"Eight"
Tiga jam berlalu, dan ke 5 pasangan sudah siap dengan alat ciptaan mereka masing-masing. Ailsa berdiri dan meregangkan badannya sebelum dirinya berkeliling untuk melihat hasil kerja mereka.
"Baik, sebab korang dah selesai dan jam makan siang pun dah tiba. Penguji cuba akan di laksanakan selepas rehat makan siang. Jom makan! Koki istana kata menu hari ni makanan khas Malaysia, tak sabarnya nak rasa kari ayam." kata Ailsa setelah berkeliling dan dirinya bergumam di akhir.
Singkat cerita mereka semua makan siang dengan tenang dan ada jam istirahat 1 setengah jam untuk melakukan hal-hal lain.
Ailsa pergi ke ruang rapat istana bersama Maira dan Zein. Ailsa sudah berganti pakaian dengan pakaian formal khas kerajaan Han, begitu juga Maira dan Zein. Tak lupa dengan mahkota yang bertengger manis di kepala mereka.
Senyuman terpatri di wajah ketiganya, bahkan Zein yang hanya senyum ke segelintir orang saja tersenyum. Beberapa pelayan istana sampai terpana bahkan beberapa ada yang pingsan setelah melihat Zein tersenyum.
"Zein, kau memang sesuai dengan senyum tu." kata Ailsa pelan kepada Zein di kirinya. Posisi mereka dari kiri adalah Zein, Ailsa, baru Maira.
"Akak... Zein tak selesa dengan senyum ni. Tapi nak macam mana lagi, Zein tak nak Mama marah." jawab Zein yang masih mepertahankan senyumannya walau matanya berkata bahwa dirinya lelah.
"Tau tak pe." balas Maira dengan mata mengejek dan tak lama mereka sampai di depan suatu ruangan yang tak lain adalah ruang rapat istana.
*tok tok tok
"Permisi, maafkan keterlambatan saya." ucap Ailsa saat masuk ke dalam ruang rapat.
"Tidak apa Puteri Ailsa, silakan duduk. Kita baru saja nak mulakan mesyuarat ini." jawab Airin dari dalam dan ketiganya duduk di kursi yang tersisa, rapat itu pun di mulai.
Sementara di tempat lain, Rosa baru saja keluar dari kamarnya setelah tidur siang selama 30 menit. Awalnya dia berniat untuk mencari Ailsa di kamarnya, namun dia mendengar denyut nadi orang lain di dalam kamar Ailsa.
"Hm? Bukan Ailsa punya, irama ni....ada orang asing." gumam Rosa saat menyentuh gagang pintu kamar Ailsa.
Kuasa milik Rosa adalah manipulasi darah, berasal dari Bloodbot yang di jaga oleh keluarganya saat masih di planet Gogobugi. Keluarganya dan Kaizo adalah sahabat dekat sejak lama, Rosa dan Kaizo sendiri juga teman satu kelas dulunya.
Manipulasi darah milik Rosa sedikit istimewa karena selain dapat mengontrol darah orang lain, dirinya bisa mendengar detak nadi seseorang dalam radius 500 meter.
"Permisi?" ucap Rosa ketika masuk ke dalam kamar Ailsa dan dia mendapati sosok asing serba putih sedang menggeledah kamar Ailsa.
"Siapa kau?!" seru Rosa waspada kepada sosok asing itu. Sosok itu berhenti menggeledah lemari Ailsa dan mulai menyerang Rosa dengan pisau tersembunyi.
"Saya tanya siapa awak? Kenapa awak serang saya?" tanya Rosa santai dan tenang sembari menghindari serangan acak sosok putih itu.
"Kau tak nak jawab ke?" tanya Rosa lagi dan seketika matanya menangkap sesuatu di sudut ruangan yang nampak akan dibobol.
'Macam tu rupanya.' pikir Rosa setelah melihat objek di sudut kamar Ailsa.
"Tak termaafkan bila kau nak curi barang berharga milik Ailsa." keduanya bertarung tanpa menarik perhatian penghuni istana terutama si pemilik kamar.
Rosa berusaha untuk melukai sosok putih itu dan berhasil. Melihat darah sosok putih itu, Rosa langsung tersenyum penuh kemenangan.
"Manipulasi Darah."
Tiba-tiba saja sosok putih itu berhenti bergerak dan tumbang dengan darah yang mengalir dari hidung dan mulutnya. Rosa mendekat dan memeriksa detak jantung sosok putih itu.
"Jantung hancur. Hah...aku kena bereskan benda ni sebelum—" belum juga Rosa beranjak dari tempatnya, dia dikejutkan oleh suara seseorang.
