29#TheSecondLife

"Menikahlah! Biarkan dia lebih gila lagi dari sekarang karna tidak bisa menerima kenyataan, biarkan dia terus berhalusinasi disentuh olehmu!"

Prilly tercenung mendengar ucap Ayahnya. Ia menoleh pada Ali yang turut menolehnya dan mengangguk mengerti kemana arah pikiran Prilly saat menatapnya.

Ya, begitulah. Amora Haneenia, sudah tidak main-main dengan berani menghubungi tuan Lyandraz saat sedang berdiskusi dengan tuan Lionard dan Ali.

Untuk hal-hal yang menyangkut perusahaan ia memang menutupi strategi sebenarnya hingga berhasil. Namun untuk hal-hal privasi meski tertutup namun ia masih memberikan kesempatan Arka bekerjasama untuk mengelabui Amora Haneenia melalui informasi dari istrinya. Sengaja meskipun sedikit ia membiarkan istrinya Arka memberi informasi bahwa Ali dan Prilly didukung oleh kedua orangtuanya untuk tetap bersama-sama.

"Halo tuan Lyandraz, apakah tuan akan membiarkan perusahaan tuan hancur ditangan orang yang hanya berpura-pura mencintai putri tuan? Salahkan diri tuan jika suatu hari putri tuan makin kena mental karna mengetahui calon menantu tuan sudah menyentuh saya!"

Tawanya memekakkan telinga. Bukan percaya kepada Amora yang membuat tuan Lyandraz merasa sesak. Namun kebenaran tentang kejahatan Amora yang pernah diungkap putrinya.

"Menikahlah!"

Prilly menarik tangannya yang ada dibawah telapak tangan Ali.

"Papaa..."

Prilly menatap papanya, lalu beralih kepada mamanya yang membalas tatap dengan wajah khawatir kalau Prilly akan menolak permintaan ayahnya. Mamanya menatap Prilly lalu beralih kepada suaminya dan kemudian menatap monitor EKG.

"Aku mau bicara dengannya sebentar!"

Terlihat papa menatapnya lalu mengedipkan mata tanda setuju.

"Pikir...kan baik-baik, papa... me...nyayangi...mu!" Lirih suara tuan Lyandraz dengan terbata-bata.

Seketika, Prilly merasa takut terjadi apa-apa dengan ayahnya. Namun, sesuatu sedang mengganjal dipikiran dan butuh jawaban hingga ia harus bicara dengan Ali segera.

"Jangan khawatir papa, papa kuat, aku juga sangat menyayangi papa!"

Setelah berkata kepada ayahnya, Prilly menatap matanya memberi kode untuk minta ijin keluar dari ruangan. Ibunya mengangguk dan Prilly pun keluar dari ruangan itu diiringi Ali.

"Kenapa dia bisa berani bilang kalau kamu menyentuhnya?" Prilly langsung bertanya setelah berada diluar ruang ICU dengan kedua tangan dilipat didadanya.

Apa yang dikatakan Amora mengenai sentuh menyentuh ini mengingatkannya pada waktu yang telah ia lewati dimana bahasanya begitu persis ketika perempuan itu mengatakan padanya. Disaat itu dia menyalahkan Prilly karena Ali terpaksa menikah dengannya. Dan Amora bahkan mengatakan gara-gara dipaksa menikah dengan Prilly, Ali gagal menikahinya. Ternyata sudah ia tinggalkan jauh-jauh, tetap saja Amora ini menggunakan trik yang sama. Prilly jadi sangsi kebenaran disaat yang sudah ia lewati. Meski Ali nampak tidak mencintai dirinya disaat itu, apakah mungkin dia dengan Amora juga tidak seperti yang Amora katakan kepadanya?

"Aku sengaja datang saat dia mengundang!" Ujar Ali dengan posisi tangan yang sama, terlipat didepan dada.

Prilly melebarkan mata mendengar ucap Ali. Diundang dan datang?

"Kenapa? Kamu sengaja menjadikan dirimu umpan?" Tanya Prilly menyelidik dengan sebelah tangan menunjuk.

"Bukan begitu, aku datang dengan misi untuk menjebak, dia ingin menjebak, aku juga gunakan hal yang sama!" Ali membela diri.

Ia melakukan hal berani seolah masuk kesarang macan karna bekerja sama dengan Arka. Mereka mendapatkan bocoran rencana jahat Amora Haneenia terhadap dirinya.

"Bagaimana maksudnya?" Prilly memiringkan kepala dengan dahi mengerut.

"Dia memasukkan sesuatu kedalam minumanku, aku pura-pura minum, pura-pura tidak tahu kalau direkam oleh istrinya Arka, tapi aku punya video ucapan dia ingin menjebak aku!" Jelas Ali.

