6#TheSecondLife
"Maaf nona, ini parkiran untuk pejabat perusahaan, silahkan parkir disebelah sana nona, parkir untuk tamu!"
"Pak, ini..."
Prilly menyentuh tangan Jasmine, hingga Jasmine menghentikan ucapannya lalu menoleh pada Prilly yang duduk dibalik kemudi.
"Pap, aku kekantor agak siangan hari ini ya!"
"Kenapa tidak lebih pagi? Papa merencanakan meeting luar biasa menyambut kamu hari ini!"
"Jangan dulu diumumkan pap, aku mau datang tanpa mereka tau siapa aku, aku mau tau bagaimana standarisasi mereka, apakah sudah berjalan sesuai S.O.P mulai dari pintu masuk sampai menuju HRD!"
"Kok begitu?"
"Sesekali mereka disana itu dikasih syok terapi!"
Hari ini Prilly memberikan kejutan lagi. Minta datang agak terlambat, dan pura-pura menjadi orang asing. Ia ingin tahu kondisi perusahaan ayahnya saat ini. Ayahnya tidak selalu duduk dikantor, selama ini hanya sesekali muncul. Karna tentu saja tanpa dikendalikan secara langsung, semua karyawan bekerja sesuai dengan tugasnya masing-masing.
"Disebelah mana saya harus parkir?" Tanya Prilly kemudian kepada security perusahaan yang menegur mereka karna Prilly yang menyetir sendiri parkir ditempat khusus pejabat perusahaan.
Ia menolak disupiri kali ini. Dan sebetulnya juga menolak ditemani Jasmine. Namun Jasmine tidak ingin melepasnya. Ia tetap ingin mendampingi dengan alasan karna ini pertama kali, ia tak ingin Prilly tak ada pengontrol ketika ada yang tidak beres dikantornya. Terutama ia mengkhawatirkan sikap karyawan yang tidak mengenalnya tidak sesuai dengan kehendak Prilly.
"Aku sudah tau resikonya, Jes!"
"Aku belum yakin, Piy, sudahlah, aku akan diam saja seolah menemanimu saja!"
"Ya sudah, tapi jangan banyak intervensi, ingat!"
Dari tempat parkir ia sudah dijegal security yang mengatakan kesalahannya parkir bukan pada tempatnya.
Apa yang Jasmine khawatirkan tidak terjadi disini. Prilly tidak merasa dilecehkan karna mobil mewahnya tidak diperkenankan ditempatkan diparkiran khusus.
"Bukan salahnya, malah seharusnya dia benar menjalankan tugas!" Ujarnya santai.
Padahal selama ini, parkiran ditempat publik saja ia mengambil tempat khusus, dan akan menggeser mobil lainnya kalau tempat yang ia inginkan tidak tersedia lagi.
Mereka turun dari mobil setelah mendapatkan tempat parkir yang ditunjukkan oleh security tanpa security tersebut membantu sampai selesai karna ia kemudian sibuk mengatur mobil lain yang justru parkir diparkiran khusus pejabat perusahaan.
Seorang wanita keluar dari mobil yang tidak lebih mewah dari mobilnya yang limited edition. Dada Prilly berdegup melihatnya.
"Memakai mobil limited saja sampai gak dianggap, bagaimana tadi kalau kau menggunakan mobil pak Fredo!" Sungut Jasmine.
Maksud Jasmine menyebut mobil pak Fredo adalah, mobil yang biasanya dikemudikan Pak Fredo sebagai driver dikediaman Prilly. Bukan mobil sejuta umat juga, cukup elegan dengan harga setengah milyar, namun dibanding mobil limited koleksi Prilly tentu jauh sekali.
"Sudahlah Jes, jangan mengeluh! Heii, kenapa kau yang sinis, harusnya aku?"
Jasmine terkekeh sendiri. Rupanya selama ini ia yang terkontaminasi sifat Prilly karna selalu bersamanya. Lagipula ia benar-benar tidak senang melihat Prilly dilecehkan.
Mereka melihat seorang wanita keluar dari mobil yang parkir dimana seharusnya ia yang mendapatkan tempat tersebut apalagi ia yang lebih dahulu datang. Tapi akhirnya Prilly menyadari kembali bahwa ia sedang menjalankan misi perubahan pada diri dan takdirnya. Kalau dulu ia hadir keperusahaan disambut oleh 'meeting luar biasa' oleh ayahnya yang akan hadir keperusahaan lebih awal namun kali ini ia datang dalam kondisi yang berbeda.
