"Four"

"Aidan pasti bahagia dapat kawan macam diorang kan, Abang?" tanya Bella kepada Amato di sebelahnya.

"Ya, tapi Abang risau." Bella menatap heran sang suami yang kini memasang wajah sendu, melihat BoBoiBoy yang masih setia menutup matanya.

"Risau kenapa ni?" tanya Bella pelan.

"Tak lama lagi, dia 20 tahun bukan? Dan dia dah dapat kawal." Bella mengerti apa yang Amato maksudkan dan dia kini juga menatap sendu wajah BoBoiBoy.

"Waktu ternyata bergerak laju e." Amato dan Bella mereka memilih keluar dari ruang kesehatan dan pergi ke kamar mereka yang ada di Tapops.

Beberapa hari kemudian, malam harinya, BoBoiBoy terbangun dan dia merasakan sakit di seluruh badannya terutama kepalanya.

'Ughh...peningnya kepala. Kat bilik kesihatan ke aku? Hah...tak kawal lagi la tu, semoga je diorang tak risau. Tapi... agaknya tak kan diorang tak risau, tak pe lah.' BoBoiBoy ingin bangun dari posisi tidurnya, namun ada seseorang yang menahan tangannya.

BoBoiBoy melihat surai yang sama dengannya hanya saja lebih panjang dan helaian putihnya lebih banyak daripada dirinya, "Akak..." gumam BoBoiBoy lemah namun masih terdengar oleh orang yang tertidur.

"Aidan... Aidan!" orang yang tertidur itu langsung memeluk BoBoiBoy dan menangis haru. Orang tersebut adalah Ailsa yang sadar 3 hari yang lalu setelah 9 hari pingsan sedangkan BoBoiBoy baru sadar 12 hari.

"Akak risau kau tak bangun. Akak risau bila kau dah... hueee!" Ailsa menangis di sela pelukan dengan mengucapkan rasa bersyukur.

BoBoiBoy sendiri hanya diam dan mengelus kepala kakaknya yang masih menangis haru di pelukannya.

'Lembut, harum, sama macam dulu.' pikir BoBoiBoy saat mengelus kepala sang kakak.

"Akak oke ke? Maaf masa tu BoBoi—ah maksudnya Aidan tak kawal sihir." Ailsa menghapus air matanya dan dia menggeleng pelan.

"Tak pe, Boy. Akak faham, Akak pun macam tu juga." jawab Ailsa memakai kerudungnya dan kacamatanya, dia tidur dengan posisi duduk.

"Tapi Akak kan dah kawal kuasa Akak. Sedangkan Boy masih cari cara macam mana nak kawal." Ailsa menatap adiknya dan menepuk pelan kepala BoBoiBoy.

"Itulah alasan kitorang semua ada kat sini, untuk latih kau dengan kawan-kawan kau supaya korang kawalkuasa korang." Ailsa mencubit pelan hidung BoBoiBoy dan keduanya bercanda tawa hingga tanpa sadar tertidur dengan bersender satu sama lain.

Ketika pagi hari tiba, Bella dengan membawakan dua porsi bubur dari kantin Tapops. Saat masuk ke dalam ruang kesehatan, dia awalnya terkejut namun tak berselang lama dirinya tersenyum lembut melihat pemandangan manis di depannya.

Bella meletakkan nampan berisi bubur itu di meja yang ada di sana dan diam-diam memotret pemandangan manis, kedua anaknya tertidur saling bersandar.

Amato masuk bersama dengan Mechabot dengan tujuan memeriksa keadaan kedua anaknya.

Hal pertama yang ia lihat di ruang kesehatan adalah istrinya yang sedang mengabadikan sesuatu dan saat ia melihat objek yang di foto oleh Bella, dia juga ikut mengabadikannya.

"Em... Ayah... Mak..." gumam Ailsa saat dia menyadari ada orang lain di ruang kesehatan. Amato dan Bella langsung menyimpan kembali ponsel mereka dan bersikap normal.

"Pagi Ail. Boy dah sedar ke?" ucap Amato mendekat ke arah kedua anaknya dan mengelus kepala keduanya secara bergantian.

"Pagi Ayah. Boy sedar tadi malam, macam mana dengan latihan diorang kemarin?" jawab Ailsa melirik ke arah adiknya yang masih tertidur.

"Semua berjalan baik, pasukan Boy ni kuat tau." kata Bella duduk di kursi dekat brankar.

"Alhamdulilah. Boy bangun, dah pagi." BoBoiBoy terusik dan dia perlahan membuka matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk.

