31#TheSecondLife

Bersandar dipintu kamar mandi hotel berbintang yang menjadi malam pertamanya sebagai istri dari seorang Alezandro Lionard, Prilatusina Lyandraz memegang dadanya dimana disana debaran jantungnya masih diambang batas normal.

Takdir dinikahi terjadi meski sudah dihindari. Bagaimanapun usahanya tak sama dengan yang telah ia lewati, ketetapan Tuhan tetap terjadi. Meski dalam kondisi yang berbeda.

Kali ini ia yang dipaksa, dan ketetapan melalui perantara ayahnya juga tak terhindarkan. Perbedaan kalimat yang sangat jauhpun tak terelakkan, meski cintanya tetap sama.

"Aku mendukungmu menyelesaikan s2-mu, tapi aku tak bisa berjanji jika kamu tidak akan menolakku menitipkan benihku!"

Prilly memejamkan matanya. Ia menghela napasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya pelan-pelan. Saat yang sudah ia lewati justru ia yang mencari cara agar Ali menyentuhnya karna pria itu tak respect padanya. Namun ucapannya tadi sungguh sangat jauh berbeda.

"Kamu menggunakan segala cara untuk kunikahi, jangan harapkan apa-apa dariku karna aku takkan pernah menitipkan benihku padamu!"

Kalimat itu terngiang dan rasanya membuat telinganya berdenging. Kalimat yang keluar dari bibir seorang Alezandro Lionard yang baru saja meraup bibirnya dengan terpaksa setelah pernikahan atas desakan penghulu dan pembawa acara yang memandu acara resepsi pernikahan mereka kala itu.

Meski pria itu terlihat terpana dengan paras cantiknya saat mengenakan gaun pengantin rancangan Adeline yang selalu pas ditubuh mungil seorang Prilatusina Lyandraz. Namun hanya sesaat, dingin itu tetap terpancar bahkan sepanjang acara dan saat menerima ucapan selamat dari ribuan tamu yang hadir. Seolah ia takkan pernah mencairkan bekunya yang mendarah daging.

'Kita lihat saja, sampai dimana kau bisa menahan dirimu!' Batin Prilly dengan yakin.

Namun kenyataannya disaat itu, Ali benar-benar sedingin es terhadapnya. Terlebih ia yang memang menyebalkan, selalu menyebalkan bahkan didepan orangtuanya demi mendapatkan perhatian Ali.

"Sayang, kamu lupa belum memeluk dan menciumku sebelum pergi bekerja," pekiknya saat Ali keluar dari kamar siap pergi kekantornya.

Prilly sengaja karna mengetahui diluar kamar pasti ada mama dan papanya yang mendengar. Hampir saja Ali melengos tetap tak peduli pada perempuan yang sudah ia nikahi lebih dari tiga bulan namun tak pernah disentuhnya saat itu. Namun ia segera sadar ada mertuanya yang sedang memperhatikan.

Prilly juga sengaja tidak ingin pindah rumah dulu, untuk membuat Ali tak berkutik dihadapan kedua orangtuanya, dan Ali-pun sepertinya tidak berniat memberikan hunian nyaman untuk mereka berdua.

"Begitu dong, jadi suami tu kaya papa, yang selalu peluk cium mama setiap bertemu!"

Wajah Ali yang membelakangi orangtua Prilly nampak makin membeku. Meski senyum Prilly dimanis-maniskan dimatanya tetaplah menyebalkan.

"Dah sayang, selamat bekerja ya, nanti aku kekantor mengantarkan makan siangmu!"

Ali berdecak tak suka. Ia sudah seringkali membicarakan kalau Prilly tidak perlu selalu muncul dikantor dengan makan siangnya.

"Jangan sok romantis, kita bukan pasangan ideal, kamu tahukan, aku tak menginginkanmu!" Ucapnya saat Prilly datang kekantor dengan makan siangnya.

"Dan aku memaksa, tidak ada yang bisa menolak keinginanku, tidak terkecuali kamu! Suamiku sayang!"