"Sebelum apa, Rosa?" sontak saja pemilik nama berbalik dan dia mendapati pemilik kamar yang masih memakai gaun khas kerajaan Han itu berdiri di depan kamarnya dengan tangan terlipat di depan dada.
"Ail, em...itu..." Rosa menggantungkan kalimatnya tetapi matanya menunjukkan apa yang ingin dia sampaikan. Ailsa melihat ke arah mana mata Rosa melihat dan menatap datar sosok yang sudah berubah warna.
"Apa yang dia cari kali ni?" tanya Ailsa menutup pintu kamarnya dan mendekat ke arah jasad.
"Tengok kat sana." Rosa menunjukkan ke salah satu sudut ruangan dan Ailsa langsung berjalan ke arah yang ditunjukkan.
"Nasib baik kau ada, aku tak nak harta keluarga Han di ambik lagi oleh elien-elien durjana tu." ucap Ailsa memperbaiki pojok—bukan, seluruh kamarnya menggunakan kuasa masanya.
"Kau nak apekan dia?" tanya Rosa menyentuh jasad di depannya.
"Macam biasa la." Ailsa kali ini menggunakan kuasa ruangnya untuk meletakkan jasad itu di suatu tempat dan menghilangkan jejak darah di lantai dengan kuasa masanya.
"Darimana kau tadi?" tanya Rosa kembali ke tujuan awal.
"Mesyuarat kerajaan macam biasa. Kenapa kau cari aku?" jawab Ailsa mengganti gaunnya dengan pakaian hariannya, celana kulot dan kaos oversize.
"Diorang dah tunggu kau kat bilik uji coba." Ailsa terdiam sejenak untuk mencerna kalimat Rosa dan dia langsung memegang tangan Rosa sebelum berpindah ke ruangan yang Rosa katakan.
'Kebiasaan.' pikir Rosa ketika sadar jika mereka sudah ada di ruang uji coba.
"Maaf lambat!" seru Ailsa ketika muncul di tengah-tengah ruang uji coba. Kokotaim dan Double-T yang sudah terlebih dahulu sampai awalnya sedikit terkejut, namun mereka langsung berdiri tegap menghadap Ailsa.
"Takpe Laksamana, kitorang pun baru je siap baiki kerosakan." ucap BoBoiBoy tersenyum santai.
"Kerosakan?" beo Ailsa dan Rosa bersamaan.
"Ya, tadi ada sosok putih yang sengaja rosakkan alat-alat kitorang. Tapi dah kena tangkap, tu kat sana." ucap BoBoiBoy sweatdrop menunjuk ke sosok putih yang pingsan dan terikat oleh kuasa Fang.
Ailsa berjalan pelan ke arah sosok putih itu, "Boleh saya bawa?" tanya Ailsa dengan mata berbinar ketika melihat sosok yang pingsan itu.
"Ail...kau dah ada satu." kata Rosa sweatdrop mengingatkan Ailsa.
"Kan dia dah tewas, ni hidup lagi. Bolehkan?" protes Ailsa dan diangguki oleh BoBoiBoy dan Kokotaim.
"Terima kasih." kemudian dia membawanya sama seperti sosok putih sebelumnya.
"Baik, kita lanjutkan agenda kita. Tahniah bagi korang yang dah ciptakan alat-alat untuk menjalankan misi dan sekarang masa untuk di uji supaya kitorang dapat putuskan layak atau tak digunakan selama misi. Juri kali ini ialah saya sendiri dengan Kapten Kaizo." jelas Ailsa tersenyum.
"Pertama, ciptaan Ying dengan Ryan." kata Ailsa duduk di tempat yang ada di sebelah Kaizo yang sudah duduk sedari tadi.
"Kitorang persembahkan... Kasut Super!" Ryan memperlihatkan sepatu yang sama dengan Sepatu Laba-laba miliknya, namun mungkin ada sedikit perbedaan. Ying yang menjadi peragaan pun sudah berpose agar sepatunya terlihat menarik.
"Macam kenal dengan kasut tu. Kasut Laba-laba kau e?" tanya Ailsa setelah melihat sepatunya.
"Kenapa Akak tahu ni?" tanya Ryan tidak puas.
"Model kasut kau tu paling tak ganti la, lepas tu ada modifikasi ke tak?" kata Ailsa menulis sesuatu di kertas depannya.
"Mestilah. Tengok ni ye, Ying cabut jam kuasa kau dan lari." Ying melepas jam kuasanya dan berlari. Dirinya berlari seolah dirinya memakai jam kuasa, bahkan dirinya bisa menempel di langit-langit ruangan.
"Bagus, next ciptaan Rey dengan Fang." Rey dan Fang maju dengan membawa sebuah kain.
"Kitorang akan persembahkan ciptaan kitorang... Kain Halimunan!" Fang memakai kain itu di tubuhnya dan seketika dirinya menghilang, kemudian tiba-tiba dia muncul disebelah BoBoiBoy.
