33#TheSecondLife
"Kamu yang menelpon dari tadi, maaf, tadi---"
"Pahammm-- hanya papamu saja yang mengkhawatirkan kamu," sahut Jasmine di ujung telpon.
Saat Prilly mengecek gawainya, terdapat tiga kali panggilan. Dua kali dari Jasmine, satu kali dari nomor tak dikenal. Rupanya yang tadi memanggil tapi diabaikan adalah sepupu merangkap asistennya itu. Dan ada satu panggilan tak dikenal setelah itu, tapi tidak mengulang panggilannya setelah ia tidak menjawab.
"Papa? Kenapa, papa?" Prilly langsung merasa khawatir dan merasa bersalah karna melupakan sejenak ayahnya yang sedang berjuang dan ibunya yang menjaga di rumah sakit.
"Stttt, jangan khawatirkan, Om, beliau baik-baik saja, hanya bertanya-tanya kamu dan Ali dimana, diberitahu kalau dihotel, beliau bertanya lagi, membawa pakaian ganti tidak?" jelas Jasmine panjang lebar.
Prilly jadi makin merasa bersalah, ayahnya begitu sempat memikirkannya sampai ke baju ganti, padahal ia dan Ali seakan tidak sempat memikirkan beliau.
"Piy?"
"Iya, tidak membawa baju ganti, jadi semalaman aku---."
"Bugil?" Potong Jasmine cepat.
"Sembarangan!" Tukas Prilly. Seandainya dekat sudah ia jitak jidat Jasmine karna pasti pikirannya sudah liar.
Ya, siapa yang tidak berpikiran liar mengingat mereka baru saja menikah, lama tidak bertemu, tentu ada drama rindu. Terlebih selama hampir setahun Jasmine menemaninya di Singapore, ia begitu paham keadaan Prilly. Prilly terlihat tak bisa melupakan meski menolak mengakui.
"Aku akan ke Rumah Sakit, berapa pakaian yang kamu butuhkan, mau aku bawakan yang mana?"
"Pakaian dalamku jangan lupa, Jes!"
"Jadi semalam benar-benar bugil?"
"Ishh!!"
Terdengar tawa panjang diujung telpon. Sementara Ali juga rupanya sedang menelpon Cella meminta dibawakan pakaian ganti sama seperti dirinya.
"Kan ada bathrobe!"
"Yaa, mana tau bathrobe terabaikan karna---"
"Jasmine, iihh!!"
Tawa panjang Jasmine terdengar memekakkan telinganya yang makin memerah seperti dijewer saja. Ia segera mengakhiri panggilan setelah berpesan, "Titipkan di resepsionis saja ya, Jes! Terima Kasih! Dadah!"
"Iya-- iyaa, aku juga tidak mau mengganggu pengantin baru!" Pekik Jasmine diakhir sambungan.
"Dasar!" Rutuk Prilly seraya menaruh gawainya kembali kenakas.
"Sayang, mandi yuk!"
"Awww!"
Belum sempat menjawab Ali yang sudah ada dibelakangnya, kakinya sudah tidak menginjak lantai lagi.
Gemericik air terdengar didalam sana. Kegiatan mereka saling menggelitiki dan saling menyabuni membuat kamar mandi semarak.
"Awww! Ihh nakal, mau aku tarik juga tidak belalainya?"
#####
"Selamat pagi tuan Lionard, ada titipan dari nona Cella untuk anda dan dari nona Jasmine untuk nyonya Lyandraz!"
"Bisa minta bantu diantarkan ke-1526?"
"Tentu tuan, ditunggu!"
"Terima Kasih!"
Ali meletakkan gagang telpon kembali ketempatnya. Cella adiknya dan Jasmine sepupu Prilly, baru saja mengabarkan mereka sudah menitipkan pakaian di lobby hotel dengan resepsionis, begitu ingin menghubungi resepsionis, belum sempat meraih gagang telpon diatas nakas, resepsionis sudah menghubungi.
"Cella dan Jasmine sudah sampai?"
Ali menoleh keasal kata yang terdengar. Ia melihat dari pintu kamar mandi Prilly keluar sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. Tubuh sehabis mandinya terpaksa masih mengenakan bathrobe yang sudah semalaman membalut tubuhnya.
"Iya, pesanan kita dititipkan ke resepsionis!"