Ali menggenggam kedua tangannya hingga memutih diatas meja kerjanya. Sungguh ia terlihat sangat kesal. Dan Prilly tidak peduli. Bahkan dia juga mengatur karyawan disana. Jika ia tidak suka, siap-siap saja.

"Aku tidak suka dengannya, aku tidak ingin melihatnya lagi besok disini!" Tunjuknya pada staf yang baru saja memasuki ruangan Ali dan meminta tanda tangan padanya.

"Dia tidak melakukan kesalahan apa-apa, kenapa kau seenaknya memberhentikannya!"

"Kesalahan dia kenapa melirikmu genit, pakaiannya yang dikenakannya kurang bahan mengundang syahwat, lagipula kenapa harus dia yang datang kesini? Bukankah ada staf laki-laki?"

"Kamu yang terlalu berlebihan, makin lama aku makin tidak tahan dengan sikapmu yang suka meledak-ledak, cemburu tak jelas, marah bukan pada tempatnya!"

"Bagaimana tidak cemburu? Kamu bisa manis dengan seorang staf sementara dengan aku istrimu, menyentuh saja tidak!"

"Sudah tahu begitu, kenapa tidak kau phk saja aku jadi suamimu?!"

Sungguh pernikahan yang pernah ia lewati tidaklah sehat. Pasangan yang dikatakan orang ideal secara fisik namun tidak ada yang tahu mental mereka sama sama sakit. Yang satu sakit karna terlalu mencintai dan yang satu sakit karna dipaksa mencintai.

Dan kini, pernikahan yang ia hindari karna tak ingin merasa sakit tetap terjadi dalam suasana yang berbeda. Sungguh benar-benar tidak sama. Sikapnya yang bertolak belakang, membuat sikap Ali juga bertolak belakang. Bahkan kalimatnya berubah seratus delapan puluh derajat. Apakah ini menjadi peristiwa kebalikan?

Prilly melangkah menuju washtafel, membuka keran dan membasuh wajahnya yang masih bermake-up tipis. Rambutnya masih menggulung dibagian belakang kepalanya. Ia menarik jepit yang menyatukannya hingga tergerai. Perlahan ia membuka kancing kebaya yang dikenakan dengan masih memandangi dirinya dicermin. Ia mengusap wajahnya sendiri. .

"Kamu sudah jadi istri orang!" Tunjuknya pada diri sendiri.

Lalu ia memandang kearah perlengkapan mandi dari hotel yang tersedia. Seketika ia teringat tidak membawa apa-apa. Kalau sabun mandi, sampo, handbody ada, sikat gigi, tentu tersedia, bagian pembersih wajah yang tidak ada.

Ceklek!
Prilly tersentak karna mendengar handle pintu bergerak dan terbuka.

"Sayang! Kenapa la--ma se--kali?"

Prilly terpekik sebelum merapatkan ujung kebaya yang sudah terbuka dan mengekspose dada dibalut bra berwarna kulitnya. Sementara Ali diujung kalimatnya yang tergagap juga terkejut karna pemandangan sikembar yang sempat ia lihat.

"Maaf aku sudah tidak tahan mau buang yang disini!" Tunjuk Ali dibagian perut kebawahnya yang menonjol.

Ali langsung masuk kedalam toilet yang berbatasan pintu kaca dengan tempat mandi dan bathub. Prilly menunduk, kenapa ia yang malu, padahal Ali saja tak malu melepas celana panjangnya hingga melorot kelantai dan tersisa boxer yang ia buka lantas terdengar semburan air yang kencang tanda tadi ia benar-benar kebelet.

"Hei, kenapa bingung? Belum mandi juga? Mau dimandikan? Atau mandi bersama-sama?"

Tersentak kembali, Prilly tersipu malu menatap Ali yang sekarang justru naked. Bertelanjang dada dan hanya mengenakan boxer.

"Ily!"

"Hmm?"

"Kita berendam yuk!"

"Mhh!"

"Kenapa malu? Buka saja, gerah lho lama-lama pakai pakaian begini!"

Prilly menatap Ali tak berkedip. Sungguh ini membuatnya mengingat kembali hari yang sudah ia lewati setelah pernikahan. Dirinya yang harusnya agresif, sekarang justru Ali yang demikian. Ali yang jauh berbeda.

