Prolog

BOHONG kalau manusia memiliki sisi sempurna. Tidak ada kisah penuh kesempurnaan.

Sama seperti yang dialami Ge. Dia wanita. Termakan paradigma kerdil yang mementingkan tampang ketimbang kejelasan. Ge memang cerdas dalam hal me-manage pekerjaan. Ge juga penuh dengan tanggung jawab. Di mana pun tempatnya, godaan selalu ada. Siapa pun manusianya, kalau hanya melihat dari tampang, semua akan salah kaprah. Wanita mana sih yang mau dengan bodohnya menerima kesepakatan penuh luka, derita, dan dosa?

Manusia sering mengesampingkan dosa. Karena bentuk dosa tidak terlihat, hal ini sering tak dihiraukan. Termasuk Ge yang dengan kuat, tamak, dan bodoh bertahan lama menjadi peliharaan Garyzka. Atasan yang sudah memiliki nasib menjadi pewaris perusahaan terbesar se-Asia Tenggara.

Jauh dari orang tua, bukan membuat Ge sadar untuk selalu melakukan hal membanggakan, tetapi justru kalah dengan nafsu tidak jelas arahnya.

Puncak dari seluruh sesak Ge menunggu Ga adalah ketika berita pertunangan lelaki itu menyebar seantero perusahaan, juga relasi bisnis lainnya. Tapi Ga sama sekali tidak berniat menjelaskan ke mana arah hubungan saling ‘menyenangkan’ itu. Wanita pasti memiliki sisi kekecewaan mereka sendiri. Ada transisi hati dari ambisi menggebu yang menjunjung kebodohan, pada akhirnya berujung pada rasa sesal penuh kesalahan.

“Apa yang terjadi, Nak? Kenapa begini keadaanmu?”

“Maafin Ge, Bu. Ge enggak bisa jadi anak yang Ibu dan
Ayah banggakan. Ge salah. Ge dosa. Ge—”

“Siapa pelakunya?!”

Tidak ada pelaku. Ge tahu kalau dirinya juga menikmati proses penuh peluh dosa itu.

“Jangan hanya menggeleng dan menangis, Geihara!
Jawab!!!”

“Maafin Ge, Pak....”

Satu pukulan yang tersamar sebagai tamparan itu membuat Ge kehilangan kesadarannya. Yang ia pikirkan satusatunya adalah sang bayi yang belum lahir ke dunia. Sebelum kegelapan melanda, Ge tahu jika ayahnya sudah meluncurkan air mata.

Inikah akhirnya ...? 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top