan Mak suruh." balas Ailsa yang juga ikut berbisik.
Kemudian satu persatu beberapa anak datang dan menjadi teman BoBoiBoy, siapa lagi jika bukan Ying dan Gopal.
Di tengah-tengah hangatnya obrolan, tiba-tiba saja tanah bergetar dan televisi di sana menampilkan alien kotak yang mengumumkan sesuatu namun langsung dipindah ke acara lain oleh BoBoiBoy.
"Wei, apesal kau tukar tu?" protes Gopal ketika BoBoiBoy memindahkan saluran televisi.
"Tak best lah cerita ni." komentar BoBoiBoy menopang kepalanya dengan salah satu tangannya dan tangan satunya menekan tombol remote televisi.
'Dah bosan agaknya dia. Banyak elien hantarkan massage macam ni kat kitorang.' pikir Ailsa ketika BoBoiBoy memindahkan program acara itu dengan wajah bosan.
Ya, mau bagaimana lagi. Kami sering mendapatkan ancaman serupa saat di rumah, BoBoiBoy nampaknya sudah muak dengan hal-hal seperti itu jadi dia memindahkannya.
"Ail, boleh tolong temani Atok pergi belanja tak?" pinta Tok Aba.
"Boleh Tok. Lepas tu siapa yang jaga kedai ni nanti?" jawab Ailsa yang sedang mengelap beberapa gelas.
"Kan ada BoBoiBoy." kata Tok Aba menunjuk BoBoiBoy yang sedang mengelap meja.
"Tapi Tok kalau ramai pelanggan macam mana?" kata BoBoiBoy.
"Orang je, bukan elien. Dah jom Ail." balas Tok Aba yang mulai berjalan.
"Jangan nakal tau, Boy. Akak pergi temankan Atok jap." pamit Ailsa mengacak rambut BoBoiBoy.
"Baik Akak, hati-hati." BoBoiBoy pun hanya sendirian di Kokotiam, menunggu dengan rasa bosan. Hingga tiba-tiba dia teringat dengan percakapan dengan sang ayah sebelum ke Pulau Rintis.
Siang setelah acara kelulusan...
"Kenapa ni Ayah?" tanya BoBoiBoy ketika Amato memanggilnya. Posisi mereka kini sudah berada di rumah, sedang bersiap-siap untuk perjalanan mereka masing-masing.
"BoBoiBoy, kau masih ingat dengan power shpera yang dulu kau sangat nak tu tak?" kata Amato mengisyaratkan BoBoiBoy untuk duduk di dekatnya.
"Em..., ingat, kut. Kenapa Ayah?" balas BoBoiBoy duduk di kursi dekat Amato.
"Ayah, nak kau ambil power shpera tu dan jaga dia. Faham Nak?" pinta Amato mengelus kepala putranya pelan.
"Tapi bila dia bagi kuasa kat BoBoiBoy, macam mana sihir BoBoiBoy? BoBoiBoy kan belum dapat kawal lagi." tanya BoBoiBoy dengan ragu.
"BoBoiBoy, lepas ni kau kena berdikari. Ayah ngan Mak ada misi penting dan saudara kau kena buat pelatihan lanjut. Kawalan sihir kau pun dah stabil, kena latih lagi supaya lagi stabil." BoBoiBoy hanya memandang ke bawah dan meremas celananya.
"Kena pergi ke, Ayah?" tanya BoBoiBoy pelan.
"Tapi macam mana bila Boy tak dapat kawal kuasa dan sihir dia, Ayah?" Amato dan BoBoiBoy sontak menoleh ke arah suara dan mendapati Ailsa, Maira, dan Bella sudah berada di anak tangga terbawah dengan koper mereka masing-masing.
"Ayah ngan Mak yakin bila Aidan dapat kawal. Dia kan kuat, kan Nak?" tatapan Bella terligat yakin dan itu membuat BoBoiBoy akhirnya menyetujui rencana sang ayah.