"Pagi~" sapa BoBoiBoy dengan nada seperti orang bangun tidur pada umumnya.

"Pagi baby Boy. Dah besar e anak mak satu ni, rasanya dulu masih kecik lagi." kata Bella mengelus kepala BoBoiBoy gemas.

"Boy dah 19 tahun la, Mak. Apa kabar Mak ngan Ayah selama ni?" kata BoBoiBoy menikmati elusan di kepalanya yang tidak memakai topi.

"Kitorang semua baik. Sepatutnya kita yang tanya kau, Nak." jawab Amato ikut duduk di sebelah brankar.

"Boy baik. Selepas dapat kan semua kuasa tahap ketiga, Boy rasa makin kuat dah. Tapi... Boy masih belum kawal lagi..." menyadari perubahan suasana hati BoBoiBoy, Ailsa langsung memeluknya.

"Tak pe, selepas kau baik kita latihan kat istana." mendengar pernyataan dari sang kakak membuat BoBoiBoy terkejut dan melepaskan pelukannya.

"Tapi macam mana bila rakyat tahu bila Putera diorang balik? Boy tak nak bila kena buat sambutan macam biasa tu, kawan-kawan Boy belum tahu pasal ni lagi." ucap BoBoiBoy dengan membuat tanda "X" dengan tangannya.

"Tak pe, kita mendarat kat lapangan istana je. Tak payah kat lapangan planet, jadi tak payah risau." jawab Ailsa menepuk pelan kepala BoBoiBoy.

"Suka hati Akak je lah. Macam mana kawan-kawan Boy? Diorang tak kena dampaknya kan?" Ailsa menatap kedua orang tuanya sebelum dia tertawa pelan dengan mengacak rambut BoBoiBoy.

"Ahahahaha kau ni masih je risau dengan kawan-kawan kau ke selepas duel tu? Kau kena risau dengan diri kau sebelum tu la. Apelah Boy ni." kata Ailsa mengacak rambut BoBoiBoy gemas.

"Ish apelah akak, tak pe kan bila Boy risau dengan kawan-kawan Boy. Ochobot tak pe kan?" Ailsa lagi-lagi tertawa namun kali ini diikuti Bella.

BoBoiBoy yang merasa di tertawakan hanya bisa menggembungkan pipinya dan menoleh ke arah lain.

"Betul cakap kau, Ail. Dia lagi pentingkan kawan-kawan dia daripada diri dia sendiri." ucap Bella setelah puas tertawa.

"Kan Ail dah cakap Mak. Hah...oke oke maafkan Akak, Boy. Jangan la merajuk tapi kitorang tertawa sebab kau tak pedulikan kau sebelum kawan-kawan kau, kau adik yang unik e." kata Ailsa memeluk BoBoiBoy yang masih merajuk.

"Hmph yelah yelah, Boy maafkan. Pertanyaan Boy belum terjawab la." kata BoBoiBoy.

"Diorang baik, tak kena dampak sikit pun. Ochobot pun oke walau dia risau masa ni kau tak sedar selama...12 hari kot." jawab Amato yang sedari tadi diam menyimak.

"Oh macam tu... eh..." hening sejenak dan hal itu membuat ketiga orang lainnya kebingungan sebelum—"12 HARI?" tentu saja hal itu membuat mereka terkejut, beruntung teriakannya tidak terlalu kuat.

"Ha ah la 12 hari, cuba kau tengok kalendar kat phone kau. Sekarang ni tanggal 22 tau." BoBoiBoy langsung mengambil ponselnya yang ada di atas nakas samping brankarnya dan memeriksa kalender dan benar saja jika sudah 12 hari atau 2 minggu dia tidak sadarkan diri, lebih lama 9 hari daripada pertarungannya dengan Kapten Vargoba dulu.

"Aku pasti dah buat diorang risau." gumam BoBoiBoy namun masih terdengar.

"Mestilah risau, Abang." mendengar suara lain masuk, membuat ke empat orang yang ada di ruang kesehatan menoleh ke arah pintu dan melihat anggota Double T datang.

Maira langsung berlari ke arah brankar BoBoiBoy dan memeluknya erat kemudian menangis haru.

BoBoiBoy yang tiba-tiba saja di terjang pelukan oleh Maira, adiknya, tentu saja terkejut namun tak butuh waktu lama untuk menyadari maksud pelukan sang adik.

"Maaf ye, Mai. Abang dah buat kau dan yang lain risau, macam mana kabar kau dengan yang lain?" kata BoBoiBoy lembut dan membalas pelukan Maira.

