3#TheSecondLife
"Sudah puas menatapku dari dekat, nona?"
Apa katanya? Yang menatap dari dekat siapa? Bukankah ia yang mengajak berdansa? Sombong sekali. Gengsi mengakui kalau ia yang sebenarnya kelihatan tertarik.
Sesaat Atmosfir kasmaran yang seolah bertaburan amor-amoran kalau dideskripsikan secara visual agak memudar.
"Apakah tidak salah, tuan?" Sahut Prilly. Repleks ia melonggarkan erat genggaman pria itu. Namun Ali mengeratkannya, bahkan tangannya yang berada dipinggang Prilly makin posesif. Sepertinya ia takkan membiarkan Prilly seolah ingn menyudahi dansa mereka. Ia masih ingin berada dalam situasi dimana tamu undangan menatap dengan kagum akan keserasian mereka, dimana sesaat tadi riuh rendah berubah menjadi bisik-bisik.
"Ya salah! Aku yang meminta berdansa denganmu, tapi kau senang bukan?" Penegasan diawal namun tetap saja seolah ia ingin Prilly mengakui kalau sebenarnya sikap tidak acuh yang ia tunjukkan selama keluarga mereka berinteraksi salah.
"Apa yang ingin kamu cari dimataku hingga menatap seperti ini, tuan? Kamu kagum padaku?" Balas Prilly disambut senyum samar.
Bukan melepas atau memberi jarak pada tubuh mereka namun Ali justru menghapus jarak wajah mereka hingga hidungnya menyentuh runcing milik Prilly.
Lagi-lagi jantung Prilly mengumat. Paham mengumat? Mengumat adalah kata 'Kumat' yang ditambah dengan awalan -Meng- dimana huruf 'k' dibuang. Artinya jantungnya terasa kumat dan mendadak penyakitan. Namun ia mencoba menguasai diri dengan tidak membiarkan bahasa tubuhnya nampak nyata bereaksi ekstream, meski apa yang dipikirkan para tamu undangan tentu saja melihatnya berbeda. Mereka sedang saling mengagumi.
BYUURRRR!!!
Terdengar benda jatuh kedalam kolam yang berada disekitar rumput hijau dikelilingi bunga-bunga meski samar karena setelahnya semua mata tertuju kesana termasuk mereka yang repleks menoleh.
"Ada apa?"
Prilly seolah bertanya setelah mengikuti arah pandang dimana Valentino sedang menunduk ditepi kolam dan mengukurkan tangan pada seseorang yang baru saja timbul setelah tenggelam.
"Deandra?" Prilly bergumam.
Tertegun sejenak, akhirnya Prilly repleks melangkah ingin mendekati karna ingin tahu apa yang terjadi. Kenapa Deandra sampai tercebur kedalam kolam? Dan itu membuatnya merasa dejavu, ternyata takdir Deandra tercebur kedalam kolam tetap terjadi meski bukan karnanya.
Sementara itu Ali membiarkan dirinya terseret mengikuti karena Prilly tanpa sadar tak melepaskan selipan dijari mereka.
"Apa yang terjadi?"
Didekat tempat kejadian Perkara, sambil bertanya ia melihat Deandra menolak uluran tangan Valentino dengan mengibaskan tangannya. Sepertinya emosi sekali. Prilly benar-benar ingin tahu bagaimana hingga terjadi Deandra tercelup kedalam air. Padahal ia benar-benar sudah menghindari hal itu terjadi. Dan ia memohon maaf dalam hati karena merasa senang kejadian itu bukan disebabkan olehnya. Jaraknya dan Deandra jauh, tidak memungkinkan seperti yang lalu dengan sengaja mengait kakinya untuk mempermalukan.
Prilly mengedarkan pandangannya mencari-cari tim investigasi. Ia berharap seseorang menceritakan apa yang tidak sempat ia lihat gara-gara ia terkurung dalam dekapan.... Aihhh! Refleksi dari pikirannya justru membuat ia tersadar dan menoleh kearah Ali yang hampir saja menubruk punggungnya karena Prilly mendadak berhenti dari kegiatan menyeret mahluk itu.