"Woah!" seru Kokotaim, kecuali BoBoiBoy yang berpura-pura & Kaizo dengan wajah datarnya.
"Bagus. Next, ciptaan Yaya dengan Rosa." Yaya dan Rosa mengangguk dari tempatnya masing-masing, kemudian mereka menunjukkan sebuah sarung tangan yang memiliki warna pastel.
"Apa nama dia?" tanya Kaizo.
"Tiada nama, tapi sarung tangan ni dapat buat seseorang makin kuat secara fizikal." jelas Rosa mengangkat lemari kaca yang ada di sana.
"Hei! Jangan nak kau pecahkan apa yang ada kat dalam tu!" seru Ailsa panik. Lemari yang Rosa angkat adalah cairan hasil eksperimen Ailsa, Ailsa takut bila ada yang jatuh kemudian pecah akan menimbulkan bahaya.
"Tak kan." Rosa dengan tenang meletakkan kembali lemari itu dengan hati-hati dan Ailsa pun bernafas lega.
"Nasib baik, tak de yang pecah. Seterusnya, Zein dan Gopal. Mana alat korang?" Zein hanya menatap datar seperti biasa namun Gopal terlihat panik.
"Dah hancur, tak sengaja meletup tadi masa nak ambik." jelas Ying yang melihat kejadian di laboratorium.
"Ah....macam tu." gumam Ailsa sweatdrop. 'Dia lepas ni antara merengek kat aku atau tak kat Boy.' pikir Ailsa menulis sesuatu di kertas depannya.
"Selanjutnya ialah ciptaan Maira dengan BoBoiBoy." kata Ailsa, dia berharap banyak kepada kedua adiknya itu.
"Sebenarnya ni murni ciptaan Kapten BoBoiBoy, saya hanya tolong ambik barang je." ucap Maira tersenyum bangga.
"Saya persembahkan... pin terbaru Tapops dan Tempur-A." BoBoiBoy menunjukkan pin Tapops dan Tempur-A yang sekilas sama seperti awalnya.
"Boleh tolong terangkan?" pinta Ailsa yang sudah tidak sabar dengan penemuan terbaru adik laki-lakinya. 'Kali ni apa yang kau ciptakan, Boy? Sangat menarik.' pikir Ailsa.
"Sebelum tu, korang silakan ambik pin yang dah saya sediakan." Maira membuka sebuah tas kecil yang berisi pin Tapops dan Tempur-A yang entah berapa banyak.
"Banyaknya. Kau pasti ke ini berjaya BoBoiBoy?" tanya Fang mengambil satu pin dan diikuti yang lainnya.
"Sangat yakin." jawab BoBoiBoy dengan wajah yakin. Ailsa tersenyum dan mengambil satu pin yang telah di ciptakan sang adik.
"Baik, saya akan terangkan apa yang berbeza dari pin ini." BoBoiBoy mengeluarkan tab dan mengetik sesuatu di tab tersebut.
"Pin ini telah di tingkatkan menjadi alat pertahanan dan juga alat pengesan. Jadi bila suatu masa korang terserang secara mendadak..." BoBoiBoy mengerahkan sinar laser ke arah Gopal yang lebih sibuk dengan pinnya dan ajaibnya, ada sebuah tameng transparan yang melindunginya.
"A... apa yang dah jadi?" gagap Gopal dan dia menyadari jika di sekelilingnya sudah ada sebuah tameng.
"Gila cool!" seru duo kembar dan Maira dengan mata berbinar terang. Maira sebenarnya tahu apa, namun dirinya belum melihat bagaimana cara pin itu bekerja.
"Mengagumkan." gumam Kaizo yang hanya di dengar oleh Ailsa.
Ailsa tersenyum ketika mendengar komentar Kaizo, 'Izo sampai cakap. Benar-benar mengesankan macam biasa, Boy.' pikir Ailsa tentu dengan wajah bangga.
"Selain tu, pin ini dapat di gunakan untuk komunikasi antar pasukan atau antar anggota." BoBoiBoy mengetuk dua kali pin tersebut dan pin di sekitarnya langsung menyala, mengaktifkan sistem komunikasi.
BoBoiBoy tersenyum ketika berhasil dan berjalan cukup jauh, "Jangkauan sinyal ni hanya sampai 1000 km dan bila ada anggota yang berada dalam jarak lebih dari 1000 km, maka akan ada peringatan dalam alat ni." BoBoiBoy tiba-tiba saja menghilang dari pandangan mereka dan tiba-tiba saja pin mereka mengeluarkan bunyi yang nyaring.
"Lokasi Kapten BoBoiBoy berada di luar jangkauan, lokasi terakhir berada di barat daya."