Maira menjauhkan dirinya dan menghapus jejak air matanya, "Baik Abang, semua baik. Abang sorang macam mana? Maaf tak hantar poskad selalu sebab misi." jawab Maira menundukkan kepalanya.

BoBoiBoy tersenyum lembut dan menepuk pelan kepala Maira, "Tak pe, Abang faham Mai, yang terpenting kau sihat dah. Abang dengan Atok kat Bumi pun sihat, jangan risau e." kata BoBoiBoy lembut.

Maira yang sudah lama tidak melihat senyuman kakaknya yang membawa ketenangan pun kembali memeluknya, melepaskan rindu.

"Kitorang tak kena notis la tu." sarkas Zein yang sudah cemburu tidak di anggap.

"Maaf Zein, kau sihat kan? Macam mana kabar Pakcik kat sana?" kata BoBoiBoy menatap Zein yang perlahan berjalan ke arahnya.

Zein sampai di brankar BoBoiBoy dan dia mengepalkan tangannya di depan BoBoiBoy, "Aku baik la Abang, Ayah pun. Macam mana hari kau kat Bumi ngan Tapops? Macam mana rasanya jadi ketua pasukan, Abang?" kata Zein mengajak BoBoiBoy tos dan di balas.

"Elok je, diorang belum tahu lagi bila aku ni Aidan. Terima kasih dah bagi Boy peluang hidup tanpa bayang nama Putera." kehangatan keluarga itu bertahan beberapa saat sebelum bel darurat berbunyi nyaring.

"Apa yang dah jadi ni?" tanya Maira saat sirine berbunyi nyaring dan tak lama suara Koko Ci terdengar, memberitakan keadaan darurat.

"Kepada seluruh anggota Tapops! Harap bersiap di siaga 1! Saya ulang, kepada seluruh anggota Tapops! Harap bersiap di siaga 1!"

Pengumuman itu langsung di tanggapi cepat oleh BoBoiBoy namun sang kakak menghentikannya. "Kau nak ke mana, Boy?! Kau baru je sedar!" kata Ailsa mencekal tangan BoBoiBoy.

"Tugas BoBoiBoy sebagai anggota Tapops ialah lindungi powet shpera dan galaksi, juga Stesen Tapops itu sendiri. Boy tak kan guna kuasa ataupun sihir." kata BoBoiBoy melepaskan cengkeraman tangannya.

"Tak boleh! Kau baru sedar dan dalam masa pemulihan lagi!" larang Amato yang giliran mencekal tangan BoBoiBoy.

BoBoiBoy tahu jika orang-orang di ruangannya tidak akan memperbolehkannya keluar dan dia pun tidak cara lain, "Kalau itu mau korang." awalnya BoBoiBoy diam agar cengkeraman ditangannya melonggar atau tidak lepas, dan Amato melepasnya.

BoBoiBoy langsung melompat ke dinding terdekat dan beberapa kali melakukan parkour hingga dia keluar dari ruang kesehatan.

Sembari memakai topinya yang sempat dirinya ambil saat melompat, dia menutup pintu kesehatan dan membuat mereka yang ada di dalam harus menunggu beberapa saat sebelum pintunya terbuka lagi.

"Tugas Boy tak boleh terlewat. Maaf semua." BoBoiBoy berlari menuju hanger utama di mana dia merasakan bahaya mendekat dari hanger utama.

"Abang degil, tapi tadi cara melarikan diri yang gila cool!" ekspresi Maira yang awalnya sebal langsung berubah menjadi kagum setelah mengingat bagaimana BoBoiBoy melewati halangan dari keluarganya.

"Ayah, jangan marahi Boy lepas ni. Ail faham apa yang di maksudkan. Jom bantu dia." Ailsa turun dari brankar dan meraih jubahnya, untuk menutupi pakaian pasien yang tipis.

Dia mengambil pedang yang ada di sebelah brankar miliknya dan dengan diikuti yang lainnya, mereka keluar dan menuju ke hanger utama.

BoBoiBoy sendiri berlari sembari memakai jubah yang entah dari mana dirinya mendapatkannya dan saat sampai di hanger utama, dia melihat semua anggota Tapops termasuk Kokotaim sudah bersiap siaga di hanger.

"Korang! Apa yang dah berlaku?" kata BoBoiBoy ketika menghampiri Kokotiam yang sedang waspada dengan sesuatu yang akan datang.

