8#TheSecondLife
"Kenapa papa tiba-tiba muncul?"
Tuan Lyandraz tidak menjawab lalu Prilly menoleh kepada Jasmine. Tidak salah lagi. Jasmine pasti sudah bertindak. Apalagi dia tertinggal dibawah saat ia diseret Ali ikut menemui Amora.
"Anda tidak tahu siapa mereka, makanya anda bengongkan, nona Laura?"
Jasmine berkata saat melihat Laura bingung menatap kearah Ali yang sedang menyeret Prilly. Sebetulnya iapun tadinya merasa kaget dengan tindakan Ali. Namun ia biarkan saja, dan ia juga tidak sempat mengejar atau memang ia sengaja ingin memperingatkan Laura sebelum menyusul naik kelantai 7.
"Maksud anda apa? Saya sudah tahu tuan Ali keluarga Lionard, dan nona itu tamu yang ingin menemui manager, menurut anda apa yang tidak saya ketahui?" Sahut Laura masih belum mengerti arah pembicaraan Jasmine.
Memang selama ini, ia tidak pernah tahu dan mengenal puteri pemilik perusahaan karna tidak pernah muncul dikantor dan kabarnya masih menyelesaikan pendidikan. Beberapa karyawan dalam posisi pentingpun banyak yang sudah digantikan dengan yang baru karna berpindah tempat kerja atau pensiun. Laura juga termasuk pegawai yang baru setahun lebih bekerja menjadi resepsionis ditempat tersebut. Sementara Amora juga staf baru yang langsung naik jabatan untuk menggantikan pak Bondan karena pensiun.
"Jasmine?"
Jasmine menoleh keasal suara. Ia tersenyum lega melihat tuan Lyandraz mendekati kearahnya dari pintu masuk.
"Halo, Om!"
Laura terpana sejenak mendengar Jasmine menyapa direktur utama dengan sebutan seperti itu. Memang seharusnya Jasmine tetap memanggil beliau dengan panggilan formal diarea kantor, namun ia sengaja ingin menjatuhkan mental Laura sehingga panggilannya seperti biasa saat dirumah.
"Selamat pagi menjelang siang, pak Direktur!" Sapa Laura saat tuan Lyandraz makin mendekat.
"Bagaimana Jes? Aman?" Tuan Lyandraz yang juga datang lebih lambat dari biasanya bertanya pada Jasmine setelah mengangguk menjawab sapa Laura.
Saat mengetahui Prilly ingin datang diam-diam, iapun mengurungkan niatnya datang lebih pagi dan membatalkan rencana mengabarkan kepada seluruh bagian penting perusahaan untuk meeting luar biasa.
Ia tidak akan ada ditempat untuk memberi kesempatan pada Prilly menjalankan misi sesuai dengan rencananya. Ia pikir ada baiknya ketika orang tak tahu dulu kalau direktur utama akan dipegang puteri tunggalnya segera. Dan beliau juga memberi kesempatan kepada Prilly untuk belajar memimpin tanpa dirinya.
"Resiko-resiko yang dia katakan semalam sebagian sudah terjadi, Om!" Lapor Jasmine.
"Hmm. Begitukah?"
"Ya, tapi dia cukup komitmen!"
"Dia dimana?"
Tuan Lyandraz dan Jasmine saling melempar tanya dan jawab sambil melangkah diiringi tatap kebingungan Laura. Kecerdasan dan kecepatan Laura dalam berpikir diuji. Ia berusaha menyimpulkan apa yang terjadi. Dia, dia, dia siapa yang dimaksud tuan Lyandraz? Gadis bernama Jasmine memanggil direktur dengan sebutan 'Om'. Lalu gadis yang bersamanya tadi.....
"Gawat!!!"
Alarm dikepala Laura memberi tanda bahaya.
Sementara didalam Lift, Jasmine menceritakan dari awal sampai Prilly diseret Ali naik bersamanya menemui Amora.
#####
"Jadi, apa ada yang bisa menjelaskan kepada saya, kenapa sampai ada kalimat, 'kalau dia mengaku putri direktur, saya bisa mengaku istrinya'!?" Suara bariton Tuan Lyandraz terdengar memecah sunyi sejenak saat ia masuk membawa pertanyaan dan putrinya mempertanyakan kenapa ia bisa sampai ditempat itu. Ia merasa tidak harus menjawab pertanyaan itu, karna masalah yang lebih penting harus segera dipecahkan.