Sebuah sinyal kapal angkasa terdeteksi dan itu adalah kapal angkasa khusus pelajar Tapops yang diminta Amato untuk menjemput Maira dan Zein, "Bye Abang! Jangan lupa hantar poskad tau. Mai pun akan hantar poskad kat Abang." Maira dan BoBoiBoy berpelukan untuk terakhir kali sebelum mereka berpisah.
"Kau belajar kat sana yang rajin, jangan ponteng kelas, jangan nakal, dan jangan bahayakan diri kau. Abang akan sentiasa tunggu korang balik." kata BoBoiBoy ketika memeluk Maira dan Zein.
BoBoiBoy, Ailsa, Bella, dan Amato melihat kepergian Maira dan Zein yang dijemput terlebih dulu untuk ke Stasiun Tapops. Lalu bagaimana dengan Ailsa? Dia akan di jemput juga namun setelah menemani BoBoiBoy selama liburan.
"Bye korang! Em..., Ayah..., selepas ni berati BoBoiBoy kena jaga Atok ye?" Amato menganggukkan kepalanya.
"Bila BoBoiBoy nak sekolah kat sana pun tak masalah, tapi jangan sampai menarik perhatian. Ingat penyamaran tau." BoBoiBoy mengangguk dan mereka menghabiskan waktu terakhir mereka sebelum berpisah lama.
Kembali ke masa sekarang, BoBoiBoy masih termenung memikirkan perkataan sang ayah hingga tiba-tiba suara kaleng bertabrakan mengalihkan perhatiannya.
Awalnya dia tidak peduli, namun melihat robot ungu yang lari sembari membawa sebuah kaleng koko pun langsung ditanggapi oleh BoBoiBoy.
"Bila masa kat Pulau Rintis ni ada robot? Apakah..." BoBoiBoy terus berlari mengejar robot ungu itu hingga ke sebuah pesawat angkasa.
"Kapal angkasa..., apesal diorang nak koko tu? Baik aku siasat." BoBoiBoy secara diam-diam masuk ke pesawat angkasa dan mengamati dari dalam.
Sementara BoBoiBoy pergi mengejar robot ungu tadi. Ailsa dan Tok Aba baru saja kembali kebingungan kemana BoBoiBoy pergi.
"Mana adik kau tu, Ail?" tanya Tok Aba ketika tidak melihat batang hidung cucu keduanya.
"Biar Ail yang cari dia. Atok tunggu sini je, Ail akan balik dengan BoBoiBoy." Ailsa menaruh kantung belanjaan di meja kedai dan berlari mencari BoBoiBoy.
"Kuasa Masa, Mata Masa Lampau." dimata Ailsa kini muncul BoBoiBoy yang berlari mengejar sesuatu dan ketika melihat objek yang di kejarnya, Ailsa sedikit terkejut dengan keberadaan robot ungu.
"Sejak bila Pulau Rintis ni ada robot? Mesti Boy nak siasat ni. Kena cari cepat budak tu." Ailsa mengikuti jejak BoBoiBoy dengan kemampuannya dan tiba di pesawat angkasa dimana BoBoiBoy berada di dalamnya.
"Kapal angkasa sampah? Ada pula yang dapat gunakan kapal angkasa satu ni. Baik aku masuk, takut Boy terluka." gumam Ailsa dan dia dengan penuh kehati-hatian, Ailsa mengendap-endap masuk ke dalam pesawat angkasa itu.
Di sisi BoBoiBoy sendiri, dia sedang bersembunyi di ventilasi udara di suatu ruangan. Mengamati elien kepala kotak sedang melakukan sesuatu.
"Oh... macam tu diorang nak dapat tenaga. Aku mesti dapatkan koko tu balik." gumam BoBoiBoy ketika melihat jika koko yang di curi itu digunakan sebagai tenaga.
~𝙽𝙴𝚇𝚃~
2042 word
18/04/2023
☆Note from Amy :
Chapter "Fifteenth" Spoiler :
"Akak..." - BoBoiBoy
"Akak akan latih kau gunakan kuasa. Nanti kita latihan sihir juga bersama." - Ailsa
"Baik Kapten." - BoBoiBoy
"Amboi, dah macam anggota Tapops kau." - Ailsa
See you again in the next chapter~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top