"Eleven"
"Aku bukan budak macam dulu, dan bila masa kau jadi abang aku? Aku tak pernah anggap orang yang dah bunuh kawan baik aku ni abang." jawab BoBoiBoy menurunkan topinya sehingga tidak ada yang tahu ekspresinya.
"Takpe, Abang tak kesah dan Abang akan kembali bila masanya dah sesuai. Bye semua." sosok itu menghilang diikuti oleh asap hitam dan setelah asap itu menghilang, sosok itu juga ikut menghilang.
"BoBoiBoy..." panggil Ailsa pelan namun tiada respon dari pemilik nama.
Hening melanda, BoBoiBoy tetap diam di tempatnya tanpa sembarang emosi yang terlihat karena rambut depannya menutupinya.
Ailsa mulai khawatir dengan sang adik, dia tahu jika adiknya pernah kehilangan seseorang yang berharga baginya. Namun Ailsa tidak tahu alasan asli mengapa seseorang itu meninggal karena BoBoiBoy hanya mengatakan kecelakaan.
"BoBoiBoy... kau oke ke?" tanya Yaya dengan perasaan khawatir.
"Aku oke, Yaya. Terima kasih dah risaukan, tapi aku oke." jawab BoBoiBoy tanpa melihat ke arah teman dan keluarganya di belakang.
"Kau tipu, BoBoiBoy. Mana ada orang yang baik-baik saja hindari tatapan kawan-kawannya, kenapa BoBoiBoy?" protes Fang saat BoBoiBoy tidak menatap, bahkan menoleh kepada mereka.
"Aku cakap oke, Fang. Tapi tolong... tinggalkan aku sorang je." gumam BoBoiBoy masih dengan posisi yang sama.
"BoBoiBoy..." Ochobot mendekat dan mencoba melihat ekspresi BoBoiBoy sekarang. Ochobot dibuat terkejut dengan ekspresi BoBoiBoy saat ini.
BoBoiBoy menggigit bibir bawahnya, bahunya nampak bergetar, kepalanya semakin menunduk. Ailsa langsung mendekat ke arah BoBoiBoy dan memeluknya, memberikan kehangatan.
"BoBoiBoy, jangan kau tahan tangis kau tu." bisik Ailsa memeluk adiknya, memberikan kekuatan.
"BoBoiBoy... kau tak payah fikirkan pasal tu. Aku yakin dia tak nak kau sedih macam ni, tapi jangan tahan tangis kau tu." sambung Ochobot yang juga ikut memeluk BoBoiBoy.
"Korang... hiks... hiks..." BoBoiBoy mulai membalas pelukan keduanya dan menangis keras, meluapkan semua hal yang dirinya tahan selama bertahun-tahun.
Kokotaim dan Double-T merasakan kesedihan yang BoBoiBoy luapkan. Bahkan ada beberapa yang juga ikut menangis karena merasakan kesedihan BoBoiBoy yang sudah ditahan sejak dulu.
'Ceilo... maafkan aku.' tangis BoBoiBoy semakin keras, dia benar-benar menahan kesedihannya selama 11 tahun tanpa ada yang mengetahuinya.
11 tahun yang lalu...
Seorang anak kecil berjalan menyusuri jalan setapak dengan riangnya dan dia pun tiba di salah satu rumah yang di mana, dirinya melihat anak kecil lainnya yang sedang bermain dengan robot merah.
"BoBoiBoy!" panggil anak kecil itu saat melihat anak kecil bertopi dino yang tak lain adalah BoBoiBoy kecil saat berusia 8 tahun, dia sedang bermain di halaman depan bersama Mechabot.
"Hm? Woahh... Ceilo! Mari lah!" anak kecil yang dipanggil 'Ceilo' itu mendekat ke arah BoBoiBoy kecil dan duduk di sebelahnya.
"Ceilo, tengok apa yang dah aku kuasai." tangan mungil BoBoiBoy kecil bergerak memutar dan muncul sinar jingga cerah yang kemudian membentuk sebuah bola kristal berwarna merah cerah.