Pin itu mengeluarkan bunyi yang sama selama beberapa waktu hingga BoBoiBoy akhirnya kembali. Pin itu juga berhenti berbunyi dan kembali keadaan asalnya.
"Penemuan yang brilian. Saya sebagai Laksamana saja tak terfikirkan pasal benda ni, tahniah Kapten BoBoiBoy." riuh tepuk tangan terdengar di ruangan itu, memberikan apresiasi terhadap BoBoiBoy.
"Laksamana, silakan bagi tahu kepada atasan lain pasal pin ini. Saya ingin ciptaan saya berguna bagi semua anggota Tapops dan Tempur-A." Ailsa mengangguk dan menerima tas yang Maira berikan.
"Baik, sebab dah nak masuk waktu malam, mari kita akhiri latihan kali ni. Jangan keluar istana bila jam malam sebab berbahaya dan makan malam akan di hantar kat bilik masing-masing. Selamat malam." ucap Ailsa sebelum mereka bubar.
Kokotaim, kecuali BoBoiBoy, pergi terlebih dulu kemudian di susul oleh duo kembar dan Rosa hingga menyisakan ke-empat saudara itu di ruangan tersebut.
"Boy, boleh tak Akak datang kat bilik kau malam ni?" tanya Ailsa menarik pelan belakang baju BoBoiBoy, tentu setelah memastikan hanya mereka yang ada di sana.
"Mestilah boleh, tak kan Boy larang Akak nak datang kat bilik adiknya. Mai ngan Zein bila nak datang sekali pun boleh." jawab BoBoiBoy tersenyum ke arah Maira dan Zein yang ada di belakang Ailsa.
"Betul ke boleh, Abang?" tanya Maira dengan tatapan berharap dan dibalas dengan elusan pelan di kepalanya oleh BoBoiBoy.
"Abang tunggu masa jam malam. Abang pergi bilik dulu." BoBoiBoy melambaikan tangannya pelan sembari berjalan menjauh dari saudara-saudaranya.
Namun, tanpa ada yang menyadarinya, seseorang melihat momen keluarga harmonis itu dengan wajah terkejut tidak percaya. "Diorang....keluarga..." gumam seseorang itu menutup mulutnya tidak percaya, kemudian tanpa suara dia pergi.
BoBoiBoy berjalan ke arah kamarnya dan dia melewati lorong ke arah gerbang ke halaman belakang. Sesaat dirinya melihat sekilas sosok pria yang berumur 30 tahunan yang sedikit mirip dengan Amato.
"Macam... Pakcik Amirul. Tapi Pakcik dah tiada 19 tahun lepas, sebelum Mai lahir. Mungkin salah tengok." gumam BoBoiBoy dan tanpa memikirkan lebih jauh lagi, dirinya kembali berjalan ke kamarnya dan melupakan sosok yang ia lihat tadi.
Beberapa menit setelah BoBoiBoy melewati jalan itu, Ailsa, Maira, dan Zein juga melewati jalan itu karena hanya itu jalan satu-satunya untuk bisa ke kamar BoBoiBoy.
Sama seperti BoBoiBoy, ketiganya juga melihat sosok yang sama dengan apa yang BoBoiBoy lihat.
"Hm? Ada orang ke?" tanya Zein saat melihat sosok itu sebelum sosok itu menghilang.
"Hantu je. Tak payah takut." jawab Maira santai dan kembali berjalan.
"Hantu je ke." gumam Zein dan dia menyusul Maira kemudian baru di susul Ailsa. 'Macam Pakcik Amirul, tapi... belum waktunya lagi kan?' batin Ailsa sembari berjalan menyusul saudaranya.
Sedangkan BoBoiBoy di kamarnya baru saja selesai membersihkan diri dan duduk di daun jendela, menatap langit malam yang menampilkan pemandangan yang indah.
'Apekah waktunya dah tak lama lagi?' pikir BoBoiBoy dan Ailsa di waktu yang bersamaan.
~𝙽𝚎𝚡𝚝~
2149 word
09/03/2023
☆Note from Amy :
Hehehe maaf semuanya, tetiba je satu minggu tak update. Maaf ye semuanya//membungkuk 90°
Bbb: kenapa tak update Amy?
Sebab tugas kat sekolah dan masih banyak lagi. Jadi..... Amy baru update hari ni. Hehehe maaf ye semua.
Chapter "Nine" spoiler
"Hari ini latihan korang akan di bimbing oleh Kapten Rosa. Jangan sampai buat diorang masuk bilik kesihatan, Rosa." - Ailsa
"Aku tak kan setega itu lah kat diorang." - Rosa
"Suka hati kau." - Ailsa
See you in the next chapter~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top