"Maaf, Saya permisi...!" Sebelum terdengar jawaban, Ali justru pamit.
"Kamu mau kemana?" Tanya Prilly terkejut mendengar Ali pamit.
"Aku orang luar, Ily, tidak sepantasnya berada disini, ini masalah interen dalam perusahaan kamu!" Jawab Ali bukan basa-basi. Ia merasa tak layak mendengar. Ia disana juga hanya sebagai tamu. Tamu yang memperparah kesalahan Amora. Ia tak ingin dianggap terlalu kepo, meski ia sebenarnya ingin tahu bagaimana cara mereka menyelesaikannya.
"Kamu disini ajaaa, kamukan saksi, kamu yang lihat dan dengar sendiri sampai diruangan ini kann!" Prilly meminta seraya menyentuh lengan Ali. Dan ini benar-benar refleks. Prilly lupa ia harus menjaga image. Namun sisi manusiawinya sebagai gadis ekspresif tidak bisa diajak kompromi.
Kelopak Prilly berkedip saat lensanya bertemu dengan lensa menusuk milik pria yang tadi menyebutnya apa? Ily. Ia menghela nafas lalu menghempasnya, kemudian melepaskan lengan itu. Drama apalagi ini? 'Prilatusina, ingat, dia malaikat mautmu!' Sisi hati kecilnya yang lain mengingatkan.
Helaan dan hempasan nafas yang diiringi melepaskan lengan untuk berhenti menahannya diiringi pandangan yang berubah arah tak lagi beradu dengan lensanya membuat Ali mendadak merasa kehilangan.
"Sudah Li, disini saja tidak apa!" Titah tuan Lyandraz menengahi.
Akhirnya Ali merasa heran kenapa ada rasa lega Prily dibantu tuan Lyandraz untuk meyakinkannya agar tetap berada diruangan itu. Ia senang dapat membersamai Prilly sesuai dengan inginnya tadi.
Sementara Prilly bermonolog dalam hati, 'Akhirnya papa lagi yang membantu, memang peran papa tidak bisa dirubah, menjadi perisai aku, meski kali ini tanpa diharapkan dan tanpa diminta.'
"Jadi penjelasannya?" Tuan Lyandraz kembali kepada persoalan.
Tidak ada yang bersuara. Tuan Lyandraz menatap Amora yang menunduk lalu mengalihkan pandangan pada Putrinya.
"Satu, datang terlambat, dua, menyenggol tanpa rasa bersalah, tiga, membuat tamu menunggu lama, empat, memutuskan menemui tamu yang baru datang tanpa peduli dengan yang sudah lebih dulu menunggu, lima, meremehkan!"
Prilly mulai mengabsen kesalahan-kesalahan Amora untuk menjawab tanya ayahnya.
"Benar itu yang terjadi miss Amora? Anda bisa menyanggah kalau tidak benar!"
Menghadapi direktur utama, pemilik saham dan dua orang saksi, membuat Amora bagai tak bisa berpikir lagi.
"Mohon maaf saya tidak tahu, sayaa tidak menyangka, sayaa..."
Amora merasa dunianya runtuh seketika. Bagaimana tidak runtuh? Mendadak saja apa yang sudah ia lewati sejak pagi bahkan disebutkan oleh Prilly seperti film yang diputar didepan matanya. Ia datang terlambat, turun dari parkiran tergesa lalu menyenggol orang tanpa minta maaf bahkan tak membalas senyumnya. Tuhan, ia sedang kalut. Perasaannya sedang tidak terkendali. Ia kurang tidur semalam.
"Kenapa anda harus tahu siapa saya dulu baru anda bersikap baik? Bukankah kepada tamu, siapapun itu kita harus memiliki adab? Percuma sajakan berilmu kalau tidak beradab?"
Eh!
Jasmine mengeryit mendengar ucap Prilly mengenai ilmu dan adab. Tumben! Padahal sendirinya juga sering tidak beradab. Baru akhir-akhir ini semenjak hari ulangtahun jadi berubah. Meski begitu, karna ia merasakan semua poin-poin yang diucapkan Prilly sejak dari tempat parkir, ia membenarkan ucapan penuh makna tersebut disampaikan kepada Amora.