"Woahh hebatnya kau, BoBoiBoy." puji Ceilo dengan mata berbinar.
"Hehe Akak Ail yang ajar. Dia cakap bila tak de senjata, aku boleh ciptakan." jawab BoBoiBoy kecil bermain dengan benda yang dirinya ciptakan tadi.
"Macam tu pun boleh ke? Hebatnya." kata Ceilo yang tidak berhenti kagum dengan apa yang BoBoiBoy kecil tunjukkan.
Ceilo dan BoBoiBoy kecil sudah berteman baik sejak mereka masuk ke Taman Kanak-kanak yang sama, kini mereka sudah bersahabat baik dan selalu bersama. Di mana ada BoBoiBoy kecil, disitu ada Ceilo, begitu juga sebaliknya.
"Akak lagi hebat, dia dapat cipta banyak benda lagi. Eh Uncle Mechabot, mana Ayah?" kata BoBoiBoy kecil kepada Mechabot yang berada tak jauh dari mereka.
"Biasa lah, budak." jawab Mechabot yang sedang asik dengan permainan konsol di tangannya.
"Ceilo, jom main kat dalam." BoBoiBoy kecil menarik Ceilo ke dalam rumah, meninggalkan Mechabot seorang diri di luar.
"Kena tinggal lagi dengan dua budak ni..." gumam Mechabot sebelum dia menyusul 2 anak kecil itu masuk ke dalam rumah.
Namun, tanpa ada yang menyadari, ada sesuatu yang mengawasi mereka sedari Ceilo datang.
"Abang akan tunggu kau, BoBoiBoy." ujar sosok itu berjalan menuju ke keramaian dan menghilang.
Sementara itu di kediaman BoBoiBoy kecil, dia dan Ceilo bermain di kamar BoBoiBoy kecil ditemani oleh Mechabot tentu saja karena Amato sedang ada pekerjaan.
Lalu ke mana Bella? Bella juga sedang bekerja di rumah sakit besar yang ada di Kota Hilir dan baru akan pulang ketika jam makan malam.
Sedangkan Ailsa dan Maira bersekolah, kenapa BoBoiBoy tidak? BoBoiBoy kecil bersekolah di tempat yang berbeda dari dua saudarinya.
Ailsa dan Maira bersekolah umum sedangkan BoBoiBoy kecil mengambil sistem akselerasi yang membuatnya bisa lompat kelas sesuai dengan tingkat kecerdasannya.
"Ceilo, aku rasa tak sedap hati lah." gumam BoBoiBoy kecil menggenggam tangan Ceilo sedangkan tangan lainnya memegang dadanya.
"Tak sedap hati?" beo Ceilo tidak memahami kalimat BoBoiBoy kecil.
"Macam ada benda buruk yang nak berlaku, kepada kita. Aku takut..." jelas BoBoiBoy kecil dengan suara pelan.
"Shhtt... tak payah risau, aku ada kat sini dengan kau. Kita akan tumbuh bersama nantinya, tak kan ada yang pisahkan kita sampai besar nanti." kata Ceilo memeluk sahabatnya itu untuk mengusir rasa khawatir.
"Janji?" ujar BoBoiBoy kecil memberikan jari kelingkingnya.
"Janji." Ceilo menautkan jari kelingkingnya dan mereka kembali tertawa seperti awalnya.
Mechabot yang melihat itu dari kasur BoBoiBoy kecil hanya tersenyum lembut melihat interaksi anak tuannya bersama dengan anak seumurannya.
"Uncle Mechabot, jom main kejar-kejar." ajak BoBoiBoy kecil menghampiri Mechabot yang diam di kasurnya.
"Tak boleh main kejar-kejar dalam rumah, BoBoiBoy." BoBoiBoy kecil dan Ceilo melihat ke asal suara dan mendapati Amato yang baru saja pulang itu sudah berdiri diambang pintu.