Didepan pintu masuk, mereka berpapasan dengan wanita tersebut. Sekali lagi ada yang berdenyut dalam dada Prilly. Ia tahu dia adalah manager operational, Amora. Dan Prilly juga sudah tahu kalau Amora adalah manager operational yang baru saja diangkat karna manager operasional yang lama sudah pensiun. Kalau seharusnya, ia belum mengenal Amora. Namun karna ia sudah melewati hari ini, tentu ia sudah mengetahui isi kantornya. Bahkan seharusnya Amora menyambutnya waktu itu. Sungguh berbeda sikapnya. Dan Prilly cukup senang ia berada dalam situasi berbeda. Denyutan kala melihatnya mulai menenang. Ia mencoba menguasai dirinya. Ia meyakinkan dirinya, kalau takdir dia dan wanita ini kedepannya takkan sama. Buktinya saat ini saja sudah berbeda, Amora tak tahu siapa dirinya tentu. Kali ini Amora nampak santai, datang terlambat, berjalan tergesa mendahului Prilly sampai menyenggol bahunya. Bahkan ia tidak tersenyum apalagi minta maaf ketika Prilly tersenyum padanya. Lalu ia melenggang angkuh menuju pintu masuk dimana ada satu lagi security disana yang menyambut Amora dengan anggukan kepala hormat. Prilly merutuk, sungguh saat lalu ia tertipu.
"Selamat pagi nona, apakah ada yang bisa saya bantu?" security yang tadi mengangguk hormat pada Amora bertanya padanya.
"Saya ingin bertemu dengan Manager Operational!" sahut Prilly tersenyum lagi.
"Apakah sudah ada janji?"
"Sudah!" bohong Prilly. Agar ia bisa segera masuk. Kalau tidak bilang sudah berjanji nanti ditahan.
"Silahkan menunggu disana nona, miss Amora baru saja datang, nanti saya kabarkan kepada asistennya dulu melalui resepsionis!"
"Pak..."
Prilly menyikut lengannya samar. Akhirnya Jasmine tidak melanjutkan intervensinya. Dia sedikit geram. Amora sudah tidak sopan, tidak ada senyum saat berpapasan meski dengan orang asing, padahal ia melihat Prilly mencoba tersenyum kepadanya. Ia juga mendahului mereka dengan menyerobot seolah jalan miliknya. Sekarang security menyuruh Prilly duduk menunggu dia.
"Biarkan dia menjalankan tugasnya!"
"Kamu tidak apa-apa?" Tanya Jasmine khawatir.
Ia tak ingin Prilly mengamuk dihari pertamanya. Ia sungguh sangat mengenal Prilly.
"Tidak apa-apa, Jes, sudah tugasnya, bukankah sudah kubilang, aku sudah tahu resikonya!" Sahut Prilly.
Jasmine menghempas nafasnya. Kenapa ia yang deg-degkan sedari tadi? Ia bahkan tak mengerti dengan perubahan kilat dari bosnya ini sejak ulang tahunnya. Kenapa ia tak mengetahui penyebab perubahannya? Bukankah 1×24 jam ia ada didekat Prilly kecuali tidur karna mereka tidur dikamar masing-masing? Apakah ia bermimpi buruk? Atau bagaimana?
Sudah 30 menit berlalu namun tidak juga ada panggilan dari resepsionis pada Prilly untuk segera bertemu dengan Amora. Jasmine berdiri, lalu Prilly menyuruhnya duduk kembali.
"Aku saja!" Ucapnya sembari melangkah kearah resepsionis.
"Mbak, apakah sudah ditanyakan kepada ibu manager operasional kalau saya ingin bertemu?"
"Oh maaf, siapa?"
Sang Resepsionis tergagap meraih gagang telpon disampingnya. Rupanya ia belum juga memberitahu Amora, entah apa yang ia kerjakan sejak tadi sampai mengabaikan tamu yang ingin bertemu atasannya. Prilly mulai merasa dadanya panas mengingat tidak diacuhkan, namun ia mencoba menekan emosinya. 'Santai Pril, bukankah kau sudah tau resiko ini?'
"Maaf miss Amora, disini ada seseorang mau bertemu!"
Entah apalagi yang dia katakan, setelahnya ia berkata pada Prilly yang berada didepannya.
