28#TheSecondLife

"Jangan biarkan dia merasa puas sudah berhasil membuatmu pergi dari aku dan membuat papamu jadi seperti ini!"

Prilly tersentak dan seketika melepaskan diri dari erat dekapan Ali mendengar kalimat dari pria yang ditinggalkannya tanpa kata itu. Ia berbalik menghindar dari tatap yang menyimpan segala tanya berbaur rindu jadi satu.

"Kamu pergi karena dia bukan? Kamu takut aku tidak bisa menghindar dari segala caranya untuk membuat kita tidak bahagia?"

Prilly memejamkan matanya mendengar tanya dibelakangnya. Meski memiliki kesempatan, kakinya tak melangkah pergi. Mau pergi kemana? Didalam ruangan bernada memilukan dari alat-alat yang menempel ditubuh koma, terbaring pria yang paling ia cinta. Ia keluar justru tidak ingin disana terjadi keributan dan hening ternoda dengan kata tanya yang ingin ia tahu jawabannya. Apa yang dikatakan Amora hingga membuat ayahnya tumbang tak berdaya?

"Ily?"

Ali meraih lengan Prilly dan membuat mereka kembali saling berhadapan. Ia tak mengerti kebungkaman Prilly selama ini. Meninggalkan tanpa kata, bertemu hanya bungkam melanda. Ia merangkum dagu yang tertunduk dengan ibu jari dan telunjuknya, tapi belum bisa membuat lensa mereka saling beradu.

"Bisakah sedikit saja kamu katakan sesuatu agar aku mengerti apa yang kamu pikirkan?" Lirih ucap Ali tanpa emosi.

Prilly memejamkan matanya. Bukan tidak ingin menatap kelam itu tapi ia tak mampu. Dirinya sadar sedari awal ia tak bisa menghindari kalau ia mencintai. Namun yang tak bisa ia pungkiri rasa takut tidak pernah dicintai tapi justru dibagi. 

"Apa selama ini aku tidak bisa membuatmu bahagia?"

Bahagia, ia sangat bahagia selama bersama Ali. Ali selalu melakukan apapun yang ia maui. Selalu memberi apa yang ia sukai. Ia sudah punya banyak bunga bank sehingga ia hanya butuh bunga sebagai ungkapan maaf terlebih sayang.

Terdengar hempasan napas yang keras dengan deru udara yang terasa hangat menyapu wajahnya. Himpitan didagunya melonggar dan akhirnya ia merasakan jari itu  terhempas.

"Aku sudah membicarakan banyak hal dengan ayah ibumu, aku sudah menjelaskan apa yang harus aku jelaskan padamu kepada mereka, sekarang terserah kamu saja, aku sudah..."

Belum selesai Ali berkata justru terdengar isak. Sementara Prilly benci dengan perasaannya sendiri. Begitu merasa Ali seperti putus asa seketika saja ia merasa sedih. Padahal sedari tadi ia yang bungkam dan tak satupun menjawab tanyanya.  

"Kalau dia yang ingin bahagia denganmu, aku bisa apa? Mungkin kamu juga akan lebih bahagia dengannya!" Prilly berkata sebelum menutup wajah dengan kedua tangannya.

"Ini yang paling tidak aku  mengerti dari sekian alasanmu meninggalkan aku, Ily, sebenarnya ada apa denganmu? Kenapa bisa berpikir aku lebih bahagia dengannya, tertarik saja tidak bagaimana mungkin....?" Ali menggeleng tak melanjutkan kalimatnya.

Ali mengacak rambutnya sendiri. Ia sungguh tidak mengerti jalan pikiran Prilly.

"Sekarang tidak, bagaimana dengan nanti?" Sanggah Prilly dengan pertanyaan yang mengherankan bagi Ali yang tak tahu kalau Prilly sudah pernah melewati hari hingga dua tahun kedepan bersamanya.

"Ily, sungguh aku tak mengerti jalan pikiranmu, kamu takut kehilangan aku? Kamu takut dia akan mampu merayu aku dan meninggalkanmu? Kamu ketakutan dengan sesuatu hal yang belum terjadi, kamu sedang apa sebenarnya? Meramal?"

"Kamu tidak akan mengerti!" Geleng Prilly yang merasa putus asa dengan jalan pikiran dimana  hanya dia yang mengetahui.