"Ayah!/Uncle Amato!" seru BoBoiBoy kecil dan Ceilo saat melihat Amato pulang.
"Korang dah makan ke belum?" tanya Amato mengelus kepala keduanya gemas.
"Belum lagi." jawab BoBoiBoy kecil dan Ceilo bersamaan.
'Macam kembar diorang ni.' pikir Amato saat melihat kekompakan anaknya bersama sahabatnya.
"Kalau macam tu, jom makan. Ayah dah belikan makanan favorit korang." kata Amato berdiri dari posisinya.
"Yeay!" dua anak kecil itu turun ke bawah untuk makan siang, meninggalkan Amato dan Mechabot yang masih terdiam di tempat mereka.
"Amato, kau kena jaga budak tu lagi ketat. Dia dah rasa tak sedap hati lagi." kata Mechabot setelah memastikan dua anak itu pergi ke bawah.
"Biar betul? Mana kau tahu?" tanya Amato curiga dengan rekannya.
"Budak tu yang cakap dengan budak Ceilo tadi." jawab Mechabot dengan nada sinis.
"Hmm... tapi aku tak pasti dapat jaga minggu hadapan sebab ada misi dan Ailsa ngan Maira kena studytour." gumam Amato memasang pose berpikir.
"Biar aku minta robot-robot kat sini jaga budak tu." kata Mechabot yang mulai beranjak dari kasur BoBoiBoy.
"Ayah! Uncle! Jom lah turun!" teriak BoBoiBoy kecil dari bawah.
"Baik BoBoiBoy!" Amato dan Mechabot pun turun ke lantai bawah untuk menemani kedua anak itu makan siang.
9 hari kemudian...
BoBoiBoy kecil bersama Ceilo kini sedang bermain di halaman belakang rumah Ceilo bersama Robot Konco. Mereka awalnya bermain dengan tenang hingga suara berat mengalihkan pandangan mereka.
"BoBoiBoy." sapa pemuda yang tiba-tiba saja muncul di antara mereka.
"Abang Camilo!" seru BoBoiBoy kecil berlari ke arah pemuda yang dipanggil 'Camilo' kemudian memeluk kaki pemuda itu dengan senyuman lebar, meninggalkan Ceilo yang terdiam di tempatnya.
"Abang? Aku baru tahu kau ada abang, BoBoiBoy." tanya Ceilo mulai berdiri dan mendekat perlahan ke arah Camilo dan BoBoiBoy.
"Oh Abang Camilo ni yang pernah jaga aku masa Ayah ngan Mak pergi. Abang, jom main dengan BoBoiBoy." kata BoBoiBoy kecil dengan segala kepolosan anak kecilnya yang masih melekat.
Walau otak BoBoiBoy itu jenius, tapi tetap saja dia masih berusia 8 tahun di mana sifatnya masih berkembang.
"Em... BoBoiBoy... aku rasa tak selesa dengan Abang Camilo ni." bisik Ceilo menarik BoBoiBoy menjauh dari Camilo.
"Ha BoBoiBoy, Ceilo, jom main dengan Abang. Siapa menang, boleh minta apa saja." ucap Camilo ramah, namun tidak bagi Ceilo yang menganggapnya sebuah ancaman.
"Nak main apa ni, Abang?" ujar BoBoiBoy kecil dengan semangat.
"BoBoiBoy kau yakin?" bisik Ceilo lagi-lagi menarik BoBoiBoy menjauh dari Camilo.
"Yakin sangat. Jom main kejar-kejar je, Abang!" kata BoBoiBoy kecil dengan semangat, mengabaikan peringatan Ceilo.
"Baiklah, Abang akan kejar BoBoiBoy e." keduanya saling mengejar, melupakan Ceilo yang justru masuk ke dalam rumah untuk menelpon Amato karena tiba-tiba saja para robot yang bermain dengan mereka tadi menghilang.
