44#TheSecondLife
"Anda pantas membusuk dipenjara! Bukan hanya tentang pembunuhan, tapi juga karna anda sudah mencoba membuat istri saya menjadi tersangka!"
Seperti kejadian yang sudah pernah Prilla lewati, yang melaporkan dan menuntut pembunuh Amora Haneenia adalah suaminya, Ale Lionard. Bedanya bukan semata karna kematian Amora Haneenia namun karena Bondan telah dengan sengaja menjebak Prilly, istrinya, agar menjadi tersangka.
"Bayangkan saja jika semua saksi memberatkan istri saya, seperti dia, yang yakin sekali dengan tuduhannya kalau istri saya yang mempunyai alasan kuat membunuh korban, apa jadinya jika istri saya tidak bisa membuktikan kalau dirinya tidak bersalah?!" Tunjuk Ali pada Sandro saat menyebut 'dia' yang menuduh Prilly sejak awal.
Prilly merasa dunianya makin terbalik mengingat yang pernah ia lewati justru Ali mengumpat dirinya dengan kalimat serupa dengan yang Ali ucapkan kepada pak Bondan karna saat itu dialah yang terindikasi dan memiliki alasan kuat untuk membunuh Amora. Siapa yang mau percaya padanya karna Ali sangat tahu Prilly begitu membenci Amora? Prilly begitu cemburu dan merasa Amora yang menyebabkan Ali semakin dingin. Padahal saat itu Prilly begitu berupaya untuk memenangkan hati Ali.
"Kau wanita jahat, kau harus membayar dosamu yang sengaja kau buat, kau tak layak dicintai, kau lebih layak dihukum mati!"
Kalimat dingin dengan tatap salju yang sama terngiang membuat Prilly seakan membeku saat itu. Begitu buruk dirinya dimata Ali hingga pria itu sanggup mengatakan ia tak layak dicintai tapi layak dihukum mati.
Sementara saat ini ketika ia kembali melaluinya, bukan dirinya yang menerima netra sedingin salju dan kalimat setajam sembilu, namun pak Bondan, pembunuh yang sesungguhnya.
Bukan hanya Pak Bondan yang tertunduk lesu karna ia seolah menyerahkan diri kekantor polisi dengan mudah, Sandro juga demikian. Ia tak menyangka pak Bondan yang selama ini nampak baik, selalu membantu dan perhatian pada Amora seperti seorang ayah kepada anaknya ternyata otak dibalik hilangnya nyawa Amora, wanita yang dicintainya dengan sangat buta. Dari fakta terbongkarnya pembunuh Amora justru ia menyadari bahwa ia diperalat wanita itu. Tadinya Sandro pikir Amora suatu saat akan luluh padanya karena kesungguhannya, namun kenyataannya bukan hanya ia yang diberikan rasa terima kasih dengan dicumbu dan dirayu namun ternyata pak Bondanpun demikian.
"Amora, ternyata selama ini aku gila kepadamu seperti kamu gila pada Ale Lionard, buta sampai tidak sadar menyakiti diriku sendiri!"
Geram Sandro merasa bodoh.
"Selamat Sandro, akhirnya kamu bisa merasakan apa yang aku rasakan, bahkan lebih perih. Pilihanmu berkhianat tidak berarti apa-apa bagi mendiang tercintamu, aku turut berduka cita untukmu!"
Akhirnya Jasmine yang sejak awal mengawal dan menjadi tameng saat Sandro menyerang Prilly dengan tuduhan beralasan, dapat membuat Sandro bungkam seribu bahasa.
Sementara Prilly kembali kerumah disambut papa mama nya dengan suka cita. Harap cemas saat mereka menunggu kabar terbayar dengan berita baik dari Prilly sebelum sampai kekediaman mereka. Tadinya mereka ingin turut mendampingi memenuhi panggilan kepolisian. Namun Ali dikuatkan pengacara meyakinkan kalau mertuanya tersebut tidak perlu ikut beramai-ramai memenuhi ruang penyidikan.
"Didoakan saja ya pa, ma, dia tanggung jawab Ali, Ali akan jaga dia, lagipula ada bang Ben, beliau dapat diandalkan!"
Tuan Lyandraz dan Nyonya Rana akhirnya mempercayakan putri mereka yang memang sudah seharusnya menjadi tanggung jawab suaminya. Mereka begitu cemas terlebih Prilly baru saja keluar dari rumah sakit setelah 3hari istirahat pasca tidak sadarkan diri karna tertekan. Untung saja saat putrinya sedang butuh kekuatan, tuan Lyandraz baik-baik saja tidak ikut kolep seperti saat pertama kali Amora menerornya dengan pengakuan-pengakuan yang membuat beliau hypertensi, gagal jantung dan tumbang seketika. Sepertinya beliau mulai terbiasa menghadapi kejutan dari Amora bahkan sampai setelah kematiannya.
"Beristirahatlah sayang, kamu pasti lelah, sekarang sudah saatnya memikirkan dirimu, tentu kamu bisa tidur nyenyak malam ini!" Tante Rana berkata dengan nada lega setelah drama haru karna putrinya terbebas dari sangkaan menghilangkan nyawa Amora Haneenia. Statusnya sebagai saksi tidak berubah menjadi tersangka.
"Papa mama juga harus istirahat dan tidur nyenyak, jangan khawatir lagi ya, lagipula aku punya dia, papa-mama harus percaya dia bisa menjaga aku!" Ucap Prilly meyakinkan orangtuanya agar semakin tenang.