"Bagaimana aku bisa mengerti tanpa kamu jelaskan? Hubungan itu diperjuangkan bukannya diramal!"

"Tapi kamu bisa berhasil tanpa aku, artinya..."

"Aku berhasil karnamu!"

Prilly terdiam. Bagaimana mungkin karnanya? Diakan sudah pergi menghindar, ia tidak ada disisinya selama Ali berjuang. Jadi mana mungkin karenanya Ali berhasil seperti yang ia katakan.

"Aku mendengar kamu sempat ke psikiater? Sebenarnya apa yang kamu takutkan sampai kena mental? Kalau aku jelas, karena kepergianmu tanpa kata, karna pekerjaanku yang tak kunjung menemui keberhasilan, karna ada jin pengganggu seperti Amora!" Ungkap Ali."Jangan bilang kita sama, Amora seperti iblis betina yang selalu ada dikepala, bukan karna cinta tapi karna dia gila seolah terkekeh, menyeringai, suaranya bagai berdengung ditelinga..." lanjutnya lagi.

Apa? Kenapa bisa mengalami hal yang sama? Pikiran berlebihan atau disebut obsesi yang menyebabkan perilaku repetitif (kompulsi). Gangguan obsesif-kompulsif ditandai dengan pikiran tak masuk akal dan ketakutan (obsesi) yang menyebabkan perilaku kompulsif.


"Kamu juga ke psikiater?"

"Ya aku kepsikiater, papaku menemui papamu, membicarakan tentang kita, dari papamu, aku tau kamu juga pernah kepsikiater, kami bicara banyak, papamu mendukung aku untuk sembuh sambil terus berusaha mencapai keberhasilan seperti rencana kita, papamu bilang aku hanya perlu membuktikan, ketakutanmu tidak akan pernah terjadi, ketakutanmu yang membuatku takut namun hal itu juga yang membuatku lebih keras berjuang!"

Benarkah tidak akan terjadi? Benarkah ia berlebihan. Prilly merasa ketakutannya beralasan. Ia pernah melewatinya. Ia tidak bisa menyangkal jika itu takdir. Apakah sesungguhnya takdir Amora hanya menjadi duri dalam daging saja? Benarkah apa yang dikatakannya diwaktu yang telah ia lewati? Mungkinkah kata-katanya hanya bulshit dan hoax semata. Yang sebenarnya ia yang menginginkan Ali bukan saling seperti apa yang dikatakannya dahulu?

"Piy!"

Panggilan Jasmine dibarengi dengan kesibukan para medis yang berdatangan dan memasuki ruang dimana ada tuan Lyandraz didalamnya.

"Kenapa, Jes?"

Prilly bertanya namun arah pandangnya sudah tidak fokus pada Jasmine. Lensanya mengekor kepada para medis yang tergesa memberikan tindakan kepada papanya.

"Ke...kenapa?"

Seketika Prilly panik melihat alat kejut jantung disiapkan untuk tuan Lyandraz. Seketika alarm tanda merasa ada yang berbahaya menimpa papanya bergema diotaknya.

"Papaaa..."

Prilly hampir saja menerobos kedalam ruangan ICU namun tertahan oleh tarikan tangan yang segera mendekapnya.

"Lepaskan, aku mau didekat papaaa!" Berontak Prilly ingin melepaskan diri namun Ali tetap menenggelamkan kepala Prilly dalam pelukannya.

"Ily, kamu tenang dulu ya, biarkan para medis melakukan tugasnya..." Ali berusaha menenangkan dengan mengusap kepalanya berulang-ulang. Ia paham kepanikan Prilly, kepanikan yang akhir-akhir ini juga sering ia alami pasca Prilly pergi tanpa kabar, dirong-rong bayangan Amora yang seperti tertawa terbahak-bahak didepannya, hingga ia merasa tak fokus dan tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya saat panik tiba-tiba menyerang karna isi kepalanya dipenuhi oleh suara-suara tak tau datangnya darimana.

"Papaa aku, Li!" Isak Prilly.

Ali tak banyak berkata, hanya pelukan yang erat dan usapan dikepala yang tenggelam didadanya. Ia dapat melihat situasi didalam ruangan yang sibuk. Ia berharap para medis berhasil melakukan tindakan dan tuan Lyandraz dapat melewati masa kritis.