"BoBoiBoy." pemilik nama berdiri tepat di depan teman-temannya dan tak lama, sebuah meriam menyerang hanger dan nyaris mengenai mereka jika tidak di tangkis oleh Amato.

"Aya—Laksamana!" BoBoiBoy nyaris saja memanggil Amato dengan sebutan 'Ayah' dan langsung mengganti panggilan kepada Amato.

"Korang oke?" tanya Ailsa yang baru datang dengan yang lainnya.

"Kitorang oke, terima kasih Laksamana." kata BoBoiBoy dan dari balik asap itu, muncul 3 orang yang tidak di sangka.

"Tak mungkin..." tatapan tidak percaya mereka hadapkan ke tiba sosok tersebut.

"Kapten Vargoba, Jugglenaut, Rettak'ka.... BUAT APA KORANG KAT SINI HA!" BoBoiBoy tahu ke-tiga sosok itu, bukan hanya BoBoiBoy tapi seluruh anggota tapops terutama Kokotaim yang mengalahkan mereka dahulu.

"Kita jumpa lagi budak." ucap Kapten Vargoba yang sudah siap dengan suit tempurnya.

"Macam mana korang boleh terlepas di penjara terketat ha!" BoBoiBoy berjalan ke depan Amato dan mengawali pembicaraan basa-basi, sembari mengumpulkan tenaga.

"Berterima kasihlah kepada Tuan Rettak'ka yang telah membebaskan kami. Dia lah yang hancurkan tempat tu." tentu saja mereka semua terkejut bukan main dengan apa yang Jugglenaut katakan.

"Mustahil kau masih hidup lagi, Rettak'ka." gumam BoBoiBoy dengan tatapan tajam kepada Rettak'ka di depannya.

"Tentu saja aku boleh bangkit balik sebabkan kristal milik Hang Kasa." BoBoiBoy seketika baru teringat jika Rettak'ka, sebelum bertemu dengan dirinya, terjebak di dalam kristal milik Hang Kasa selama 100 tahun.

"Apa maksud korang serang Tapops?!" kini Fang giliran membuka suaranya. BoBoiBoy menghalang Fang untuk tidak terlalu maju dan tentu saja Fang menuruti, tanpa sadar.

"Hanya dendam lama kepada Tapops dan pemilik ke-7 kuasa elemetal." jawab Kapten Vargoba melayangkan senjatanya dan bersiap untuk melemparkannya ke arah BoBoiBoy.

Semua anggota Tapops tegang dengan keadaan tersebut, termasuk Double-T yang mendengar kabar angin soal ke-tiga alien tersebut.

Namun tidak bagi BoBoiBoy yang justru berdiri dengan tenang walau bahaya ada di depan mata.

"Kau tak kan menang kali ini, budak. Kitorang tahu bila kau tak boleh guna kuasa kau sampai 2 bulan dan kitorang tahu rahasia kau." BoBoiBoy terkejut dengan 4 kata terakhir dan dia menatap ketiganya serius.

"Rahasia apa yang kau maksud, Rettak'ka? Kau pasti mengada-adakan." BoBoiBoy berusaha menyangkal perkataan Rettak'ka.

"Mestilah semua, termasuk kau ialah A—" belum juga menyelesaikan kalimatnya, Rettak'ka langsung terlempar jauh oleh sebuah pukulan dari orang yang tidak terduga.

"Jangan kau sebut nama tu kat sini, Rettak'ka. Aku dah bersabar dengan provokasi kau, tapi yang ni dah melampau." suara berat dari BoBoiBoy tentu membuat semua yang ada di hanger terkejut bukan main.

BoBoiBoy yang memiliki badan yang kecil itu, bisa memukul Rettak'ka yang badannya 2 kali lebih besar dari dirinya dengan tangan kosong tanpa kuasa. Beberapa orang seketika merinding setelah melihat Rettak'ka yang terkapar tidak berdaya setelah sekali pukulan.

~𝙽𝚎𝚡𝚝~

2075 word
2

4/02/2023

☆Note from Amy :

Muehehehehehehe~☆( ̄∇ ̄)

Kenapa e BoBoiBoy tak nak kawan-kawan dia tahu pasal dia ialah Putera/Pangeran? Ada yang bisa menebak?

Hehehe akan terjawab di.... book selanjutnya ( ̄∇ ̄)bukan chapter selanjutnya tapi book selanjutnya.ehe~☆

Chapter "Five" spoiler

"Kau tak nak bagi tau diorang ke?" - Ochobot

"Belum masanya lagi." - BoBoiBoy

See you in the next chapter~☆

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top