26#TheSecondLife
Singapore, 2023
"Kamu kenapa?"
Prilly menyusut ujung hidungnya yang memerah. Pertanyaan Jasmine tak ia jawab. Selalu begitu. Bagi Jasmine sudah biasa ia menghadapi Prilly yang seperti ini sejak meninggalkan Indonesia. Bahkan menginjak 6bulan sejak sampainya mereka disana.
Ya, Prilly memilih kembali ke Singapore untuk melanjutkan S2 berdurasi selama setahun diuniversitas terbaik ke11 dunia itu. Ia ingin mendalami kembali ilmu bisnisnya sebelum terjun lagi keperusahaan. Ia mengembalikan tanggung jawab kepada ayahnya yang selama ini sebagai pembina, penasehat dan sebagai pengendali perusahaan utama meski ia memiliki saham terbesar di Lyandraz Corp.
"Kalau selalu merindukan kenapa ditinggalkan?" Jasmine bertanya dengan hati-hati.
Prilly melemparkan pandangan keluar jendela diapartemen yang mereka tempati mendengar pertanyaan Jasmine.
Keputusannya untuk meninggalkan Indonesia memang sangat sulit ia pilih. Namun bagaimana sikap Amora yang menggunakan segala cara untuk membuat ia tidak tenang membuatnya semakin yakin ia harus menghindarinya.
Bukan hanya dari sisi perusahaan Ali, namun saat ia kembali setelah meninggalkan kantornya sendiri selama sebulan, ia menemukan fakta baru dari Jasmine. Saat itu Jasmine membuatnya makin syok.
"Aku minta maaf!" Tangis Jasmine membuat Prilly terkejut.
"Ada apa?"
"Aku sudah menyebabkan gerak-gerikmu dan Ali bocor!"
"Maksudnya?"
Dan bergulirlah cerita Jasmine. Selama Prilly tanpa ia ketahui sedang berperan sebagai office girl di Lionard Corp, Jasmine uring-uringan karna selain tidak ada kegiatan yang berarti dikantor, Sandro selalu mendesak dengan mempertanyakan tentang Prilly terus-menerus. Namun meski Jasmine mulai curiga kepada Sandro, ia berusaha tenang dan diam-diam memata-matainya sendiri. Ada apa sebenarnya dengan Sandro? Akhirnya hari itu ia mencuri dengar saat Sandro menelpon seseorang dan membuat janji bertemu disuatu tempat.
Ternyata Sandro menemui seseorang yang membuat Jasmine sangat terkejut. Amora Haneenia. Jadi pertunangan Prilly dan Ali diketahui Amora juga dari Sandro. Dan hari itu pertengkaran hebat terjadi antara Sandro dan Jasmine.
Iapun sempat mendengar rencana jahat Amora Haneenia yang sedang menceritakan pertemuannya dengan Ali dan mengaku mendapat kartu As dari seseorang tentang alasan Ali bertunangan dengan Prilly hanyalah hutang budi. Ia jelas sekali mendengar geram ucap Amora yang takkan membiarkan Ali dan Prilly bahagia.
"Gadis prematur diberikan wewenang memimpin perusahaan, seolah sudah hebat memimpin perusahaan hanya karna lulus dengan nilai Camlaude, anak konglomerat bisa melakukan apa saja, pemegang saham terbesar padahal hanya warisan, memaksaku mundur, merebut perhatian orang yang seharusnya mulai bersimpati padaku, ingat saja, disini aku bicara, dia akan hancur sehancurnya, Lionard tidak bisa kugapai, diapun tidak akan bisa bahagia dengannya!!"
Prilly makin terpuruk saja ketika mendengar rekaman video bersuara samar yang diambil oleh Jasmine yang menyamar duduk didekat Sandro yang bertemu dengan Amora. Ia makin merasa tak layak memimpin perusahaan saat ini, karena ternyata karyawan Lyandraz corp hanya menghargai ketika berada didepan hidungnya saja, sementara dibelakang, mungkin saja bukan hanya Amora dan Sandro yang mencibir.
"Sepertinya pergi adalah jalan terbaik, aku tidak mau menjadi alasan kegagalan di Lyandraz Corp apalagi penghalang keberhasilan Ali di Lionard Corp!"
"Tapi bagaimana dengan Ali? Kamu tidak bisa meninggalkannya tanpa kata, Piy!"
"Pasti bisa, dia tidak akan masalah, bukankah dia tidak pernah mencintaiku? Dia hanya merasa berhutang budi!"
"Kurasa kamu harus mendengarkan..."
"Kalaupun tidak, jika Ali bisa lebih lancar tanpa ada aku disisinya aku ikhlas meninggalkan!"
