✨ Bab 1 : Rasa Iri
Universitas Beijing, 2021
Di ruangan khusus penelitian sejarah. Yang Qian dan teman baiknya, Ji Wanting, sedang melakukan penelitian tentang surat-surat kuno.
"Xiao Qian, bagaimana hasil penelitianmu tentang surat-surat kuno yang sedang kamu teliti?"
Ji Wanting bertanya di sela-sela Yang Qian sibuk meneliti sebuah surat yang menarik menurutnya.
"Saat ini aku sedang mencari rahasia yang tersembunyi dari surat ini," jawab Yang Qian tanpa menoleh ke arah temannya.
"Surat siapa yang sedang kamu teliti?"
"Ini surat peninggalan pada zaman Dinasti Tang tepatnya surat milik Yang Guife."
"Surat dari permaisuri yang termasuk wanita tercantik di daratan China pada zaman Dinasti Tang?"
"Yups, bener banget. Ada banyak rumor tentang surat ini. Salah satunya adalah surat ini dianggap surat terakhir yang ditulis oleh permaisuri pada saat detik-detik akhir hayatnya."
Yang Qian menjelaskan asal usul surat tersebut kepada Ji Wanting dengan penuh semangat. Menurutnya banyak rahasia yang tersimpan dalam surat ini.
"Wan-wan, apakah kamu sudah menentukan surat mana yang akan kamu teliti?"
"Belum!"
"Ada apa? Apakah kamu belum menemukan surat yang menarik menurutmu?"
Ji Wanting hanya menganggukkan kepalanya, sebenarnya ia sudah menemukan surat yang menarik untuk di teliti. Akan tetapi, surat tersebut sudah diteliti oleh Yang Qian.
Ia tidak memberi tahu kepada Yang Qian karena Yang Qian adalah teman dekatnya.
"Kalau begitu bagaimana kamu teliti tentang surat ini." Yang Qian menyerahkan sebuah surat lusuh, akan tetapi tulisnya masih utuh kepada Ji Wanting.
Ji Wanting melihat surat itu dan sedikit enggan untuk menerimanya, menurutnya surat lusuh ini tidak menarik untuk diteliti.
"Apa menariknya surat ini?" tanya Ji Wanting terlihat ragu dengan surat yang diberikan oleh Yang Qian.
"Kamu akan tahu jika kamu meneliti apa yang tertulis di sana," kata Yang Qian dengan nada mengoda.
Ji Wanting hanya memutar matanya jenggah saat mendengar kata-kata Yang Qian kemudian ia menyimpan surat tersebut ke dalam laci mejanya.
Sebenarnya ia tidak ahli dalam penelitian surat-surat kuno ini tapi karena Yang Qian ikut, Ji Wanting mau tidak mau harus ikut juga karena dosen pembimbingnya menyarankan untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian surat-surat kuno tersebut.
Walaupun tidak ahli dalam meneliti Ji Wanting tetap berusaha untuk melakukan yang terbaik dan demi hasil yang memuaskan.
....
Pada saat jam istirahat Yang Qian dan Ji Wanting memutuskan untuk makan ke kantin yang selalu mereka datangi.
"Wan-wan, kamu mau pesan apa biar sekalian aku pesanin?" tanya Yang Qian kepada temannya.
"Aku ngikut kamu aja," jawab Ji Wanting.
Yang Qian memanggil pelayan dan menyebutkan pesanan yang ingin mereka makan.
Saat mereka tengah menyantap makanan seseorang mahasiswa mendekati meja mereka.
"Woah, kamu Xiao Qian dari jurusan sejarah itu ya? Aku salut sama kamu loh. Bisa ikutan dalam penelitian surat-surat kuno itu," kata mahasiswa tersebut memuji Yang Qian.
"Terima kasih, itu semua tidak lepas dari bantuan teman baikku," kata Yang Qian sambil tersenyum.
"Aku lihat yang lebih banyak berkontribusi dalam penelitian adalah kamu," kata mahasiswa itu lagi karena ia sering bolak balik ke ruangan penelitian dan melihat hanya ada Yang Qian di sana sendiri tanpa Ji Wanting.
Ji Wanting yang mendengar itu hanya tersenyum dan memilih untuk melanjutkan makanya yang sempat tertunda.
Yang Qian hanya tersenyum saat menanggapi perkataan mahasiswa tersebut. Melihat suasana menjadi canggung mahasiswa tersebut pamit untuk pergi. Sebelum pergi ia mengatakan kata semangat kepada Yang Qian dan berlalu pergi mengabaikan Ji Wanting yang duduk di sebelah Yang Qian.
Tanpa mahasiswa dan Yang Qian ketahui tangan Ji Wanting mengepal dengan erat di bawah meja, sampai kuku jarinya memutih.
"Wan-wan, ayo lanjutkan makannya," kata Yang Qian yang melihat Ji Wanting berhenti makan.