"Silahkan menunggu nona, miss Amora sedang bersiap!"
"Sejak tadi hanya bersiap?"
"Kalau tetap ingin bertemu silahkan menunggu nona, namun kalau tidak, silahkan..."
"Silahkan apa? Apakah anda mencoba mengusir saya?"
"Jangan tidak sopan, nona, yang ingin anda temui orang penting disini, anda harus ikuti aturan kantor ini, kalau tidak...!"
"Kalau tidak, apa mbak?"
Jasmine yang melihat situasi mulai memanas berdiri dan mendekati mereka. Sepertinya apa yang ia khawatirkan akan kejadin.
"Saya catat namamu ya, Laura, ya Laura!"
Prilly menekan rasa panas yang ada dihatinya hingga ia memundurkan diri dari resepsionis yang terlihat galak mencoba mengintimidasinya.
Berpapasan dengan Jasmine, ia menarik tangan asistennya tersebut.
"Sudahlah!"
Dan Jasminepun terheran dengan kontrol diri Prilly. Biasanya ia yang mengontrol, namun saat ini Prilly mencoba melakukannya sendiri.
"Saya catat, saya catat, dia pikir dia siapa? Anak kecil aja belagu!"
Sebelum berbalik mengikuti Prilly, Jasmine mendengar gerutuan dari resepsionis yang membuat dirinya yang panas. Namun begitu, ia tersenyum miring pada wanita itu lalu mendekatinya,
"Hati-hati mbak," bisiknya namun nyaris tak terdengar.
"Kepalaku panas, darahku mendidih, dadaku meradang!!!" Bisik Prilly sambil menggenggam tangannya. Biar bagaimanapun yang namanya manusia dan memiliki tabiat dasar tak bisa diinjak-injak, Prilly mulai merasakan gejolak emosi yang memuncak.
"Selamat pagi menjelang siang tuan? Ada yang bisa saya bantu?" Suara itu terdengar ramah menyapa tamu.
Tuan? Sepertinya seorang pria. Dasar perempuan centil, dengan pria saja bisa ramah dan manis. Prilly melirik meja resepsionis, Kemudian matanya melebar.
"Saya mau bertemu dengan manager operational, bu Amora!"
"Sudah ada janji?"
"Belum, tapi ini penting!"
"Saya hubungi beliau dulu ya, pak, maaf, dengan siapa pak?!"
Prilly makin melebarkan matanya. Tadi saja dia disuruh duduk lama menunggu. Dengan pria ini malah langsung dihubungkan. Prilly merasa otaknya makin meradang. Satu persatu kesalahan dari orang-orang yang berinteraksi dengannya sejak tadi ia rekam dan absen dikepalanya. Jasmine makin merasa akan ada insiden dikantor yang sedang mereka pijak hari ini.
"Bilang saja dari Lionard company!"
"Baik tuan, ditunggu ya!" Laura berkata lembut dan manis sambil tersenyum matanya tak lepas meski meraih gagang telpon menghubungi Amora.
Manis sekali.
Prilly sudah tidak mendengar lagi apa yang resepsionis itu katakan setelah dia terhubung dengan Amora. Jasmine melihatnya sungguh sangat berusaha tidak meledak. Jasmine juga sudah tidak tahu apa yang akan terjadi setelah Prilly bertemu dengan Amora. Apakah ia akan mengamuk? Apalagi ia mendengar Laura, mempersilahkan pria itu menemui Amora setelah memutuskan pembicaraan melalui telpon dengan Amora.
Jasmine-pun tidak tahu, saat ini Prilly sedang sekaligus mengingat kembali sebab denyutan yang hadir berulang sejak diparkiran, inilah pertemuan pertama Alezandro Lionard dengan Amora Haneenia.....
#####
Banjarmasin, 04 Desember 2022
Bagi yang lupa siapa Amora Haneenia, silahkan kembali keprolog, disana ada namanya disebut sebagai Haneen.
Apa yang terjadi selanjutnya? Apa yang akan Prilly lakukan? Apakah ia berusaha mencegah pertemuan itu? Dan bagaimana kalau para karyawan yang berinteraksi dengannya hari ini mengetahui kalau yang sedang mereka hadapi adalah puteri tunggal pewaris tahta bahkan pemilik 90% saham perusahaan?
Jangan lewatkan besok ya!
Maaf hari ini sangat kesorean krna saya banyak undangan diluar rumah.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top