Sementara Ali sendiri mengenakan handuk yang melilit tubuhnya hingga basah air dirambutnya masih terlihat menitik bahkan masih nampak air berbulir di dadanya. Prilly melihat memar didada Ali lalu memicingkan matanya. Alipun menunduk menatap yang ditatap Prilly. Sebuah simbol betapa tidak mudahnya pertama kali Ali melabuhkan bukti gairah hingga Prilly harus menahan rasa linunya dengan punggung terangkat dan repleks menjangkau kulit didekat bibir dan menggigitnya kuat-kuat, hingga berakibat sebuah tanda merah yang mulai berwarna keunguan yang sekarang tercetak jelas di dada Ali. Ia mendesis melupakan rasa sakit didadanya dan menggeram saat berhasil berlabuh, sementara Prilly menghempas kepalanya menahan deraan rasa nyeri hingga ke ubun-ubunnya. Napas mereka sama tertahan sejenak. Kenyal Ali menyentuh lensa yang berair, sebelum bergerak perlahan hingga tubuh mereka sama terbiasa menerima gesekan.
"Kenapa tidak pakai bathrobe, kan handuknya bisa buat mengeringkan rambutmu?" Usik Prilly mengalihkan pikiran dari sejarah terciptanya tanda cinta kala Ali menyentuh dadanya tepat disimbol kepemilikan itu. Simbol kepemilikan yang lebih banyak dari semut beriring didadanya sendiri.
"Rambutmu juga harusnya bisa dikeringkan dengan hairdyerkan!" Sahut Ali sambil menyisih rambut Prilly kebelakang bahu.
Prilly mengangguk karna memang, ia lihat tersedia hairdryer tapi belum ia gunakan.
Prilly mengangkat handuk yang tadi ia gunakan untuk mengeringkan rambutnya, lalu berjinjit mengeringkan rambut Ali dan mengalungkan handuk kelehernya saat Ali menarik pinggang dan melingkarkan lengannya disana. Mata dan pikiran mereka ketanda cinta tapi obrolan dan gerak mereka malah pada rambut dan tubuh yang basah.
"Mau lagi?" Tanya Ali setelah kenyalnya mendarat didahi Prilly.
"Ihh, makan duluuu!" Cubit Prilly pada perut Ali yang polos.
Seperti tak habis-habisnya saja. Baru juga keluar dari kamar mandi dimana didalamnya sudah menjadi tempat mereka bermain-main hingga berakhir dengan panas dibawah shower bahkan didalam bathab.
"Berarti setelah makan bisa lagi?" Ali tertawa karna ia hanya menggoda. Apalagi jari Prilly lagi-lagi mencebik pinggangnya.
Ali menangkup wajah yang memerah muda dan mengunci tatapnya pada hazel yang berbinar itu.
"Aku-- mencintaimu!"
Lagi.
Sudah kesekian kali Ali mengatakannya tapi masih saja dadanya ngilu kala mendengar.
'Aku lebih mencintaimu,' batinnya.
Bahkan sejak dimasa yang sudah ia lewati. Waktu dimana ia tak pernah diucapi kata cinta namun sebaliknya. Dan tidak pernah ditatap lekat-lekat hingga mungkin Ali tak tahu betapa indah binar hazelnya. Tidak pernah juga tubuh mereka tanpa jarak dan tanpa sehelai suterapun kecuali saat terpaksa.
Kini, tubuh itu justru selalu menagih intim. Selalu menghapus jarak disetiap waktu. Ia bebas diperlakukan tanpa paksaan.
Prilly mengangkat sebelah tangan lalu meraba wajah didepannya. Ujung jarinya gemetar menyisir hidung Ali yang menatapnya tak berkedip. Meski Ali merasakan setiap ia mengatakan cinta pada Prilly, istrinya itu selalu menjadi sendu dan tidak pernah membalas kata cintanya, namun ia tidak berprasangka kalau Prilly hanya terpaksa dan tidak mencintainya hingga mau dinikahi. Sebab dari hazelnya yang berbinar, Ali melihat cinta disana meski tak pernah ia katakan.
Jawabannya justru kenyal yang mendarat halus disela belahan yang terbungkam. Lalu ia menenggelamkan diri didalam pelukan seolah tak ingin kehilangan.
Tok tok tok.
"Permisi...."
Mereka sampai baru tersadar kalau mereka sedang menunggu pakaian yang diantar Cella dan Jasmine agar bisa turun kerestoran tempat sarapan.
Dan pucuk dicinta, petugas hotelpun datang membawakan dua koper berukuran sedang berisi pakaian mereka.
Berganti pakaian dan mengeringkan rambut dengan hairdryer sebentar akhirnya mereka siap untuk sarapan. Sepanjang jalan menuju restoran hotel tempat mereka akan sarapan, selipan jari erat mengayun mengiringi langkah yang ringan.
......🎶🎶🎶.....
Nyanyian di gawai Ali yang berada di meja terdengar diiringi nyala permukaan benda itu yang menunjukkan seseorang menghubunginya.