"Ehm!"
Suara deheman makin membuat Prilly melotot ketika menoleh kearah suara itu. Jasmine melirik penuh arti bergantian dari wajah dan menyorot lebih kebawah. Prilly mengikuti arah pandangnya. OMG! Sorotan Jasmine membuat Prilly menarik jemarinya yang menyelip digenggaman Ali.
"Dansa maut menyebabkan insiden!" bisik Jasmine ditelinganya.
"Apa maksudmu?"
"Deandra jatuh gara-gara kau!"
"Gara-gara aku?"
"Tepatnya gara-gara kau dan ehm!" Jasmine melirik pria disebelahnya, ia mngikuti arah lirikan itu dan memutar bolanya melihat sneyum Ali yang seolah menggodanya meski tidak menghilangkan kesan dinginnya.
"Valentino tak lepas memandang kalian, Deandra tentu saja mungkin tidak terima, mereka terlihat beradu mulut lalu Deandra berbalik dan tak sengaja terdorong kekolam, nyebur deh!"
"Dea!!!"
Sementara Deandra terlihat sudah berhasil naik ketepi kolam lalu dengan tubuh yang basah meninggalkan pesta dan Valentino hanya berteriak memanggil namanya tanpa mengejar malah mendekat kearah mereka.
"Kenapa tidak dikejar?" Prilly terheran dengan sikap Valentino.
"Biar saja!" jawabnya tak acuh.
"Tidak bisa begitu, dia datang bersamamu, dimana rasa tanggung jawabmu, kenapa kau malah kesini bukan mengejarnya?" Protes Prilly benar-benar tidak suka sikap Valentino.
"Aku tidak bisa meninggalkanmu dipesta ulang tahunmu!"
"Aku dan pestaku tidak lebih penting daripada masa depanmu!!"
"Kalau bukan dia masa depanku, kamu saja!"
Prilly melebarkan matanya. Kalau ia masih bersifat ego seperti waktu itu ia akan merasa menang. Namun sekali lagi ia pernah merasakan bagaimana sakitnya tidak dipedulikan hingga egonya seketika menguap. Ia lebih bersimpati kepada sesama perempuan. Lagipula bukankah ia tak pernah membalas perhatian Valentino? Seharusnya Valentino tetap pada pendiriannya mengganti perhatian dari dirinya kepada Deandra seperti yang sudah pernah ia lewati ditanggal yang sama.
"Itu bukti bahwa aku ternyata tidak bisa mencintai yang lain!"
"Aku tidak perlu bukti apa-apa darimu! Aku tidak pernah memintamu menyakiti perempuan lain karna aku, sekarang kau pergilah!!" Dorong Prilly keras. Ia hanya ingin Valentino mengejar Deandra. Ia tak ingin menjadi penyebab meskipun seperti yang dikatakan Jasmine sudah jelas, kali ini tetap ia yang menjadi penyebab dengan cara yang berbeda.
"Pesta aku akhiri!!" Putus Prilly.
"Prilly!!" Pekik Valentino membuat ia yang sudah berbalik memutar bahunya sedikit menghadap pria itu.
"Pesta sudah selesai dan kau boleh pergi!!" Tegas Prilly lagi.
Dengan wajah memerah Prilly mengangkat langkahnya ingin pergi dari hadapan Valentino dan semua orang yang menontonnya. Ia tidak peduli pestanya tetap kacau seperti waktu itu. Ia tetap tidak bisa mengontrol dirinya. Meski kejadiannya kali ini berbeda. Kalau saat ia melalui hari ini waktu itu, setelah ia berhasil menjatuhkan Deandra kedalam kolam, Valentino menolong Deandra dan justru tidak terima dengan memakinya didepan umum membuat wajahnya memerah karna emosi telah balik dipermalukan.
"Pril...!!"