Tapi hal yang paling mengejutkan lagi, ialah tergeletaknya robot Konco di dalam rumahnya dengan kondisi yang rusak.
'Tak mungkin...' pikir Ceilo saat memeriksa robot-robot yang tergeletak di dalam rumahnya.
Ceilo sadar jika sosok Camilo itu berbahaya pun langsung kembali kepada BoBoiBoy kecil, namun sayang terlambat. BoBoiBoy kecil kini berada dalam tangan Camilo yang tersenyum jahat.
"Sekarang... kuasa terkuat kat galaksi ni akan jadi milik aku! Wahahahaha..." Ceilo melihat BoBoiBoy kecil yang sudah lemas seperti baru saja diberi obat bius.
"Lepaskan BoBoiBoy!" teriak Ceilo saat melihat sahabatnya lemas tak berdaya di tangan Camilo.
"Cei... lo... jangan... kemari..." kata BoBoiBoy kecil lemas.
"Heh... budak, kau tak kan boleh lawan aku." remeh Camilo meletakkan BoBoiBoy begitu saja di tanah dan menghadap ke Ceilo.
"Kita tak kan tahu bila tak buktikan." kata Ceilo dengan penuh keyakinan. Camilo tersenyum jahat dan mulai mendekat kepada Ceilo yang siap untuk menghajar Camilo.
"Ceilo jangan!" jerit BoBoiBoy kecil, namun apa daya, Camilo sudah melayangkan pukulannya terhadap Ceilo sebelum sempat ditangkis.
*bugh
"*uhuk! Eh?" BoBoiBoy kecil menatap horor pemandangan di depannya, dan tiba-tiba saja matanya berubah warna menjadi merah dan rambutnya ikut berubah menjadi putih dengan helaian coklat.
"Berani kau cederakan kawan aku!" marah BoBoiBoy kecil mulai berdiri.
"Oh maaf, tak sengaja BoBoiBoy-*uhuk!" Camilo terlempar dengan keras jauh dari rumah Ceilo.
'BoBoiBoy... jangan...' Ceilo ingin mengutarakan perkataannya, namun apa daya tubuhnya sudah lemah.
BoBoiBoy kecil menghampiri Camilo perlahan, namun perhatiannya terhenti ketika melihat keadaan Kota Hilir yang ternyata telah porak-peranda.
"Apa yang dah kau buat dengan kota ni, Camilo!" BoBoiBoy kecil dikuasai amarah dan tanpa sadar mengeluarkan kekuatan besar yang mengarah kepada Camilo.
"Ughh—aku kena pergi—" Camilo ingin beranjak dari tempatnya sebelum BoBoiBoy kecil mengamuk namun terlambat, BoBoiBoy kecil sudah mengarahkan serangan padanya.
Setelah memastikan Camilo telah tiada, BoBoiBoy kecil kembali seperti semula dan mulai kembali kepada Ceilo yang masih sadar. Air mata BoBoiBoy kecil turun dengan derasnya bak air terjun ketika melihat keadaan sahabat baiknya yang sekarat.
"Ceilo! Jangan tinggalkan aku! Maafkan aku yang dah suka hati terima orang baru, Ceilo. Aku mohon bertahanlah." kata BoBoiBoy kecil berusaha untuk menghentikan pendarahan Ceilo, walau percuma karena terlambat.
"Maaf, BoBoiBoy... aku tak boleh bertahan lama lagi. Tapi sebelum itu, ada perkara yang nak aku bagi tahu pada kau." Ceilo mendekatkan diri kepada BoBoiBoy kecil dan membisikkan sesuatu yang membuat BoBoiBoy kecil terkejut bukan main.
"Terima kasih dah jadi teman bermain aku selama ni, BoBoiBoy. Maaf buat kau sedih. Selamat tinggal." Ceilo menghembuskan nafas terakhir dihadapkan BoBoiBoy kecil dan tangis BoBoiBoy kecil semakin terdengar pilu.