"Gila!" Jerit Prilly tertahan. Rasanya habis pikir ada perempuan senekat ini.

"Memang dia gila!" Sahut Ali

Sebelah tangan Prilly kemudian menekan pelipisnya. Ini sudah benar-benar diluar akal sehat. Bagaimana mungkin ada perempuan yang sebegitunya menginginkan pria yang sudah menjadi milik oranglain? Milik oranglain? Memangnya Ali milik siapa? Dia saja meninggalkannya tanpa kata. Dia hanya mantan tunangan. Adalah hak Amora Haneenia berusaha meraihnya. Tinggal bagaimana Ali dibegitukan. Bukankah justru ada usaha dari Ali untuk menahan langkah perempuan itu untuk mendekatinya? Perempuan itu begitu terobsesi pada Ali atau terobsesi mengalahkan Prilly? Kedua-duanya. Sepertinya mentalnya sudah kena. Terlalu berlebihan terobsesi pada jabatan dan terobsesi pada lelaki yang membuat ia berhalusinasi dicintai.

"Bagaimana kalau dia berhasil menjebak kamu? Jadi kamu dipegang-pegang sama dia, hah?" Prilly bertanya dengan nada syok sambil memegang lengan Ali yang masih terlipat didadanya, "Mana sini videonya aku mau lihat!" Ujar Prilly lagi merasa penasaran, apa yang terjadi setelah Ali berpura-pura minum. Pura-pura pusing dan tak sadar?

"Jangan dilihat, nanti kamu cemburu!" Sahut Ali dengan senyum samar membuat Prilly memukul lengannya yang masih terlipat didepan dada.

"Apa sih senyum-senyum? Senang dijebak perempuan yang kecintaan denganmu ya? Kurang belaian ya kamu sampai ikhlas dibelai-belai perempuan seperti itu? Oh, ditinggal pergi jauh lalu merasa bebas? Sudah nganggap mantan begitu?"

Prilly tanpa sadar mencicit tanpa jeda dengan nada tanya yang sinis.  Emosi Prilly yang tak terkendali membuat Ali justru semakin menahan senyum saja. Terlebih kalimat-kalimatnya yang tidak dapat menyembunyikan rasa cemburu.

"Jadi kita bukan mantan?"

Eh.
Prilly terkejut sendiri ketika mendengar tanya Ali yang tidak menjawab tanya-tanya darinya. Bahkan ia seketika menyadari kenapa Ali nampak menahan senyum. Lihat saja tangannya masih mencengkram lengan Ali yang terlipat didada.

"Memangnya kamu mau jadi mantan?" Prilly balik bertanya tidak mau kalah.

"Kan bisa clbk!"

"Idihh!" Prilly mencubit lengannya.

"Aduhh!"

Ali bukan mengusap lengannya yang dicubit tapi mengusap punggung tangan yang mencubit membuat tangan itu memukul lengannya kembali. Setelahnya justru Ali mengurai lengannya yang terlipat lalu meraih tubuh Prilly yang tadinya memberontak seolah menolak sebelum akhirnya memukul dada yang menghimpit wajahnya.

"Kita tidak pernah jadi mantan, karna tak pernah putus, meski kamu pergi tanpa kata, kamu tetap tunanganku, bukan begitu?"

Prilly mengangkat wajahnya mendongak menatap dagu Ali yang bergerak saat berkata dan menunduk menatapnya.

"Piy!"

Lagi. Jasmine memanggil. Kali ini wajahnya kelihatan benar-benar cemas. Wajah Prilly kembali pias saat melihat wajah ayahnya pucat pasi dengan oksigen yang terpasang saat Ali menyeretnya memasuki ruangan dimana ayahnya terbaring.

"Papa!"

Seketika Prilly takut kehilangan. Ia tak ingin kehilangan pria yang selama ini membelanya. Memberikan apa yang ia mau dan ia suka. Jika yang sudah ia lewati ia justru yang memaksa ayahnya untuk membuat Ali menikahinya, saat ini ayahnya justru tidak harus dipaksa bahkan memaksanya untuk menikah dengan Ali.

"Sayang, bukankah kata dokter tadi jangan berikan kabar yang..."

"Om dan tante jangan khawatir, dia mau menikah dengan saya!" Ucap Ali sebelum tante Marsya menyelesaikan perkataan pada putrinya.

"Betulkann, kamu mau menikah denganku?"

Tenggorokan Prilly terasa tercekat mendengar ucap Ali. Apakah takdir menikah tak dapat terhindarkan? Bukankah bagaimanapun jika sesuatu yang seharusnya menjadi milik kita, bagaimanapun caraNya meski dihindari pasti akan terjadi?

####
Banjarmasin, 12 Januari 2023
00.59 Wib

Akhirnya aku berada di Banjarmasin lagi. Kebayangkan selama diBali mencicil ini?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top