Langkah Prilly kembali tertahan tapi bukan oleh suara panggilan Valentino. Lengan kiri Ali berhasil menahan tubuhnya, sementara tangan kanannya yang terangkat kearah Valentino berhasil membuat panggilan pria itu terpotong. Prilly tertegun. Sungguh ini bukanlah Alezandro Lionard diwaktu itu. Pria itu tak sepeduli ini. Mendekat saja tidak, apalagi menjadikan lengannya sebagai pelindung. Dan waktu itu diabaikan membuatnya makin bertekad mengejar. Apa yang ia inginkan harus tercapai. Ia tidak sudi dengan penolakan. Dan saat ini, Ia yang sedari awal mengulang kembali berusaha menghindari orang yang menyebabkan ia harus dihukum mati justru seolah tak punya alasan untuk itu. Apakah ini yang namanya semakin dihindari, semakin mendekat, semakin dikejar, semakin lari?
"Dia ingin anda pergi, silahkan!!" Tegas Ali pada Valentino yang maju selangkah tetap berusaha membujuk gadis yang sedang dalam rangkuman lengannya.
"Dia sudah menghormatimu karna tidak meminta security yang menyuruhmu pergi!" Lanjut Ali lagi. Ia berharap Valentino menyudahi usahanya sebelum ia berkata lebih kasar lagi.
Valentino menggengam kedua telapak tangannya yang terangkat lalu menghempas dan meremas rambutnya sendiri sebelum berbalik dan pergi.
"Dia sudah pergi! Kau betah didalam pelukanku?"
Mendengar ujung kalimat yang mengandung gede rasa, Prilly mendorong lengan yang sesaat menjadi tempat ia mendaratkan wajahnya disertai sebulir airmata itu.
"Kau...."
"Pril, anak-anak itu sudah datang!"
Niat protes Prilly terhambat oleh ucap Jasmine dan kearah asal suara nyanyian dari anak-anak yang datang membawakan kue untuknya.
"Happy birthday Nona Prilly....." Pekik mereka beramai-ramai. "Terima Kasih mengundang kami!"Ucap rata-rata dari mereka saat tangan mungil mereka disambut hangat bahkan tak segan dipeluk olehnya.
"Aku yang teima kasih kalian sudah datang, kalian boleh makan sepuas-puasnya semua makanan yang ada ya, jangan sungkan!"
Dan akhirnya ia tenggelam dalam suka cita menyambut anak-anak yang lebih suka cita diundang kepesta mewah keluarga Lyandraz. Melihat tawa dan suka cita mereka melahap hidangan, membuat Prilly merasakan sesuatu yang belum ia rasakan sebelumnya. Seperti inikah rasanya bahagia melihat orang lain bahagia? Selama ini ia hanya merasa menang saat sudah membuat orang lain susah. Seketika matanya berkaca menatap anak-anak yang mengambil makanan dengan riuh dan diliputi kesenangan yang luar biasa.
"Kau tau, mereka hari ini sebetulnya berpuasa karna bahan makanan dipanti menipis!" bisik Jasmine.
"Ya Tuhan, sementara aku sering membuang-buang makanan!" Lirihnya sambil menutup wajah dengan sebelah tangannya.
"Hari ini kau seperti paranormal, sudah mengira makananmu akan berlimpah ruah hingga menyiapkan mereka untuk menghabiskannya!" Bisik Jasmine lagi.
"Syukurlah tidak jadi terbuang, kalau masih ada, minta mereka untuk membawa pulang!"
Jasmine melebarkan matanya takjub, ia masih tak terbiasa dengan perubahan-perubahan sikap Prilly yang terjadi hari ini. Ia pura-pura memukul-mukul wajahnya sendiri. Dan prilly-pun merauk wajahnya.
"Jangan lebay!!" sungutnya membuat Jasmine tertawa.
Mereka tak menyadari ada tatap tak lepas sejak kehadiran anak-anak panti dari sudut ruangan. Alezandro Lionard, ia bergumam sambil menyesap secangkir minuman hangat,
"Sepertinya aku telah salah menilai, tapi kenapa semua informasi tentangnya hanya memberi kesan kalau dia gadis yang berperangai buruk?"
#########
Banjarmasin, 01 Desember 2022
Senang sekali bertemu lagi!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top