3 hari kemudian, pemakaman Ceilo diadakan setelah BoBoiBoy kecil berusaha memperbaiki kota semaksimal mungkin. BoBoiBoy kecil di temani oleh sang kakak yang baru pulang itu melihat prosesi pemakaman sahabatnya, tanpa tangis.
Kembali ke masa asli...
BoBoiBoy berhenti menangis dan dia sekarang ada di sebelah Ailsa, bersandar padanya. Ailsa tentunya suka rela membuat dirinya menjadi sandaran sang adik, bagaimana pun dia adalah kakaknya.
"Alasan aku pindah kat Pulau Rintis tu bukan saja nak temankan Tok Aba, tapi juga nak hilangkan memori." kata BoBoiBoy pelan.
"Memori pasal?" tanya Yaya berhati-hati.
"Kawan baik aku, Ceilo." jawab BoBoiBoy kemudian dia menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Ailsa.
Ailsa terdiam mendengar nama yang tidak asing lagi ditelinganya karena Ceilo adalah sahabat pertama dan terbaik BoBoiBoy. Tapi kejadian tempo hari, membuatnya harus kehilangan sang sahabat.
"Dia... tiada sebab aku. Bila saja aku masa tu tak benarkan orang asing masuk, pasti dia akan ikut aku ke Pulau Rintis dan jumpa dengan korang." racau BoBoiBoy kembali menangis di pundak Ailsa.
"BoBoiBoy, ikhlaskan saja. Kau cakap padaku bila kau nak berubah dan akan ikhlaskan Ceilo sebab kau dah ada kitorang." ucap Ochobot yang ada dipangkuan BoBoiBoy.
"Aku dah ikhlaskan dia, Ochobot. Hanya... aku masih sedih je bila ingat masa tu." Ochobot memeluk tuannya, memberikan semangat dan kehangatan di saat yang bersamaan.
Kokotaim pun ikut memberikan pelukan kepada BoBoiBoy dan suasana hangat kembali terbentuk di antara mereka, melupakan suasana suram yang awalnya terjadi diantara mereka.
'Ceilo... aku dah bahagia kat sini, macam mana dengan kau? Dah jumpa Mama kau ke kat sana?' pikir BoBoiBoy menatap langit dengan perasaan rindu.
Dia bohong kepada dirinya sendiri jika tidak merindukan sosok yang sudah lekat dengan dirinya. Tiba-tiba saja dia teringat sesuatu yang membuat raut wajah cerianya berubah menjadi serius.
"BoBoiBoy, kita akan jumpa lagi 12 tahun lagi dan akan aku bagi tahu semua hal yang nak sangat kau ketahui. Aku akan tunggu kau dan aku harap kau sedia."
Kalimat itu tiba-tiba saja muncul di pikirannya dan dia langsung melihat tanggal hari ini di jam kuasanya. "26 Disember... kejap lagi nak 12 tahun..." gumam BoBoiBoy menatap kembali langit yang mulai berubah warna.
"BoBoiBoy, makan malam dah sedia." panggil Ailsa dari belakangnya.
"Baik, Akak." BoBoiBoy meninggalkan tempatnya berdiri dan berjalan menyusul Ailsa.
~𝙽𝙴𝚇𝚃~
2112 word
01/04/2023
☆Note from Amy :
Chapter "Twelve" spoiler
"Hari ni, kita akan simulasi dan syarat dari simulasi ni tak boleh guna kuasa, juga sihir." - Zein
"Lepas tu macam mana kitorang nak pertahankan diri?" - Gopal
"Gunakan senjata yang dah kitorang sediakan. Jam kuasa korang akan kitorang jaga kat sini dan ingat tanpa kuasa dan sihir sikit pun tak boleh." - Zein
"Jangan lupakan kerja sama pasukan e? Selamat jalan!" - Rosa
"Liore, kau dan pasukan kau ikut sekali nak?" - Ailsa
"Eh boleh ke?" - Lyori
See you in the next chapter~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top