---Calvin calling---
Asisten Ali dikantor memanggil. Tentu saja pasti mencari karna ia tidak datang kekantor tanpa kabar.
"Ya Cal?"
"Selamat pagi, tuan Li, maaf karena tuan belum muncul sampai sekarang, makanya saya menelpon untuk mengingatkan beberapa jadwal hari ini!" Sahut Calvin.
"Maaf Cal, saya belum sempat menghubungimu, saya ada urusan penting, batalkan atau mundurkan jadwal yang ada dalam dua tiga hari kedepan ini, ya Cal!" Titah Ali 'to the point'.
"Baik, saya hanya mengingatkan siang ini seharusnya ada meeting dengan staf keuangan dan janji bertemu dengan Pak Fathir dari kepala kantor cabang, tuan Li!" Sahut Calvin mengingatkan.
Meeting dengan staf tentu bisa dengan mudah dimundurkan, namun Ali teringat janji dengan kepala kantor cabang yang semalam minta waktu bertemu, dan tentu karna dari kantor cabang yang berjarak empat jam dari kantor pusat, kepala cabang tersebut tentu saat ini sedang dalam perjalanan.
"Oh iya, pak Fathir bilang ada yang ingin disampaikan, namun saya benar-benar tidak bisa menemui hari ini, mertua saya masuk rumah sakit, jadi---" ucap Ali tertahan karna ia menyebut mertua yang tentu saja akan jadi pertanyaan, kapan menikahnya tiba-tiba sudah punya mertua saja.
"Bagaimana, tuan?" Ujar Calvin yang menunggu lanjutan kalimat Ali.
"Saya akan menghubungi, pak Fathir, jadi untuk meeting dengan staf keuangan, pending dulu, dan dua tiga hari kedepan tolong kosongkan jadwal!" Tegas Ali.
"Baik, akan saya kosongkan jadwal dua sampai tiga hari kedepan sesuai perintah, selamat pagi, tuan!"
"Ya, terima kasih, Cal!"
Ali-pun mengakhiri percakapan melalui telpon yang digenggamnya dengan Calvin lalu mencoba menghubungi pak Fathir. Benar saja, kepala kantor cabangnya itu sudah berada dalam perjalanan darat menuju kantor pusat.
"Saya sudah setengah perjalanan, tuan, kalau memang saya harus putar balik, saya bisa kembali lagi setelah urusan tuan sudah selesai," ucap pak Fathir mengerti arah bicara Ali. Kalau sudah perintah bagaimanapun 'urgent'nya urusan dia mengenai perusahaan bahkan urusan pribadi, tentu harus manut pada putra pemilik dari perusahaan yang sudah mengambil alih tanggung jawab dipusat tempat ia bekerja.
"Mohon maaf ya pak, kita jadwalkan ulang pertemuan kita, agar sama-sama fokus dengan apa yang akan bapak sampaikan kepada saya, terima kasih, pak Fathir!" Titah Ali lagi sebelum menutup sambungan bicara mereka.
Sementara Prilly hanya mendengarkan tidak ikut berkomentar. Sebab baginya urusan perusahaan Ali tidak patut ia campuri jika tidak diminta.
"Kita menengok papa ya setelah ini," ujar Ali sembari mengunyah telur mata sapi setengah matang yang ia pesan. Dijawab anggukan Prilly yang juga sedang menikmati sarapannya.
--- 🎶🎶🎶---
Kali ini gawai Prilly yang bernyanyi. Prilly melirik nyala dipermukaan pipih itu.
08xxxxxxxxxx calling
Nomor tak dikenal yang tadi menelponnya. Sesungguhnya ia tidak pernah menerima telpon dengan nomor tak dikenal. Namun kali ini ia sedang senang hati menerima telpon.
"Halo, selamat pagi istri calon ayah dari calon benihnya yang akan aku kandung!"
######
Tabunganen Tengah, 20 Januari 2023
22.10wita
Aku Lagi didaerah susah sinyal, gais! Besok mau haulan ayah mertua.
Tadi malam sampe jam 12 sebenarnya sudah dapet 400 kata, tapi aku sudah capek banget kan suami juga baru pulang dari luar kota. Biasa bayi nambah 1 dirumah hahaha
Tadi pagi saat masih dirumah setelah beres-beres, nyicil-nyicil ngetik, diperjalanan juga mencoba nyelesain tetep aja belum selesai, ternyata selesai dan bisa updatenya disini.
Kalau sudah bisa terpublish,
Alhamdulilah bisa diupdate, meski susah sinyal! Terima Kasih ya semua.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top