Prilly memutuskan setelah sekelebat masa yang sudah ia lewati seolah terulang bagai film yang diputar kembali. Takdir Ali mencintai Amora bukan dirinya. Meski ia sudah pernah mendengar kalau pertemuan adalah takdir tapi kebersamaan adalah pilihan, namun ia tidak bisa mengontrol perasaannya sendiri. Ia begitu patah hati saat takdir mencintai Ali tetap bersemi dihatinya sementara Ali berpotensi mencintai orang lain karna Amora tidak akan melepaskannya dengan berbagai cara. Ia tidak bisa memaksakan kehendaknya terhadap perasaan Ali. Ia begitu pencemburu, tidak bisa melihat miliknya diganggu orang lain. Ia ingin Ali tidak peduli akan kehadiran Amora dan ia begitu takut Ali tidak sesuai harapnya. Ia tidak siap selalu didera ketakutan akan Amora yang mengaku menampung benih yang sama. Waktu yang sudah ia lewati kembali terbayang. Dan ia merasa ketakutan. Ketakutan itu membuatnya depresi. Ia sampai pergi kepsikiater untuk mengatasi ketakutannya. Itulah sebabnya ia memilih pergi tanpa kata kepada Ali, tanpa memberi kesempatan kepada Ali untuk menjelaskan tentang apapun yang ia dengar yang menurut Ali tidak semuanya benar.
Prilly menutup wajahnya dengan dada yang sesak. Ingatan-ingatannya kepada Ali tidak mudah ia pupuskan begitu saja. Terlebih janji untuk segera menikahi selalu membayangi.
Jika dimasa yang sudah ia lewati ia memaksa untuk menikah dengan Ali melalui ayahnya, kini ia mencoba menghindari akan hal itu. Ia tidak akan memaksa, meskipun pada kenyataannya dimasa ketika ia kembali melewatinya, Ali yang berjanji menikahi.
Ia begitu terkejut dengan ucapnya kala itu. Seperti biasa jantungnya seakan jatuh keorgan tubuh yang lain mendengar Ali ingin menikahinya. Ia ingin sekali membersihkan telinganya, ingin Ali mengulang kembali ucapannya meski pita suaranya seolah ada masalah. Ia bagai terbungkam.
"Aku serius, aku akan menikahimu kalau semua sudah selesai, apa kamu mau?"
Dada Prilly menyeri mengingatnya. Ia memandangi cincin yang masih melingkar dijarinya. Cincin yang disematkan Ali pada saat pertunangan, lalu beberapa waktu kemudian ia minta kembali untuk diukir namanya Alezandro Lionard.
"Ini adalah tanda bahwa, kamu sudah menjadi milik aku, Alezandro Lionard!"
Ali menyematkan cincin itu kembali kejari manis Prilly sebelum mengecup jari yang sudah dilingkari tanda pengikat baginya. Diiringi irama jantung yang tak teratur debarannya. Apalagi kening kebagian kenyal yang menyesap hangat. Beralih kepipi yang nampak makin merona karnanya. Ali memang membuatnya seperti tidak sehat atau sebaliknya, organ tubuhnya yang berolahraga membuatnya makin sehat karna bahagia.
"Melamunkannya?"
Prilly tidak tahu apa yang harus ia katakan kepada Jasmine yang sedari tadi memberikan pertanyaan dan tidak menerima jawaban.
"Kamu sendiri apa tidak memikirkan Sandro?" Prilly justru mengingatkan Jasmine pada Sandro.
"Untuk apa memikirkan pengkhianat? Dia bersekutu dengan syetan, aku malah bersyukur Tuhan sudah mengingatkan!" Sahut Jasmine geram.
"Kalau begitu jangan bertanya terus!" Ucap Prilly lagi.
Harusnya Jasmine paham ia hanya butuh didengarkan atau diabaikan saja dengan pikirannya sendiri.
"Asal kamu baik-baik saja, tapi aku tak nyaman melihat kamu tiap hari murung, Piy, kalau rindu pada Ali kenapa tidak dihubungi saja atau pulang!" Ujar Jasmine memberikan pandangan dan solusi.
"Jes, kamu tidak akan mengerti!"
"Mengerti, piy, mengerti kalau kamu sudah mencoba menghindar dari takdir!"
"Jodoh takkan kemana, kalau memang sudah takdir, pasti bagaimanapun caranya akan dipertemukan kembali!" Sahut Prilly.
"Tapikan harus berusaha, ini kamu menghindar bukannya berusaha!" Protes Jasmine.
Prilly mengangkat tangan agar Jasmine tak melanjutkan perdebatan mereka. Jasmine takkan mengerti perasaannya karna asisten setianya itu tak tahu apa yang sudah pernah ia lalui. Jasmine tidak mengerti ketakutannya karna ia tak tahu apa yang sudah ia alami.
Prilly bernapas lega karna perdebatan itu akan berakhir seiring dengan ponselnya yang bergetar dan suara nada panggil terdengar. Tentu hanya mama dan papanya yang mengetahui nomor gawai yang sudah berganti dengan nomor setempat. Dan iapun meyakini kalau yang menelpon adalah salah satu dari mereka.
"Yang benar aku merindukan, mama dan papa..." lirihnya sebelum menerima panggilan itu.
Mama sayang calling
"Mama..."
"Prilly, bisakah kamu pulang segera sayang? Papa..."
"Kenapa dengan papa, ma?"
Belum selesai suara mamanya berkata Prilly sudah memotong karna merasa sesuatu sudah terjadi mendengar suara mamanya seperti menahan tangis.
"Papa, dirawat dirumah sakit, jatuh pingsan dikantor, dibawa pegawai kantor kerumah sakit Healty! Pulanglah, nak, papa ingin bertemu denganmu!"
#####
Banjarmasin, 5 Januari 2023
23.55 wita
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top