"200 joule! Clear?!"

"Clear!!"

Sayup terdengar tindakan resisutasi jantung itu dilakukan. Ali-pun merasakan jantungnya bagai dipompa. Ia sungguh berdoa agar ayah Prilly baik-baik saja. Bukan hanya karna beliau ayah Prilly yang dinantikannya hampir setahun lamanya. Namun selama kepergian Prilly hanya kepadanyalah segala kegundahan ia curahkan dan mendapat ketenangan. Dari beliau ia tahu Prilly dimana dan dalam keadaan yang bagaimana. Namun begitu Ali berjanji tidak akan nekat menemui Prilly tanpa ijin. Justru ia berjanji akan berhasil terlebih dahulu agar bisa mendapat restunya meyakinkan Prilly dengan menemuinya.

"Biarkan dia selesaikan dulu S2-nya, kamu juga selesaikan urusan perusahaanmu, percaya saja, dia baik-baik saja disana, ada Jasmine, tentu om dan tante juga akan memantau dia!"

Itulah sebabnya, bukan tidak ada alasan keberhasilannya ia anggap juga berkat Prilly. Sebab ia mendapat dukungan dari orangtua Prilly yang mempercayai ketika Ali menyampaikan apa yang harusnya ia sampaikan kepada putri Lyandraz yang pergi meninggalkannya tanpa kata-kata.

Iapun bertekad untuk melunasi segera semua permodalan yang diberikan Lyandraz corp, agar menggugurkan dan membuktikan bahwa ucapannya mengenai hal itu kepada Arka benar-benar hanyalah agar pelaku duri dalam daging didalam tubuh perusahaannya segera terjawab.

"Tuan Lyandraz sudah melewati masa kritis, mohon untuk menjaga segala informasi yang membuat beliau kolep sementara ini!"

Dokter Rahadi memberikan kabar yang melegakan sekaligus mengingatkan untuk tidak membuat pasiennya yang baru saja melalui masa kritis mendengar kabar buruk dalam bentuk apapun.

"Syukurlah!"

Ali merasa bukan hanya Prilly dan keluarganya yang paling lega mendengarnya.

"Piyy!"

Belum lagi Prilly berpikir banyak hal diantara kelegaannya, Jasmine memanggil lagi membuatnya sedikit pias.

"Om siuman!"

Ternyata kabar baik, Prilly segera masuk kedalam ruang ICU, dan sadar tak sadar menarik tangan Ali mengikutinya untuk menemui tuan Lyandraz yang terlihat bergenggaman tangan dengan nyonya Lyandraz.

"Papaaa!"

"Sa...yang!" Lirih jawab papanya saat Prilly menyentuh tangan, menggenggam dan mencium punggungnya berulang kali.

"Om juga pasti kuat!" Ali berkata saat tatap ayah Prilly tersebut terarah padanya.

"Li!"

Tuan Lyandraz mengangkat tangan yang digenggam Prilly seolah memintanya mendekat.

"Om yang menguatkan aku, Om pasti lebih kuat lagi!" Bisik Ali saat sudah mendekat dan menyentuh tangan tuan Lyandraz diatas tangan Prilly yang menggenggamnya.

Tuan Lyandraz menggerakkan tangannya, mengubah tumpukan tangannya yang berada dibawah tangan Ali dan Prily menjadi diatas punggung tangan mereka.

"Menikahlah! Biarkan dia lebih gila lagi dari sekarang karna tidak bisa menerima kenyataan, biarkan dia terus berhalusinasi disentuh olehmu!"

#######
Bali, 09 Januari 2023
18.52 Wita

Aku baru saja mendarat di Bali teman-teman. Part ini sebetulnya mau aku selesaikan semalam. Namun semalam aku menemani Eno berenang setengah hari, nyiapin barang² Eno untuk nginap ditempat neneknya selama aku bertugas, trus sore hari meet up bareng teman-temen APL Indonesia Kalsel diarisan rutin kami. Setelah mereka pulang aku packing² buat berangkat hari ini, beresin rumah biar selama pergi anakku yang besar nyaman dirumah. Jam 11 baru ngetik dan sampai 600 mataku dah gak nahan. Jadinya dilanjutin saat dijalan menuju Bali. Hehe akhirnya part ini updatenya disini.
Sekian infonya 😆
Happy Reading! ❤

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top