"Aahh, iya," kata Ji Wanting seadanya mendadak nafsu makannya hilang.
Setelah mereka selesai makan di kantin, Ji Wanting dan Yang Qian memutuskan untuk kembali ke ruangan penelitian.
Di sepanjang jalan banyak yang mengucapkan kata-kata pujian dan semangat untuk Yang Qian. Sedangkan Ji Wanting berjalan di samping Yang Qian dengan tangan terkepal erat.
"Kenapa selalu Yang Qian yang mendapatkan pujian," teriak Ji Wanting dalam hatinya.
Padahal dirinya juga ikut serta dalam penelitian tersebut. Kalau pun ada yang memujinya dan memberi semangat, itu pasti Yang Qian yang mengatakan hal yang baik tentangnya.
"Xiao Qian, kamu ternyata terkenal juga ya! Terus juga banyak dapat pujian pula," kata Ji Wanting saat mereka telah sampai di ruangan penelitian.
"Aahh, enggak juga," kata Yang Qian dengan santai.
"Jelas-jelas terkenal gitu karena kamu mahasiswi yang rajin dan ikut penelitian surat-surat kuno pula, siapa yang gak iri dengan kepintaran dan keahliamu," kata Ji Wanting sambil tersenyum hambar.
"Itu semua berkat bantuan dan dukungan dari kamu," kata Yang Qian menepuk bahu Ji Wanting.
Ji Wanting menurunkan tangan Yang Qian dari bahunya kemudian ia berkata, "Ayo, kita lanjutkan meneliti surat-surat kunonya."
Yang Qian melihat temannya terlihat lesu, jadi prihatin dengan keadaan Ji Wanting.
Saat mereka tengah fokus melakukan penelitian, tiba-tiba dosen pembimbing datang mengunjungi mereka, untuk melihat sejauh mana kemampuan dan hasil penelitian mahasiswanya.
"Xiao Qian, sudah sampai mana penelitian punya kamu?" tanya Li Sheng saat pertama kali masuk ke ruangan penelitian.
Li Sheng terkenal dosen yang tegas dan ketat kepada mahasiswa atau mahasiswi di bawah bimbingannya, sebagai mahasiswa dan mahasiswi memberikan julukan kepadanya "si Dosen Killer".
"Sudah hampir mendekati hasil, Pak Li," jawab Yang Qian memperlihatkan beberapa hasil penelitiannya.
"Bagus! Lanjutkan sampai mendapatkan hasil yang memuaskan. Saya berharap banyak dengan hasil penelitian yang kamu miliki, supaya bisa mengharumkan nama universitas kita," kata Li Sheng menepuk bahu Yang Qian dengan perasaan bangga.
Setelah puas dengan jawaban Yang Qian, Li Sheng berbalik ke arah Ji Wanting yang duduk tak jauh dari Yang Qian.
"Wanting, penelitianmu apakah sudah sampai tahap akhir juga?" tanya Li Sheng sambil berjalan ke arah Ji Wanting.
"Belum, Pak Li! Saya baru saja mau memulai meneliti suratnya," kata Ji Wanting dengan jujur.
Mendengar hal itu membuat Li Sheng menjadi marah besar.
"Kamu kenapa baru memulai meneliti suratnya? Jangan jadi penghalang bagi temanmu untuk sukses," kata Li Sheng sambil memukul meja di depannya.
Ji Wanting hanya diam tak menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Li Sheng, pertanyaan itu membuat Ji Wanting tertohok. Padahal selama ini ia juga banyak berkontribusi dalam penelitian bersama Yang Qian, Ji Wanting selalu membantu penelitian Yang Qian sehingga ia mengabaikan penelitiannya sendiri.
"Yang Qian, kamu lanjutkan saja penelitianya," kata Li Sheng kemudian berlalu pergi tanpa mengatakan sepatah kata pun.
...
Setelah pulang dari kampus Ji Wanting masuk ke kamar dan melempar semua barang yang ada di kamarnya karena kesal.
"Kenapa selalu Yang Qian dan Yang Qian yang mendapatkan pujian? Sedangkan aku hanya mendapatkan makian dan kritikan," kata Ji Wanting kesal.
______________✨✨✨______________
Semoga kalian suka sama ceritanya, maaf kalau ceritanya sedikit membosankan, wkwkwk.
Update: Senin, 5 Agustus 2022
Oh ya, kalian jangan lupa singgah ke lapak yang lain dijamin ceritanya bakalan membawa kalian melintasi waktu.
Dan jangan lupa singgah lapakku juga ya. Bukunya menceritakan tentang kisah cinta gadis tercantik pada Zaman Dinasti Tang.
Okeh, cukup sekian terima kasih dan selamat membaca, wahai para readerku!
Arigatou gozaimasu, Minna!!! 😘✨
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top