Tak berbeda dengan Jasmine, Ali nampak melipat tangan kirinya didada, sementara tangan kanan mengusap dagunya. Ia semakin penasaran kepada Prilly yang dikatakan orang punya tabiat buruk. Kalau tabiatnya buruk, kenapa terdengar sebaliknya saat bicara ilmu dan adab?
Ternyata tak hanya kantornya yang sedang krisis adab. Penggelapan justru dilakukan keponakan ayahnya sendiri. Tanda terima kasih karna diberikan pekerjaan dan dipercaya dibagian penting dan jantung perusahaan, yaitu sebagai manager keuangan, justru diberikan dalam bentuk menggelapkan uang perusahaan. Katanya niatnya akan dikembalikan jika investasi dimana ia menanamkan modal dengan hasil instan memberikan hasil maximal. Ternyata dia tertipu dan tidak bisa mengembalikan segera hingga ketahuan ketika dicek audit. Nasibnya disambut persoalan ketika memulai keterlibatan diperusahaan ayahnya.
"Mohon jangan pecat saya, pak direktur, saya butuh sekali pekerjaan, saya sungguh tidak bermaksud meremehkan putri anda!"
Tidak menjawab tanya Prilly, Amora justru memohon kepada tuan Lyandraz.
"Bukan saya yang memutuskan, tapi dia!" Ucap tuan Lyandras tegas. "Karna dia pemilik 90% saham perusahaan ini, saya sudah mewariskannya saat dia genap 23 tahun, 24 tahun ini posisi saya yang akan saya berikan penuh padanya!" Lanjutnya lagi memperjelas.
Hening.
Amora menunduk dalam. Entah berpikir atau sedang menyesali dirinya. Akankah karirnya yang baru saja cemerlang akan jatuh begitu saja?
Ia tak mau ditertawakan.
Pasti pegawai dikantor ini yang dari awal tidak suka dengan melonjaknya karirnya akan bersorak dan memperebutkan posisinya kembali.
"Saya minta maaf karna saya tadi malam tidak tidur sebab ibu saya sakit, saya minta maaf karna terburu sampai tersenggol sebab saya sudah terlambat, saya minta maaf karna saya membuat anda menunggu lama sebab saya serasa gak bisa buka mata, saya sangat mengantuk, saya minta maaf, saya mendahulukan tuan Ale Lionard karna saya pikir kerjasama yang akan dia tawarkan lebih penting demi perusahaan ini, saya tidak tahu siapa yang menunggu saya sebelumnya dan untuk urusan apa jadi saya lebih mendahulukan yang sudah jelas, begitu maksud saya!"
Panjang lebar Amora memberi alasan untuk kesalahan-kesalahannya yang disebutkan Prilly dengan menggunakan poin satu sampai lima. Mencari alasan atau sedang mencari pembenaran?
"Terima Kasih atas penjelasan anda, alasan anda tidak serta merta membenarkan apa yang anda lakukan hari ini, menurut saya dalam keadaan apapun seorang pegawai sebuah perusahaan, baik dari tingkat terendah apalagi tinggi dan berpendidikan, harus bersikap profesional, menghadapi tamu dengan baik siapapun dia!" Ucap Prilly tegas dengan menggunakan bahasa yang baik.
Kalau saja ia Prilatusina yang dulu, ia sudah mengeluarkan sumpah serapah tak terkira. Namun ia tahu pada akhirnya sumpah serapah hanya menghasilkan luka.
Jika yang telah lalu ia melewatkan hari ini dengan dipuja-puji, dihargai dan dihormati oleh seorang Amora karna mengetahui siapa dirinya. Hingga Amora berjumpa dengan Ali yang kala itu tidak ingin berjumpa dengannya dengan bahasa yang baik dan berbanding terbalik dengan dirinya, hingga membuat Ali respect pada Amora bahkan berlanjut hingga keluar kantor.
Sungguh kali ini dunia bagai terbalik. Prilly terdengar bijaksana, justru Amora tidak memberikan kesan yang baik.
"Maafkan saya!" Lirih Amora tertunduk.
Kesan angkuhnya yang mendominasi hilang sudah.
"Namun begitu saya turut prihatin dengan keadaan ibu anda, sebelum memutuskan bagaimana nasib anda disini, saya akan berdiskusi dengan ayah saya sebagai direktur utama dikantor ini terlebih dahulu!"
####
Banjarmasin, 7-8 Desember 2022
00.54 Wita
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top