Ia mengulurkan tangannya pada Ali yang menyambutnya dengan menggenggam erat sambil tersenyum dan mengangguk. Ali senang sekali karna istrinya sudah mulai memiliki rasa percaya yang lebih sejak ia mampu mengucapkan cinta. Kata yang selama ini sering Ali ucapkan namun tidak pernah dibalas dengan kata.
"Jadi kali ini alasannya karna aku terancam?" Tanya Prilly saat mengistirahatkan tubuh di king size yang empuk setelah seharian bergelut dengan drama menjebak pembunuh Amora.
"Kali ini? Memangnya pernah ada kali yang lain selain hari ini?" Tanya Ali setelah mengeryitkan alisnya.
Prilly terdiam. Saking lega dan senangnya ia sampai mengatakan sesuatu yang hanya ia sendiri yang bisa memahaminya.
"Maksud aku, terima kasih sudah membela aku kali ini karna kau merasa aku terancam oleh pelaku, ternyata kau benar-benar begitu mencintai aku rupanya?"
"Kapan aku tidak mencintaimu? Dari awal saat aku mengatakan aku mencintaimu, aku sungguh cinta!"
Salah lagi. Prilly mengusap tengkuknya. Waktu yang telah ia lewati memang tak bisa ia lupakan begitu saja. Karna diwaktu itu hari-harinya tidaklah indah. Mencintai dengan terang-terangan tapi dibenci dengan terang-terangan pula. Ia sampai habis pikir, mengapa ia sanggup menjadi Prillatusina Lyandraz yang egois, arogan dan bar-bar mengejar cinta yang semakin dikejar terasa semakin lari menjauh.
"Awalnya aku memang tidak tertarik dengan anjuran papa dan mamaku untuk berkenalan denganmu, apalagi aku pernah melihatmu disebuah bar dengan pakaian yang sama sekali tidak elegan, beling-beling menyilaukan bahkan ditempat yang remang!" Ali berkata sambil terlihat menerawang kembali keawal.
"Ohya, terus?" Prilly tertarik mendengar cerita Ali tentang dirinya diawal.
"Orang-orang mengatakan kamu adalah perempuan bar-bar, yang punya banyak teman tapi lebih banyak musuh, kamu egois, selalu mencari masalah, tapi-- saat pada akhirnya bertemu diacara ulangtahunmu, aku tidak melihat itu semua, justru jadi penasaran kenapa sepertinya tidak tertarik padaku?" Ali tertawa kecil diakhir kalimatnya.
Prilly pun ikut tersenyum kecil dan tentu saja sambil berpikir. Mengingat kembali saat pertemuan mereka, dimana dihari itu juga ia menerima keberuntungan kembali kewaktu sebelum ia menjalani prosesi hukuman mati.
Seketika Prilly teringat, eksekusi itu terjadi tepat diulangtahunnya yang ke29 tahun 2025, setelah melewati drama sidang yang panjang hingga tahun berganti. Sementara saat ini baru tahun 2024 dan kematian Amora memang jauh sebelum eksekusi mati dirinya ditangan suami yang ia cinta. Jika hal itu tetap terjadi nantinya, seperti apakah ketika tiba dihari itu kalau memang tetap terjadi Entahlah ia kembali merasa harus berhati-hati.
"Apakah aku kurang tampan sehingga kamu tidak tertarik?"
Indra dengarnya mendengar suara lanjutan ucapan Ali hingga bayangan waktu yang telah ia lewati membuyar.
"Tentu tampan, kau saja mengacuhkan aku bagaimana aku bisa berlagak peduli padamu?" Sahut Prilly.
"Berarti memang tidak tertarik?" Tanya Ali dengan mata meredup.
"Hmmm!" Prilly memiringkan kepalanya seolah berpikir menjawab tanya Ali.
"Masa tidak tertarik?" Tanya Ali lagi begitu penasarn.
"Tertarik tapi memilih tidak ekspresif!" Jawab Prilly akhirnya.
"Jadi sebenarnya tertarik???" Ali mendadak antusias.
Prilly menatapnya dengan senyum samar. Apa pentingnya tertarik atau tidak? Padahal kalau Ali tahu ia sebenarnya sudah cinta. Ali tak tahu kalau ia sudah pernah melewati ini semua. Ia sudah pernah berada diwaktu ini dalam keadaan yang berbeda dan diberi waktu untuk mengulang kembali. Ia pikir untuk memperbaiki diri.
"Jadi--- mmphhh!"
Prilly membungkam bingkai yang sedari tadi bertanya-tanya itu. Tentu saja dibalas tanpa ragu. Justru ia yang kewalahan sampai oksigen didadanya terasa menipis. Hingga ia berkesempatan mengisi udara saat kenyal itu sudah merambat dilehernya...
#####
#Banjarmasin, 15 Februari 2023
03.30wita
Ini episode-episode terakhir ya.
Insya Allah, dibulan Ramadhan ada new story religi yg akan menemani dan menjadi saat jumpa kita disahur kita.
Terima Kasih semua. Sehat wal afiat dan selalu dalam penjagaan Allah SWT 🤲
Oh iya, sekarang tersedia PDF dengan harga promo untuk karya aku yang sudah diterbitkan ya. Jika berminat mengkoleksi bisa inbok. Terima Kasih 🙏
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top