"Kenapa?"

Ali menyentuh pipinya lalu tersenyum. Yang ada dipikirannya Prilly belum siap seperti dirinya yang sudah siap menikahi sebelum tuan Lyandraz, ayah Prilly meminta mereka segera melaksanakan akad.

"Lanjutkan bersih-bersihnya, aku tidak akan mengganggu kamu, jangan lama-lama ya, gantian!" Pesannya sambil menggesek ibu jarinya kepipi halus itu lalu mendaratkan kecupan didahi sang istri yang makin merasa tubuhnya kaku.

Ali keluar dan hanya menyisakan senyap setelah pintu dirapatkan. Prilly menoleh sambil menghela napas lalu menghempaskan kembali.

Ia segera membuka pakaian yang dikenakannya, membuka shower dan merasakan dingin air yang kemudian ia 'setting' agak hangat, lalu air mengguyur tubuh yang lantas ia sabuni dan menggunakan shampo untuk setidaknya menghilangkan hairspray dirambutnya yang tadi digulung kebelakang oleh anak buah Adeline. Selesai menghilangkan busa baik dari kepala hingga ujung kakinya, Prilly mematikan kran hingga guyuran airpun berhenti.

"Ya Tuhan!"

Prilly lupa membawa handuk. Biasanya handuk ada dikamar mandi. Tapi kenapa tidak ada? Atau bila tersedia handuk kimono atau bathrobe gaun ganti yang terbuat dari bahan handuk atau kain lain yang bisa menyerap air adanya didalam lemari.

"Liii---" panggilnya sambil mengeluarkan kepala dari balik pintu. Maksudnya memanggil untuk minta bantu Ali mengambilkan bathrobe yang ia pikir pasti tergantung didalam lemari

"Aliii---," panggilnya lagi.

Prilly terpaksa mengangkat kaki kanannya untuk mencondongkan tubuh agar terlihat dimanakah Ali berada. Rupanya ia terlentang di king size bersprei putih diruangan itu. Wajahnya tertutup bantal dengan hanya mengenakan boxer. Prilly mengalihkan pandangannya.

"Tidur ya?" Tanyanya lagi dan tak ada reaksi. Dan ia yakin Ali tertidur meski tak terdengar dengkuran karna tertutup bantal.
Terpaksa ia harus berjingkat mendekati lemari dengan tubuh benar-benar polos dan basah.

"Tuhkan!" Lirihnya lagi saat melihat sepasang bathrobe tergantung didalam lemari yang ia buka.

Segera ia lepaskan bathrobe dari hanger yang menyatu dengan penyangga didalam lemari. Ia sedikit berjinjit menarik bathrobe berwarna merah hati tersebut. Inginnya ia segera mengenakannya karna tubuhnya mulai terasa menggigil akibat ruangan begitu sejuk karna AC beradu dengan tubuhnya yang basah.

"Kamu tadi memanggilku?"

"Aaaarrggghhhhhh!!" Prilly terpekik kaget karna Ali sudah berada dibelakangnya.

Seketika bathrobe yang akan ia kenakan terlepas dari tangannya.

#####
Banjarmasin, 16 Januari 2023
22.40 Wita

Sudah takdirnya dipublish jam segini. Padahal tengah malam dihari ini juga sudah 900kata. Hanya saja aku benar benar gak bisa lanjutin, ngantuk buat aku gak fokus, hape juga sering jatuh ketika dipaksakan. Niatnya pagi setelah selesai tugas negara rumah tangga dilanjutin, biar siang sebelum 'me time' sudah bisa update. Ternyata, belum bisa juga karna ngurus yang lain. Perkiraan manusia memang gak bisa disamain dengan ketentuan Allah ya. Habis sholat zuhur aku 'me time' dulu. Kembali kerumah jam 6, terus habis magrib sebelum jemput Eno ngaji, aku harus balik bioskop karna kaca mata aku ketinggalan distudio pas nonton Argantara untuk kesekian kalinya, hahaha, ya salam.
Demikian sekilas info, terima kasih menunggu ya! 🙏



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top